Membaca judul di atas, Indonesia berkawan sampah, siapa yang merasa keberatan ? Jangan gusar dulu. Aku bukannya lupa dengan tragedi longsor sampah di Leuwigajah, Cimahi, Jawa Barat, pada 21 Februari 2005 yang menyebabkan sedikitnya 150 orang tewas tertimbun sampah. Aku juga tak akan lupa bahwa bencana banjir di Tanah Air yang salah satu penyebabnya adalah ketidakpedulian masyarakat terhadap pengolahan dan pengelolaan sampah yang baik.
Apakah kondisi di atas tidak perlu kita carikan jalan keluarnya ? Apakah masalah sampah masih akan terus menghantui kehidupan kita, hingga kita makin susah mendapatkan air bersih yang tak tercemari limbah sampah ? Hingga kita kian sesak bernafas karena udara di sekitar kita kian tercemari bau busuk sampah ? Akankah masalah sampah akan kita wariskan kepada anak cucu kita ?
Jika ingin mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak cucu kita, maka marilah mulai sekarang kita berkawan dengan sampah. Aku tak setuju dengan istilah berperang melawan sampah, karena perang identik dengan rasa benci. Sementara benci selalu membuat kita ingin menjauhi. Padahal mengapa kita harus membenci sampah jika ternyata kita sendiri adalah pemasok sampah terbesar. Jika ingin membenci, maka bencilah diri kita sendiri yang telah menciptakan begitu banyak sampah dalam kehidupan kita.
Karena itu, aku lebih suka jika kita berkawan dengan sampah. Dalam berkawan, maka akan melibatkan kepedulian, perhatian dan juga rasa sayang. Sesuai dengan pepatah : "sebelum kenal maka tak sayang" maka begitu jugalah kita terhadap sampah. Semakin kita mengenal sampah, maka semakin sayang kita padanya, karena ternyata sampah banyak juga memberikan manfaat bagi kita selama kita mampu mengolah dan memanfaatkannya dengan baik.
Untung saja, kepedulian sebagian masyarakat kita terhadap sampah kian hari kian meningkat, khususnya terhadap sampah-sampah anorganik, yaitu sampah yang tak mudah membusuk. Kian banyak warga yang peduli untuk mengelola sampah dengan baik, bahkan diantaranya sudah mampu mengolah dan memanfaatkannya menjadi barang yang berguna, bahkan mendatangkan rupiah. Salah satunya yang sedang sangat marak saat ini adalah mengolah sampah menjadi trashion, yaitu fashion dari sampah.
Aneka jenis trashion antara lain berupa : aneka macam tas, dompet, payung, jas hujan, sandal, tempat sampah, tempat pensil, lunch box, tempat koran dll yang dibuat dari berbagai limbah kemasan plastik. Saat ini banyak masyarakat (baik berkelompok maupun perseorangan) yang berhasil memasarkan aneka produk trashion.
Kepedulian masyarakat bukan hanya tertuju pada limbah plastik, tapi juga pada limbah lainnya. Salah satunya seperti yang dilakukan Wawan (53) seorang warga Kelurahan Utama Cimahi Selatan. Dia terinsipirasi untuk membuat kerajinan dari limbah kaca sewaktu dia menjabat sebagai koordinator sampah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Dia berhasil menyulap pecahan-pecahan atau limbah kaca menjadi barang yang indah, bahkan mungkin tak ada yang menduga kalau benda-benda tersebut berasal dari limbah kaca.
Lain lagi dengan yang dilakukan Harris Riadi. Awal tahun 2007 ia membatik di atas kertas atau kantong bekas pembungkus semen dan mengubahnya menjadi produk batik yang bernilai ekonomis. Batik dari kantong semen dimanfaatkan Harris untuk membuat gorden, sarung bantal, tas, dan sandal. Kreativitasnya untuk memanfaatkan limbah semakin terusik ketika ia menemukan kertas bekas berbahan timah di salah satu tempat pembuangan sampah di Jakarta. Kertas itu tak hancur dibakar dan limbahnya mengotori lingkungan. Beberapa produk yang dihasilkan dari limbah kertas timah adalah tas laptop, kotak tisu, dan gesper.
Beberapa pelukis ternyata juga sangat kreatif memanfaatkan limbah yang ada di sekitarnya. Muhammad Zainal Arifin, seorang seniman dari Gresik berhasil menuangkan seni lukis ke dalam sebuah kanvas, menggunakan pewarna semir sepatu. Irma Haryadi lain lagi, dia melukis dengan menggunakan kain perca sebagai media pewarna. Sementara Wibowo Tri Ambodo, warga Tegal, membuat lukisan yang berbahan dasar terbuat dari olahan limbah styrofoam. Mulyo Sardono, warga Solo ini menggunakan sisa benang dan kain perca yang banyak didapat di lingkungannya sebagai media melukis.
Selain mengolah limbah anorganik, masyarakat pun juga peduli untuk mengolah limbah organik menjadi beberapa barang yang memiliki nilai ekonomis. Seperti membuat handicraft dari aneka kacang-kacangan, kulit kerang, kulit kacang dll. Ada yang membuat lukisan dari pelepah pisang. Sementara di tangan Eko Setiadi, warga Kebumen, cangkang telur ayam dan bebek dapat di sulap menjadi berbagai macam lukisan kaligrafi yang indah. Cahyudi Susanto, warga Tegal juga telah berhasil membuat kaligrafi dan membuat lukisan photo dari bahan kulit telur.
Sementara itu, akibat dari makin sulitnya mendapatkan BBM, masyarakat terpacu untuk menjadi kreatif. Dengan ketrampilan memanfaatkan sampah, masyarakat berhasil membuat bahan bakar yang berwujud briket. Ada yang dibuat dari kotoran sapi, dari sampah dapur, dari bubuk kayu sisa penggergajian, dari batok kelapa. Sementara Edy Gunarto, Warga Dusun Plebengan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta berhasil membuat membuat briket kulit kacang.
Selain sebagai pengganti minyak, limbah dapat diolah pula menjadi sumber energi listrik (biogas) seperti yang telah dilakukan oleh UGM dan Universitas Boras, Swedia. Kedua lembaga itu telah membangun pilot project pemanfaatan limbah menjadi bahan bakar energi listrik. Sementara itu di Pemerintah Kota Malang, selain mengembangkan pengolahan limbah sampah menjadi kompos mereka juga mengolahnya menjadi cairan air Accu.
Yang dilakukan masyarakat Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Sleman, DIY patut untuk diacungi jempol. Mereka sudah berhasil mengelola sampahnya dengan baik dan dijadikan dusun percontohan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat. Rumus pengelolaan sampah berbasis gerakan 3R Dusun Sukunan, yaitu : Reduce (mengurangi timbunan sampah), Reuse (memanfaatkan barang bekas), dan Reclycle (mendaur ulang sampah).
Beginilah mekanisme pengelolaan sampah Dusun Sukunan.
Kerajinan yang diperoleh dari hasil mengolah dan mendaur ulang sampah menjadi beragam kerajinan seperti : tas, berbagai asesoris bahkan pot bunga dari styrofoam.
Semua itu hanyalah contoh dari sebagian kecil yang telah dilakukan oleh masyarakat kita yang telah berkawan dengan sampah. Sebenarnya masih banyak juga contoh lain yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Aku sungguh bangga karena ternyata sebagian masyarakat Indonesia telah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sampah bahkan mampu mengolahnya dan memanfaatkannya dengan baik. Aku bangga karena Indonesiaku memiliki masyarakat yang mencintai lingkungannya dan mau tergerak untuk melestarikannya.
Sayangnya masih banyak juga masyarakat yang belum peduli pada sampah. Hal itu menjadi pekerjaan rumah pemerintah kita sekarang ini untuk membiasakan masyarakat dalam memilah sampah, karena dengan memilah sampah akan mempermudah proses pengolahan sampah. Selain itu, pemerintah juga perlu untuk mengubah mindset masyarakat bahwa limbah bukan lagi masalah namun menjadi sumber daya.
Sementara aku..., sejauh ini yang baru bisa aku lakukan baru dalam tahap memilah sampah rumah tanggaku saja dan aku berharap suatu saat nanti aku mampu berbuat lebih dari itu. Kali ini aku berharap, semoga saja tulisanku di atas dapat menggerakkan lebih banyak orang untuk peduli terhadap sampah, minimal mau mengubah mindsetnya tentang sampah atau sudi memilah sampah. Semoga...
Tulisan di atas aku buat untuk berpartisipasi dalam Ma Chung Blog Competition 2010.
Apakah kondisi di atas tidak perlu kita carikan jalan keluarnya ? Apakah masalah sampah masih akan terus menghantui kehidupan kita, hingga kita makin susah mendapatkan air bersih yang tak tercemari limbah sampah ? Hingga kita kian sesak bernafas karena udara di sekitar kita kian tercemari bau busuk sampah ? Akankah masalah sampah akan kita wariskan kepada anak cucu kita ?
Jika ingin mewariskan dunia yang lebih baik bagi anak cucu kita, maka marilah mulai sekarang kita berkawan dengan sampah. Aku tak setuju dengan istilah berperang melawan sampah, karena perang identik dengan rasa benci. Sementara benci selalu membuat kita ingin menjauhi. Padahal mengapa kita harus membenci sampah jika ternyata kita sendiri adalah pemasok sampah terbesar. Jika ingin membenci, maka bencilah diri kita sendiri yang telah menciptakan begitu banyak sampah dalam kehidupan kita.
Karena itu, aku lebih suka jika kita berkawan dengan sampah. Dalam berkawan, maka akan melibatkan kepedulian, perhatian dan juga rasa sayang. Sesuai dengan pepatah : "sebelum kenal maka tak sayang" maka begitu jugalah kita terhadap sampah. Semakin kita mengenal sampah, maka semakin sayang kita padanya, karena ternyata sampah banyak juga memberikan manfaat bagi kita selama kita mampu mengolah dan memanfaatkannya dengan baik.
Untung saja, kepedulian sebagian masyarakat kita terhadap sampah kian hari kian meningkat, khususnya terhadap sampah-sampah anorganik, yaitu sampah yang tak mudah membusuk. Kian banyak warga yang peduli untuk mengelola sampah dengan baik, bahkan diantaranya sudah mampu mengolah dan memanfaatkannya menjadi barang yang berguna, bahkan mendatangkan rupiah. Salah satunya yang sedang sangat marak saat ini adalah mengolah sampah menjadi trashion, yaitu fashion dari sampah.
Aneka jenis trashion antara lain berupa : aneka macam tas, dompet, payung, jas hujan, sandal, tempat sampah, tempat pensil, lunch box, tempat koran dll yang dibuat dari berbagai limbah kemasan plastik. Saat ini banyak masyarakat (baik berkelompok maupun perseorangan) yang berhasil memasarkan aneka produk trashion.
tatakan dan tas dari tas kresek (gambar dari sini)
Kepedulian masyarakat bukan hanya tertuju pada limbah plastik, tapi juga pada limbah lainnya. Salah satunya seperti yang dilakukan Wawan (53) seorang warga Kelurahan Utama Cimahi Selatan. Dia terinsipirasi untuk membuat kerajinan dari limbah kaca sewaktu dia menjabat sebagai koordinator sampah di sekitar lingkungan tempat tinggalnya. Dia berhasil menyulap pecahan-pecahan atau limbah kaca menjadi barang yang indah, bahkan mungkin tak ada yang menduga kalau benda-benda tersebut berasal dari limbah kaca.
Wayan dengan salah satu kreasinya (gambar dari sini)
Lain lagi dengan yang dilakukan Harris Riadi. Awal tahun 2007 ia membatik di atas kertas atau kantong bekas pembungkus semen dan mengubahnya menjadi produk batik yang bernilai ekonomis. Batik dari kantong semen dimanfaatkan Harris untuk membuat gorden, sarung bantal, tas, dan sandal. Kreativitasnya untuk memanfaatkan limbah semakin terusik ketika ia menemukan kertas bekas berbahan timah di salah satu tempat pembuangan sampah di Jakarta. Kertas itu tak hancur dibakar dan limbahnya mengotori lingkungan. Beberapa produk yang dihasilkan dari limbah kertas timah adalah tas laptop, kotak tisu, dan gesper.
Haris Riadi dengan kreasi batiknya (Kompas / Siwi Nurbiajanti)
Beberapa pelukis ternyata juga sangat kreatif memanfaatkan limbah yang ada di sekitarnya. Muhammad Zainal Arifin, seorang seniman dari Gresik berhasil menuangkan seni lukis ke dalam sebuah kanvas, menggunakan pewarna semir sepatu. Irma Haryadi lain lagi, dia melukis dengan menggunakan kain perca sebagai media pewarna. Sementara Wibowo Tri Ambodo, warga Tegal, membuat lukisan yang berbahan dasar terbuat dari olahan limbah styrofoam. Mulyo Sardono, warga Solo ini menggunakan sisa benang dan kain perca yang banyak didapat di lingkungannya sebagai media melukis.
Lukisan perca karya Irma Haryadi (gambar dari sini)
Selain mengolah limbah anorganik, masyarakat pun juga peduli untuk mengolah limbah organik menjadi beberapa barang yang memiliki nilai ekonomis. Seperti membuat handicraft dari aneka kacang-kacangan, kulit kerang, kulit kacang dll. Ada yang membuat lukisan dari pelepah pisang. Sementara di tangan Eko Setiadi, warga Kebumen, cangkang telur ayam dan bebek dapat di sulap menjadi berbagai macam lukisan kaligrafi yang indah. Cahyudi Susanto, warga Tegal juga telah berhasil membuat kaligrafi dan membuat lukisan photo dari bahan kulit telur.
Kaligrafi dari kulit telur karya Cahyudi Susanto (gambar dari sini)
Sementara itu, akibat dari makin sulitnya mendapatkan BBM, masyarakat terpacu untuk menjadi kreatif. Dengan ketrampilan memanfaatkan sampah, masyarakat berhasil membuat bahan bakar yang berwujud briket. Ada yang dibuat dari kotoran sapi, dari sampah dapur, dari bubuk kayu sisa penggergajian, dari batok kelapa. Sementara Edy Gunarto, Warga Dusun Plebengan, Desa Sidomulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul, DI Yogyakarta berhasil membuat membuat briket kulit kacang.
Edy Gunarto dan briket kulit kacangnya (gambar dari sini)
Selain sebagai pengganti minyak, limbah dapat diolah pula menjadi sumber energi listrik (biogas) seperti yang telah dilakukan oleh UGM dan Universitas Boras, Swedia. Kedua lembaga itu telah membangun pilot project pemanfaatan limbah menjadi bahan bakar energi listrik. Sementara itu di Pemerintah Kota Malang, selain mengembangkan pengolahan limbah sampah menjadi kompos mereka juga mengolahnya menjadi cairan air Accu.
Yang dilakukan masyarakat Dusun Sukunan, Desa Banyuraden, Kecamatan Gamping, Sleman, DIY patut untuk diacungi jempol. Mereka sudah berhasil mengelola sampahnya dengan baik dan dijadikan dusun percontohan pengelolaan sampah terpadu berbasis masyarakat. Rumus pengelolaan sampah berbasis gerakan 3R Dusun Sukunan, yaitu : Reduce (mengurangi timbunan sampah), Reuse (memanfaatkan barang bekas), dan Reclycle (mendaur ulang sampah).
Beginilah mekanisme pengelolaan sampah Dusun Sukunan.
Kerajinan yang diperoleh dari hasil mengolah dan mendaur ulang sampah menjadi beragam kerajinan seperti : tas, berbagai asesoris bahkan pot bunga dari styrofoam.
Pot bunga dari styrofoam
Semua itu hanyalah contoh dari sebagian kecil yang telah dilakukan oleh masyarakat kita yang telah berkawan dengan sampah. Sebenarnya masih banyak juga contoh lain yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Aku sungguh bangga karena ternyata sebagian masyarakat Indonesia telah memiliki kepedulian yang tinggi terhadap sampah bahkan mampu mengolahnya dan memanfaatkannya dengan baik. Aku bangga karena Indonesiaku memiliki masyarakat yang mencintai lingkungannya dan mau tergerak untuk melestarikannya.
Sayangnya masih banyak juga masyarakat yang belum peduli pada sampah. Hal itu menjadi pekerjaan rumah pemerintah kita sekarang ini untuk membiasakan masyarakat dalam memilah sampah, karena dengan memilah sampah akan mempermudah proses pengolahan sampah. Selain itu, pemerintah juga perlu untuk mengubah mindset masyarakat bahwa limbah bukan lagi masalah namun menjadi sumber daya.
Sementara aku..., sejauh ini yang baru bisa aku lakukan baru dalam tahap memilah sampah rumah tanggaku saja dan aku berharap suatu saat nanti aku mampu berbuat lebih dari itu. Kali ini aku berharap, semoga saja tulisanku di atas dapat menggerakkan lebih banyak orang untuk peduli terhadap sampah, minimal mau mengubah mindsetnya tentang sampah atau sudi memilah sampah. Semoga...
Tulisan di atas aku buat untuk berpartisipasi dalam Ma Chung Blog Competition 2010.
*dari berbagai sumber*
ketika kita tau dan MAU memanfaatkan segala yg ada, pasti g ada yg sia2 ^^
BalasHapuspostingan yg menarik mba'.. ^^
Salut dan kagum. Mereka kreatif banget ya.
BalasHapussaya jadi teringat grup waktu masih SMA dulu, namanya EYES, kelompok cinta lingkungan yang kerjanya membuat sampah menjadi barang-barang bermanfaat.
BalasHapusKalau seandainya semua orang berpikir seperti Wayan, Edy Gunarto, Cahyudi Susanto, Harris Riadi, pasti bencana yang ditimbulkan oleh sampah dapat dihindari.
:)
kreatif nian , jadi malu aku yang buang samaph begitu saja tanpa pernah berpikir untuk memanfaatkannya
BalasHapusnice posting mba reni, memang kita harus mengapreciate pekerjaan pengelolaan lingkungan, karena dengan itu kita telah mewariskan bumi ini dengan keadaan yang masih baik di huni...
BalasHapusSalam..bener mb, memang kita harus berkawan dengan sampah, aku aja baru tau kalau kulit bawang merah bekas kita masak bisa di jadikan bunga yang cantik
BalasHapusdidekat rumahku ada tuh mbak industri rumah tangga yang membuat produk2 trashion dr limbah plastik. Hasilnya bagus dan unik-unix.. :D
BalasHapusgimana mbak..udah bisa daftar blm..??
emang susah mbak.. aku juga baru bisa daftar kok mbak..
memanfaatkan barang bekas,keren deh...
BalasHapuslogin pake usernamenya mbak reni..
BalasHapusterus add blog..
urlnya ditulis di alamat artikel..
ini lomba ternyata..
BalasHapusaku suka tuuh liat platik bekas softener, atau detergen yang di daur ulang..
warna warninya bikin ceria
Benar mbak,mari kita tingkatkan kepedulian kita terhadap lingkungan dengan membuang sampah pd tempatnya..btw moga sukses lombanya ya mbak..
BalasHapuswah info yg insipiratif nih mbak tq :)
BalasHapusKreatif banget yah mereka2 itu. Salute!! benar2 pahlawan lingkungan
BalasHapusSemoga kebiasaan buang sampah tidak pada tempatnya tidak menjadi suatu budaya. Dan bukankah kebersihan sebagian daripada iman?
Indonesia akan menjadi kreatif kalo kita bisa mengolah sesuatu yang dianggap remeh menjadi berguna
BalasHapusUdah sukses registrasi dan submit URLnya mbak?
syukurlah..
kita berjuang ya mbak./
kreativitas yang keren..
BalasHapussalut..
sampah...
BalasHapusmasalah pelik.
memang dibutuhkan lebih banyak pahlawan pahlawan daur ulang seperti mereka itu yaa
salam sobat
BalasHapusdari sampah menjadikan benda yang unik dan indah,,
kreatif ya mba,,
tidak menyangka barang-barang tidak berguna bisa menghasilkan karya yang cantik
BalasHapusya seharusnya bisa digunakan utk hal2 yg berguna ya. tapi byk masyarakat blm sadar akan hal ini
BalasHapusmari selamatkan bumi kita,
BalasHapuskeren mb, bangga ama mereka yang mau peduli,
Kreatif dan bisa jadi orang akan mencoba berkreasi seperti yang contoh di artikel ini!
BalasHapusIngin ikut, tapi blog ku tidak ada yang memenuhi syarat!
BalasHapusArtikel yang sangat-sangat bagus, semoga menang!
Kalo ini terus ditingkatkan lagi, gag bakal ada lagi efek buruk dari sampah..:)
BalasHapusSampah memang ada di mana-mana. Bersyukur ada orang-orang kreatif yang bisa memanfaatkannya menjadi sebuah karya seni atau kegunaan lain.
BalasHapusMudah-mudahan kedepan akan lebih banyak lagi orang-orang spt itu
Wah...keren deh mbak karya2'nya.
BalasHapusKemarin di Blog saya juga sempat dibahas mengenai karya hasil dari daur ulang :)
Wah..keren banget mbak payung hasil dari daur ulangnya.
BalasHapusJika dikelola secara baik, pasti bakalan menguntungkan banget deh :)
kali grafinya keren banget, padahal cuma dari kulit telur yah
BalasHapushasilnya benar-benar cantik...mereka sangat kreatif.
BalasHapusaku belum bisa melaksanakan dalam lingkungan keluarga sendiri....hiks...
BalasHapusbagi org2 kreatif smua bs d jadikan sesuatu,....
BalasHapusWah kreatif2 banget ya.. Subhanalloh...
BalasHapusSemoga sukses lombanya, artikelnya muantab puol.. tercengang
BalasHapusBerarti Aku cuman bisa misahin sampah organik dan anorganik doang nih.. hiks
BalasHapushebat, kreatif sekali :)
BalasHapuswow
BalasHapusmereka semua kreatif kkreatif yah mbak
^^
semoga semngat mereka tak pernah padam
kreatifitas kadang muncul dari sesuatu yang dianggap anggap penting,dari sampaha yang sering di sia-siakan oleh sebagian,ternyata dapat membuahkan hasil karya yang sangat bagus.
BalasHapusbagi yang cerdik, sampah justru bisa menjadi lahan penghasilan yang lumayan ya mb reni...
BalasHapussekaligus untuk menyelamatkan lingkungan kita agar tak terjadi lagi musibah2 itu...
BalasHapusmbak...peernya sudah tak garap..thanks...^__^
BalasHapuswahh, aq bener2 pengen bisa tuh ngolah sampah kaya desa sukunan, trus ngasih penyuluhan kewarga sekitar biar semua semakin aware,, gimana ya caranya mbak?
BalasHapustulisan menarik dan inspiratif tentang daur ulang sampah, mbak reni. Semoga berhasil kompetisi, mbak. Dan yang lebih penting, semoga kita semua dapat berkawan dengan sampah agar tak ada lagi bencana akibat kelalaian kita.
BalasHapusamiiin
semoga menang ya mbak..
BalasHapuswah hebat ya dari barang bekas bisa jadi kreasi seni yang bagus
BalasHapusseandainya aku punya tangan ajaib seperti mereka :D
Sangat inspiratif. Ya meski banyak artike tentang recycle sampah dimuat di berbagai media, tapi banyak pula yang mengabaikannya, tak banyak y6ang peduli.
BalasHapusSelamat atas menangnya tulisan ini bu. Salut!
mank tuh...indonesia gak ada yang namanya bersih...susah cari daerah d indonesia yang 100 % bersih...
BalasHapusTulisanmu bagus jeng.....
BalasHapusMengharap dr pemerintah emang kayaknua susah, so.... dimulai dr diri sendiri aja ya.......
BRAVO INER !
Terimakasih sudah menyinggung nama saya daam artikel anda yang keren ini! Terus berkarya dan mengangkat semangat kreatif dan kreativitas anak bangsa, karena itu adaah asset kita yang paling luar biasa...!
BalasHapussalam
Irma Haryadi
menarik , karena banyak yang peduli
BalasHapussemoga berhasil
salam kenal, haris (berkarya dengan kulit telur/eggshell)
silahkan berkunjung ke http://hfadhillah.blogspot.com/
ada beberapa karya saya
terimakasih