Negara kita terdiri dari banyak pulau, yang dihuni oleh beraneka ragam suku bangsa. Setiap suku bangsa memiliki budaya dan adat istiadat yang berbeda, juga memiliki bahasa ibu yang berbeda pula. Pada tiap-tiap Bahasa Ibu terdapat logat dan dialeknya masing-masing.
Sebagaimana tertuang dalam Wikipedia, logat adalah alunan nada yang dimiliki oleh masing masing orang sesuai asal daerah mereka sendiri sendiri. Sementara dialek adalah adalah varian dari sebuah bahasa yang sama. Variasi ini berbeda satu sama lain (terpengaruh oleh letak geografi atau faktor sosial), tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga belum pantas disebut bahasa yang berbeda.
Aku ingat, dulu sewaktu kuliah punya teman dari Purwokerto. Selama berkumpul bersama, dia tak pernah mau menggunakan Bahasa Ibu-nya yang 'ngapak-ngapak' itu. Dia lebih memilih berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Alasannya, dia malu karena seringkali dia diketawain orang kalau bicara dengan Bahasa Ibu-nya.
Memang sepertinya Bahasa Ibu makin ditinggalkan saat ini. Banyak anak muda yang juga merasa 'gak gaul' jika bicara dengan menggunakan Bahasa Ibu. Mungkin malah kalah tenar dibandingkan bahasa gaul hehehe. Seperti yang aku tahu, penggunaan Bahasa Jawa di lingkunganku pun juga makin berkurang. Menurut banyak orang, Bahasa Jawa itu 'rumit' karena mengenal tingkatan. Jika seseorang bicara kepada orang yang lebih tua/orang yang dihormati maka harus menggunakan Bahasa Kromo Halus atau Bahasa Kromo Madyo. Sedangkan untuk orang-orang yang 'sepadan' atau seusia bisa menggunakan Bahasa Jawa 'Ngoko".
Adanya perbedaan tingkatan bahasa itulah yang menyebabkan seseorang salah dalam menggunakan bahasa. Jika seorang anak berbicara kepada orang tua dengan menggunakan Bahasa Jawa Ngoko maka anak itu akan ditegur, karena dianggap tidak sopan. Itulah sebabnya, anak-anak memilih 'aman' dengan menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua.
Aku salut dengan beberapa sahabat yang masih berusaha mempertahankan dan melestarikan budaya dan Bahasa Ibunya, seperti Pak Eka (Cerita Tugu), Kang Sugeng (Be A Great Person) dan Bang N. Hasan (Uneg-uneg). Jika Pak Eka dan Kang Sugeng berkutat dengan budaya dan Bahasa Jawa, maka Bang N. Hasan kosisten dengan Budaya Betawinya.
Khusus untuk Bang N. Hasan dalam blognya yang bertitel Uneg-Uneg sarat akan cerita-cerita ala Lenong Betawi. Segar dan kocak selalu hadir dalam cerita lewat tokoh-tokohnya seperti Bang Pendi (tokoh sentral), Bang Jabrik, Bang Mamat dan Mpok Mumun. Terkadang sentilan dan kritik sosial pun muncul dari obrolan ringan mereka di warung kopi. Nah.., yang belum pernah mampir ke warung kopinya Mpok Mumun pasti rugi telah melewatkan banyak obrolan yang kocak, segar dan seru.
Beberapa saat yang lalu, Bang Pendi merayakan ultah blog tempatnya nongkrong dan ngobrol-ngobrol selama ini yang telah mencapai usia 1 tahun. Karena seringnya ngobrol di warung kopi, maka dibuatlah award yang berbentuk kobaran api. Kenapa kobaran apinya berbentuk cinta..? Mungkin ingin menggambarkan kobaran cinta Bang Pendi atas budaya dan bahasa Betawi.
Untuk Bang Pendi... eh Bang N. Hasan..., terima kasih sudah berbagi award indah ini denganku. Maaf banget jika aku terlambat memajangnya disini. Selanjutnya, award ini aku bagikan kepada Pak Eka (Cerita Tugu) dan Kang Sugeng (Be A Great Person). Mohon diterima ya.... dan Salam Persahabatan.
Sebagaimana tertuang dalam Wikipedia, logat adalah alunan nada yang dimiliki oleh masing masing orang sesuai asal daerah mereka sendiri sendiri. Sementara dialek adalah adalah varian dari sebuah bahasa yang sama. Variasi ini berbeda satu sama lain (terpengaruh oleh letak geografi atau faktor sosial), tetapi masih banyak menunjukkan kemiripan sehingga belum pantas disebut bahasa yang berbeda.
Aku ingat, dulu sewaktu kuliah punya teman dari Purwokerto. Selama berkumpul bersama, dia tak pernah mau menggunakan Bahasa Ibu-nya yang 'ngapak-ngapak' itu. Dia lebih memilih berkomunikasi dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Alasannya, dia malu karena seringkali dia diketawain orang kalau bicara dengan Bahasa Ibu-nya.
Memang sepertinya Bahasa Ibu makin ditinggalkan saat ini. Banyak anak muda yang juga merasa 'gak gaul' jika bicara dengan menggunakan Bahasa Ibu. Mungkin malah kalah tenar dibandingkan bahasa gaul hehehe. Seperti yang aku tahu, penggunaan Bahasa Jawa di lingkunganku pun juga makin berkurang. Menurut banyak orang, Bahasa Jawa itu 'rumit' karena mengenal tingkatan. Jika seseorang bicara kepada orang yang lebih tua/orang yang dihormati maka harus menggunakan Bahasa Kromo Halus atau Bahasa Kromo Madyo. Sedangkan untuk orang-orang yang 'sepadan' atau seusia bisa menggunakan Bahasa Jawa 'Ngoko".
Adanya perbedaan tingkatan bahasa itulah yang menyebabkan seseorang salah dalam menggunakan bahasa. Jika seorang anak berbicara kepada orang tua dengan menggunakan Bahasa Jawa Ngoko maka anak itu akan ditegur, karena dianggap tidak sopan. Itulah sebabnya, anak-anak memilih 'aman' dengan menggunakan Bahasa Indonesia dalam berkomunikasi dengan orang-orang yang lebih tua.
Aku salut dengan beberapa sahabat yang masih berusaha mempertahankan dan melestarikan budaya dan Bahasa Ibunya, seperti Pak Eka (Cerita Tugu), Kang Sugeng (Be A Great Person) dan Bang N. Hasan (Uneg-uneg). Jika Pak Eka dan Kang Sugeng berkutat dengan budaya dan Bahasa Jawa, maka Bang N. Hasan kosisten dengan Budaya Betawinya.
Khusus untuk Bang N. Hasan dalam blognya yang bertitel Uneg-Uneg sarat akan cerita-cerita ala Lenong Betawi. Segar dan kocak selalu hadir dalam cerita lewat tokoh-tokohnya seperti Bang Pendi (tokoh sentral), Bang Jabrik, Bang Mamat dan Mpok Mumun. Terkadang sentilan dan kritik sosial pun muncul dari obrolan ringan mereka di warung kopi. Nah.., yang belum pernah mampir ke warung kopinya Mpok Mumun pasti rugi telah melewatkan banyak obrolan yang kocak, segar dan seru.
Beberapa saat yang lalu, Bang Pendi merayakan ultah blog tempatnya nongkrong dan ngobrol-ngobrol selama ini yang telah mencapai usia 1 tahun. Karena seringnya ngobrol di warung kopi, maka dibuatlah award yang berbentuk kobaran api. Kenapa kobaran apinya berbentuk cinta..? Mungkin ingin menggambarkan kobaran cinta Bang Pendi atas budaya dan bahasa Betawi.
Untuk Bang Pendi... eh Bang N. Hasan..., terima kasih sudah berbagi award indah ini denganku. Maaf banget jika aku terlambat memajangnya disini. Selanjutnya, award ini aku bagikan kepada Pak Eka (Cerita Tugu) dan Kang Sugeng (Be A Great Person). Mohon diterima ya.... dan Salam Persahabatan.
wah,,kurang ngerti mah ama bahasa ibu,dari lahir langsung pake bahasa indonesia sih ! Hahahaha. .
BalasHapusmet siang ya mbak.
selamet ya mbak awardnya...
BalasHapusane langsung te ka pe nih...kayaknya seru blognya...
selamat ya mbak. . . .
BalasHapusDapat Award lagi.?
BalasHapusKeren banget kreasi bang Fendi... Cinta yang membara kayaknya.
selamat untuk awardnya mba ^^
BalasHapusapa kabar mbaku ?
bagaimana kabar keponakanku shasa....baik2 sajakah??
sun sayang untuk nya ya :)
he he he.bang pendi alias si noor itu lucu lho. aku suka postingannya yg ala betawi gitu. btw, selamat awardnya ya.
BalasHapusSaya masih menggunakan Bahasa Kromo juga loh mbak..
BalasHapuskena saya sama tulisannya, hehe...
BalasHapusslmt awardnya mbak reni.....
Trimakasih awardnya mbak reni, segera akan saya pasang setelah postingan yg ini terbaca oleh semua.
BalasHapusSaya memang sangat mencintai bahasa saya, inggih meniko boso jowo, sebab lantaran boso jowo menika, kulo saget ngenalaken budoyo dumateng konco-konco engkang dereng sumerap.
emang mba reni asli kelahiran mana ya ? lama tinggal di madiun, Saya ma... juga sering lupa sama bahasa ibu saya bahasa kutub utara qiqiqiqiqiiqi...
BalasHapusowh bang pendi nama aslinya bang hasan ea mbak... :-))
BalasHapuskalo sedang ama temen sedaerah ya pake basa ibu, kalo luar daerah ya b I mbak... hehehe
BalasHapushehehee...inyong memang lebih suka pakai bahasaku waktu inyong kuliah di IKIP yogyakarta sehari-hari inyong tetap pakai bahasaku, kalau banyak yang tertawa karna gaya bicara inyong malah semakin bangga dan semakin bersemangat
BalasHapustrimakasih awardnya langsung inyong ambil
iya mbak anak muda sekarang udah jarang menggunakan bahasa ibu lagi...btw selamat y mbak, atas awardnya........
BalasHapusSaya kadang pakai bahasa campur-campur ya jawa ngoko kroma dan indonesia sekenanya dan jadi tertawaan teman-teman saya! Yang penting sudah berusaha dan yang lebih tua dari saya menyadarinya!
BalasHapusBangga dengan Bahasa Indonesia, dapat menyatukan berbagai bahasa daerah!
BalasHapusSelamat awardnya!
BalasHapussalam sobat
BalasHapusmemang bahasa ibu di kita banyak ya mba,,
saya juga punya kok teman dari Purwokerto,,bahasanya " ngapak-ngapak", kalau pepaya dbilang "gandul"
selamat atas AWARDnya.
memang mereka setia menulis dengan bahasa ibu mereka, gimana ya kalau aku nulis make bahasa bugis
BalasHapussalut dengan blogger yang peduli dengan kebudayaan
BalasHapusaku berkunjung kesana deh kayaknya blognya asyik nih
BalasHapusselamat buat awardnya,saya kadang juga menggunakan bahasa kromo alus
BalasHapusselamat atas awardnya ya mba...
BalasHapusjadi PR buat mengajarkan bahasa ibu ke anak-anak nih...
BalasHapusmakasih sudah mengingatkan.
selamat hari kartini buat semua perempuan Indonesia. sukses!
Selamat yah Mba awardnya :-)
BalasHapusSaya mah dari kecil dibesarin dengan Bahasa Indonesia, jadi serasa ga punya bahasa ibu hehehe
Assalamu'alaikum, mbak Reni, maaf saya baru mulai bw lagi.
BalasHapusBahasa ibu harus dilestarikan. Saya punya blog yang ditulis dalam bahasa Sunda, bahasa ibu saya. Tapi kayaknya bila mbak bacapun gak mudeng ya hehe ... disini http://ani-rostiani.blogspot.com/
Wah...bang Pendi jadi terharu nih, blognya direpiu sama mba Reni...makasih ya mba ! makasih juga sudah pajang awardnya bang Pendi..
BalasHapusSalam hangat & sukses selalu...
bahasa ibu adalah bahasa sentuhan kulit dan kasih sayang
BalasHapusmantap neh awardnya
selamat ya mba
Selamat awardnya ya mba
BalasHapusngomong2 bahasa ibu hehehe aku wong jawa tp ga bisa bahasa jawa :p
klo aku masih pake bahasa ibu terus, boso jowo ngawur heheh
BalasHapusmet siang mba...
BalasHapusingkang meniko kulo kaliyan bapak lan ibu kulo ngagem boso indonesia, nanging kaliyan bude pakde lan liyane teng jawi ngagem boso kromo. InsyaALLAH...
BalasHapus^___^
selamat awardnya ya mbak...
pake bahasa ibuku kalo di rumah saja n ha nya biasa di komunikasikan dengan beliaunya
BalasHapussoalnya ayah nggak ngerti
hehehehe
wah,,saya stuju dgn adanya blog ini,karena kita mmliki beragam2 suku bangsa di indonesia jadi kita jangan meninggalkan adat istiadat/ bahasa daerah krna kita harus mmprtahankan bahasa ibu wlaupun bahasa indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa,sekian trimakasih.............
BalasHapus