Pepak adalah kata Bahasa Jawa yang jika ditranslate ke Bahasa Indonesia artinye Lengkap. Memang, Bahasa Jawa itu sangat lengkap dan detil. Gak percaya kalau Bahasa Jawa itu benar-benar lengkap dan detil? Nah, bagi yang penasaran dan ingin tahu... tak usah buang waktu, langsung aja dilanjut bacanya. Monggo...
Bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa, yaitu : ngoko (kasar), madya (biasa) dan krama (halus). Adanya tingkatan bahasa itu merupakan wujud tata krama masyarakat Jawa. Pemakaian tingkatan bahasa ini berbeda-beda tergantung dengan usia, situasi dan kondisi ataupun status sosial. Misalkan saja seorang anak berumur 10 tahun akan bicara dengan tingkatan ngoko pada teman sepantarannya. Tapi dia akan bicara dengan tingkatan madya jika bicara dengan remaja lain yang usianya jauh di atasnya. Jika dia bicara dengan orang yang sudah tua maka dia akan bicara dengan tingkatan krama.
Contoh : "Kamu mau pulang jam berapa?"
Burhan kepada teman sekelasnya : "Kowe arep mulih jam piro ?"
Burhan kepada kakak kelasnya : "Sampeyan ajeng wangsul jam pinten?"
Burhan kepada ibu gurunya : "Panjenengan badhe kondur jam pinten?"
Bahasa Jawa memiliki sistem bilangan yang 'unik'. Jika dalam Bahasa Indonesia angka 20 dibaca : dua puluh. Angka selanjutnya adalah dua puluh satu, dua puluh dua, dua puluh tiga dst. Tapi berbeda dalam Bahasa Jawa. Angka 20 dibawa rong puluh. Tapi selanjutnya bukan rong puluh siji (21), rong puluh loro (22) dst.. melainkan selikur, rolikur, telulikur dst. Tapi untuk angka 25 tidak dibaca limolikur tapi selawe ! :D
Bahasa Jawa memberikan "nama" sendiri untuk berbagai jenis makhluk hidup, antara lain :
Anak hewan, setiap anak hewan punya "nama" sendiri-sendiri, seperti :
Anak asu (anjing) disebut kirik
Anak pitik (ayam) disebut kuthuk
Anak cecak disebut sawiyah
Anak gajah disebut bledug, dsb
Daun, bahkan daun-daunan pun diberi nama sendiri-sendiri, misalnya :
Daun asem disebut dliring
Daun gedhang (pisang) disebut ujungan
Daun kates (pepaya) disebut gampleng
Daun pari (padi) disebut damen, dsb
Bunga, seperti daun-daunan maka bunga-bunga juga diberi nama sendiri-sendiri, misalnya :
Bunga belimbing disebut maya
Bunga cengkeh disebut polong
Bunga duren (durian) disebut dlongop
Bunga jagung disebut sinuwun, dsb
Biji atau isi buah pun diberikan mendapatkan nama sendiri-sendiri, misalnya :
Isi pelem (mangga) disebut pelok
Isi nangka disebut beton
Isi salak disebut kenthos
Isi sawo disebut kecik, dsb
Pentil (buah yang masih sangat kecil) pun tak luput diberi nama, misalnya :
Pentil jambu disebut karuk
Pentil kacang disebut besengut
Pentil manggis disebut blibar
Pentil semangka disebut plonco, dsb
Setelah daun, bunga dll mendapatkan nama... maka pohon pun kebagian mendapatkan nama juga, misalnya :
Pohon kacang disebut rendeng
Pohon kapuk disebut randu
Pohon mlinjo disebut so
Pohon aren disebut ruyung, dsb
Tempat untuk memelihara hewan juga mendapatkan nama yang berbeda-beda, misalnya :
Kandang adalah sebutan untuk rumah hewan yang dipelihara seperti kerbau, sapi, kambing dsb
Kombong adalah sebutan untuk rumah ayam, bebek, dsb
Krangkeng adalah sebutan untuk tempat memelihara hewan galak yang berpagar besi
Pagupon adalah sebutan untuk rumah burung merpati
Patarangan adalah sebutan untuk tempat ayam bertelur
Ada juga sebutan untuk jumlah anak dalam keluarga, misal :
Anak 1 laki-laki disebut ontang-anting
Anak 2 laki-laki semua disebut uger-uger lawang
Anak 5 laki-laki semua disebut pandhawa
Anak 2 perempuan semua disebut kembang sepasang
Anak 4 perempuan semua disebut sarimpi
Anak 2 laki-laki dan perempuan disebut kendhana kendhini, dsb
Untuk urusan bau pun ada sebutan yang berbeda-beda, misal :
Nduleg adalah sebutan untuk bau yang terlalu wangi secara berlebihan
Penguk adalah sebutan untuk bau tembakau atau beras yang sudah lama
Sumegrak adalah sebutan untuk bau lombok/cabe yang digoreng
Tengik adalah sebutan untuk bau minyak goreng lama, dsb
Selain rasa asem, asin, manis dan pahit dalam Bahasa Jawa ada sebutan untuk rasa yang lain, misal :
Anglek adalah rasa untuk kurma (manis yang sangat)
Cemplang adalah untuk menggambarkan rasa sayur yang kurang bumbu
Getir adalah rasa untuk pete, jengkol, jeruk purut
Sepet adalah rasa untuk salak, pisang yang masih mentah, dsb
Untuk menggambarkan sesuatu yang 'sangat' ada juga istilah tersendiri, misalnya:
Warna merah yang sangat merah disebut abang mbranang
Rasa dingin yang sangat disebut adhem njekut
Hal yang sangat jelas disebut cetha wela-wela
Menggambarkan sesuatu yang sangat kecil disebut cilik menthik, dsb
Yang memiliki arti "tanpa" juga punya sebutan sendiri, misal :
Hewan yang tanpa bulu disebut brondhol
Ayam tanpa ekor disebut buntung
Bulir padi yang tanpa isi disebut gabug
Baju tanpa krah disebut kuthung, dsb
Aduh sudah banyak banget ya yang aku ceritakan disini. Padahal itu juga belum semua lho. Saking detilnya sampai-sampai ceritaku jadi panjang lebar gini ya? Semoga aja yang baca tidak bosen. Hehehe...
Tapi sejujurnya aku sendiri tak hafal semua lho tentang segala "sebutan" yang berbeda-beda itu, hanya beberapa yang aku ingat. Untuk membantu Shasa mengerjakan PR Bahasa Jawa maka aku selalu mengandalkan Buku Pepak Basa Jawa untuk membantu.
Walau aku tak paham semua hal dalam Bahasa Jawa, aku bangga juga lo karena Bahasa Jawa benar-benar "pepak". Apakah Bahasa Daerahmu juga lengkap dan detil seperti itu, Sahabat?
Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway
Bahasa Jawa mengenal tingkatan bahasa, yaitu : ngoko (kasar), madya (biasa) dan krama (halus). Adanya tingkatan bahasa itu merupakan wujud tata krama masyarakat Jawa. Pemakaian tingkatan bahasa ini berbeda-beda tergantung dengan usia, situasi dan kondisi ataupun status sosial. Misalkan saja seorang anak berumur 10 tahun akan bicara dengan tingkatan ngoko pada teman sepantarannya. Tapi dia akan bicara dengan tingkatan madya jika bicara dengan remaja lain yang usianya jauh di atasnya. Jika dia bicara dengan orang yang sudah tua maka dia akan bicara dengan tingkatan krama.
Contoh : "Kamu mau pulang jam berapa?"
Burhan kepada teman sekelasnya : "Kowe arep mulih jam piro ?"
Burhan kepada kakak kelasnya : "Sampeyan ajeng wangsul jam pinten?"
Burhan kepada ibu gurunya : "Panjenengan badhe kondur jam pinten?"
Bahasa Jawa memiliki sistem bilangan yang 'unik'. Jika dalam Bahasa Indonesia angka 20 dibaca : dua puluh. Angka selanjutnya adalah dua puluh satu, dua puluh dua, dua puluh tiga dst. Tapi berbeda dalam Bahasa Jawa. Angka 20 dibawa rong puluh. Tapi selanjutnya bukan rong puluh siji (21), rong puluh loro (22) dst.. melainkan selikur, rolikur, telulikur dst. Tapi untuk angka 25 tidak dibaca limolikur tapi selawe ! :D
Bahasa Jawa memberikan "nama" sendiri untuk berbagai jenis makhluk hidup, antara lain :
Anak hewan, setiap anak hewan punya "nama" sendiri-sendiri, seperti :
Anak asu (anjing) disebut kirik
Anak pitik (ayam) disebut kuthuk
Anak cecak disebut sawiyah
Anak gajah disebut bledug, dsb
Daun, bahkan daun-daunan pun diberi nama sendiri-sendiri, misalnya :
Daun asem disebut dliring
Daun gedhang (pisang) disebut ujungan
Daun kates (pepaya) disebut gampleng
Daun pari (padi) disebut damen, dsb
Bunga, seperti daun-daunan maka bunga-bunga juga diberi nama sendiri-sendiri, misalnya :
Bunga belimbing disebut maya
Bunga cengkeh disebut polong
Bunga duren (durian) disebut dlongop
Bunga jagung disebut sinuwun, dsb
Biji atau isi buah pun diberikan mendapatkan nama sendiri-sendiri, misalnya :
Isi pelem (mangga) disebut pelok
Isi nangka disebut beton
Isi salak disebut kenthos
Isi sawo disebut kecik, dsb
Pentil (buah yang masih sangat kecil) pun tak luput diberi nama, misalnya :
Pentil jambu disebut karuk
Pentil kacang disebut besengut
Pentil manggis disebut blibar
Pentil semangka disebut plonco, dsb
Setelah daun, bunga dll mendapatkan nama... maka pohon pun kebagian mendapatkan nama juga, misalnya :
Pohon kacang disebut rendeng
Pohon kapuk disebut randu
Pohon mlinjo disebut so
Pohon aren disebut ruyung, dsb
Tempat untuk memelihara hewan juga mendapatkan nama yang berbeda-beda, misalnya :
Kandang adalah sebutan untuk rumah hewan yang dipelihara seperti kerbau, sapi, kambing dsb
Kombong adalah sebutan untuk rumah ayam, bebek, dsb
Krangkeng adalah sebutan untuk tempat memelihara hewan galak yang berpagar besi
Pagupon adalah sebutan untuk rumah burung merpati
Patarangan adalah sebutan untuk tempat ayam bertelur
Ada juga sebutan untuk jumlah anak dalam keluarga, misal :
Anak 1 laki-laki disebut ontang-anting
Anak 2 laki-laki semua disebut uger-uger lawang
Anak 5 laki-laki semua disebut pandhawa
Anak 2 perempuan semua disebut kembang sepasang
Anak 4 perempuan semua disebut sarimpi
Anak 2 laki-laki dan perempuan disebut kendhana kendhini, dsb
Untuk urusan bau pun ada sebutan yang berbeda-beda, misal :
Nduleg adalah sebutan untuk bau yang terlalu wangi secara berlebihan
Penguk adalah sebutan untuk bau tembakau atau beras yang sudah lama
Sumegrak adalah sebutan untuk bau lombok/cabe yang digoreng
Tengik adalah sebutan untuk bau minyak goreng lama, dsb
Selain rasa asem, asin, manis dan pahit dalam Bahasa Jawa ada sebutan untuk rasa yang lain, misal :
Anglek adalah rasa untuk kurma (manis yang sangat)
Cemplang adalah untuk menggambarkan rasa sayur yang kurang bumbu
Getir adalah rasa untuk pete, jengkol, jeruk purut
Sepet adalah rasa untuk salak, pisang yang masih mentah, dsb
Untuk menggambarkan sesuatu yang 'sangat' ada juga istilah tersendiri, misalnya:
Warna merah yang sangat merah disebut abang mbranang
Rasa dingin yang sangat disebut adhem njekut
Hal yang sangat jelas disebut cetha wela-wela
Menggambarkan sesuatu yang sangat kecil disebut cilik menthik, dsb
Yang memiliki arti "tanpa" juga punya sebutan sendiri, misal :
Hewan yang tanpa bulu disebut brondhol
Ayam tanpa ekor disebut buntung
Bulir padi yang tanpa isi disebut gabug
Baju tanpa krah disebut kuthung, dsb
Aduh sudah banyak banget ya yang aku ceritakan disini. Padahal itu juga belum semua lho. Saking detilnya sampai-sampai ceritaku jadi panjang lebar gini ya? Semoga aja yang baca tidak bosen. Hehehe...
Tapi sejujurnya aku sendiri tak hafal semua lho tentang segala "sebutan" yang berbeda-beda itu, hanya beberapa yang aku ingat. Untuk membantu Shasa mengerjakan PR Bahasa Jawa maka aku selalu mengandalkan Buku Pepak Basa Jawa untuk membantu.
Walau aku tak paham semua hal dalam Bahasa Jawa, aku bangga juga lo karena Bahasa Jawa benar-benar "pepak". Apakah Bahasa Daerahmu juga lengkap dan detil seperti itu, Sahabat?
Postingan ini diikutsertakan di Aku Cinta Bahasa Daerah Giveaway
postingan ingkang sae punika bu kangge nguri-uri basa jawi
BalasHapusmba renii apa kabar hehe :D
BalasHapuseh ikutan GA si Niar semoga beruntung ya mba ;)
dulu pepak basa jawaku sampai ada dua mba, yang cover merah sama hijau, padahal isinya sama. hihihih
BalasHapus@Eka Soepadmo >> mugi-mugi kemawon Pak.. :)
BalasHapus@Ria Nugroho >> Hai Ria... apa kabar?
@Kania >> dulu aku sudah beliin Pepak Basa Jawa utk Shasa waktu SD tapi karena "hancur" aku beli lagi waktu Shasa SMP ini