Hi Friends, jika beberapa waktu lalu kita sudah ngobrol soal "Kenali TB dan obatilah", yuk sekarang obrolannya kita lanjutin lagi. Kali ini kita ngobrol tentang pengobatan TB. Walau di obrolan kemarin sudah kita singgung sedikit-sedikit sih, gak ada salahnya kan kalau sekarang obrolannya kita perdalam lagi. Setuju kan?
Sebelum kita ngobrol soal pengobatannya, aku pengen tanya sesuatu dulu nih sekedar untuk menyegarkan ingatan kita. Sobat masih ingat kan mengapa masyarakat dari golongan kurang mampu mudah terserang TB? Yups, betul sekali. Lingkungan yang padat, kotor dan asupan nutrisi yang buruk adalah penyebabnya. Karena siapapun dengan daya tahan tubuh yang lemah akan dapat dengan mudah terserang TB. Kondisi itulah yang menyebabkan mengapa penderita TB mayoritas masyarakat kurang mampu.
Kendala yang dialami penderita
Nah, kalau masyarakat kurang mampu ini terkena penyakit TB bisa panjang urusannya. Kenapa bisa begitu? Yuk kita bahas bersama. Seringkali mereka yang dari golongan kurang mampu ini terkena penyakit TB karena "ketidakmampuan" mereka. Mereka tak mampu tinggal di lingkungan yang sehat dan bersih, mereka tak mampu makan dengan gizi yang cukup, mereka tak mampu beristirahat dengan cukup. Intinya, mereka tak mampu menerapkan pola hidup sehat dalam hidup mereka! Bahkan, saat sakit pun mereka tak mampu juga berobat.
ilustrasi oleh penulis (gambar dari sini)
Nah, itu sebabnya jika mereka menderita TB, maka penyakitnya itu bukannya makin sembuh tapi makin parah. Mereka mau makan saja susah, apalagi jika disuruh untuk berobat. Apalagi, seperti yang kita obrolkan sebelumnya, bahwa pengobatan untuk penyakit ini butuh waktu yang lama yaitu 6 bulan. Dan, selama 6 bulan itu mereka harus patuh untuk menjalani pengobatan dan tak boleh putus obat sama sekali. Tentu saja pengobatan selama itu membutuhkan biaya yang tidak seditit, kan? Itu baru biaya untuk pengobatannya, belum biaya transportasi PP ke puskesmas atau rumah sakit. Belum ditambah ketiadaan pemasukan apabila ternyata si penderita TB adalah tulang punggung keluarga.
Berbagai faktor di atas itulah yang menyebabkan penderita TB dari golongan masyarakat kurang mampu memilih untuk tidak berobat, karena ketiadaan biaya. Padahal, jika mereka tak dapat disembuhkan, maka mereka dapat dengan mudah menularkannya pada orang-orang lain di sekitar mereka atau juga pada siapa saja yang mereka temui karena TB dapat dengan mudah menular lewat udara. Nah lho... berbahaya, kan?
Jika itu terjadi, maka penderita TB di negara kita bukannya makin berkurang tapi justru dengan cepat akan bertambah, bukan? Ingat kan fakta yang terungkap dalam obrolan kita sebelumnya bahwa TB adalah penyebab kematian kedua? Untunglah, Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan mengambil berbagai langkah untuk menghentikan penyebarannya sekaligus menyembuhkan para penderita TB.
Obat TB ternyata gratis lho!
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan obat bagi penderita TB disediakan secara gratis oleh pemerintah. Bahkan, dalam era SJSN yang dijalankan sejak 2014, kebijakannya tetap tak berubah : semua obat TB akan tetap dibeli oleh pemerintah dan dibagikan cuma-cuma kepada penderitanya sampai dinyatakan benar-benar sembuh. Obat gratis yang diberikan hanya 1 jenis (dalam bentuk fix dose combination atau FDC) yang di dalamnya sudah terkandung semua zat yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri TB seperti: rifamphisin, isoniasid (INH) dan ethambutol. Untuk penderita tertentu terkadang ditambahkan vitamin. Meski gratis, obat itu bermutu tinggi dan sangat efisien menyembuhkan penderitanya lho. Tuh, sip kan?
Untuk bisa mendapatkan pengobatan gratis di Puskesmas/RS memang harus melalui prosedur tentunya. Yang jelas Puskesmas/RS harus memiliki bukti bahwa yang bersangkutan benar-bener menderita TB. Caranya? Simpel saja kok, penderitanya harus menunjukkan bukti tes dahak kepada Puskesmas/RS. Pemeriksaan dahak ini bisa dilakukan di laboratorium Puskesmas/RS. Berdasarkan hasil test dahak itu, dokter di Puskesmas/RS akan memberikan obat gratis dalam bentuk paket. Untuk 1 orang pasien akan disiapkan 1 paket obat untuk jangka waktu 6 bulan. Tapi, obat itu tidak diberikan sekaligus lho ya? Pemberian obat itu dilakukan secara berkala oleh Puskesmas/RS ketika penderita berobat sampai dinyatakan sudah sembuh.
ilustrasi oleh penulis (gambar dari sini dan sini)
Pemberian obat TB gratis dari Pemerintah itu tentunya sangat membantu penderita dari golongan masyarakat kurang mampu, karena obat yang harganya relatif mahal tersebut bisa diperoleh secara gratis. Adanya obat gratis itu tentu memberikan harapan bagi penderita TB, khususnya dari golongan masyarakat kurang mampu, untuk bisa benar-benar sembuh dari penyakitnya.
Dukungan Pemerintah vs Kemampuan Masyarakat
Meskipun obat sudah digratiskan oleh pemerintah, namun ternyata penderita TB di negara kita masih relatif tinggi. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
Melihat kenyataan tersebut, Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan penanganan TB turut menentukan keberhasilan pengentasan kemiskinan dan pengentasan kemiskinan merupakan salah satu syarat menurunkan kasus TB. Oleh sebab itu program TB pun harus dijalankan secara terintegrasi dengan program pengentasan kemiskinan. Benar, kan?
Jadi begitulah, mengobati TB itu bukan hanya membutuhkan kedisiplinan dan kepatuhan, namun juga sedikit 'perjuangan'. Penyakit ini bisa disembuhkan asal ada keyakinan dan keinginan yang kuat untuk sembuh total. Jika penderita bisa sembuh, maka dia akan mampu berbuat banyak untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Ayo, berobatlah, obat TB itu gratis lho!!
referensi:
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2145
http://rri.co.id/index.php/berita/45501/Pemerintah-Tetap-Sediakan-Obat-TB-Secara-Gratis#.U0gsSpzsbIU
http://suara-jelata.blogspot.com/2013/01/obat-tbc-gratis-program-pemerintah.html
http://www.sapa.or.id/b1/99-k2/1358-19-persen-masyarakat-saja-yang-tahu-pengobatan-tb-gratis
Tulisan ini disertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberkolosis
Sebelum kita ngobrol soal pengobatannya, aku pengen tanya sesuatu dulu nih sekedar untuk menyegarkan ingatan kita. Sobat masih ingat kan mengapa masyarakat dari golongan kurang mampu mudah terserang TB? Yups, betul sekali. Lingkungan yang padat, kotor dan asupan nutrisi yang buruk adalah penyebabnya. Karena siapapun dengan daya tahan tubuh yang lemah akan dapat dengan mudah terserang TB. Kondisi itulah yang menyebabkan mengapa penderita TB mayoritas masyarakat kurang mampu.
Kendala yang dialami penderita
Nah, kalau masyarakat kurang mampu ini terkena penyakit TB bisa panjang urusannya. Kenapa bisa begitu? Yuk kita bahas bersama. Seringkali mereka yang dari golongan kurang mampu ini terkena penyakit TB karena "ketidakmampuan" mereka. Mereka tak mampu tinggal di lingkungan yang sehat dan bersih, mereka tak mampu makan dengan gizi yang cukup, mereka tak mampu beristirahat dengan cukup. Intinya, mereka tak mampu menerapkan pola hidup sehat dalam hidup mereka! Bahkan, saat sakit pun mereka tak mampu juga berobat.
ilustrasi oleh penulis (gambar dari sini)
Nah, itu sebabnya jika mereka menderita TB, maka penyakitnya itu bukannya makin sembuh tapi makin parah. Mereka mau makan saja susah, apalagi jika disuruh untuk berobat. Apalagi, seperti yang kita obrolkan sebelumnya, bahwa pengobatan untuk penyakit ini butuh waktu yang lama yaitu 6 bulan. Dan, selama 6 bulan itu mereka harus patuh untuk menjalani pengobatan dan tak boleh putus obat sama sekali. Tentu saja pengobatan selama itu membutuhkan biaya yang tidak seditit, kan? Itu baru biaya untuk pengobatannya, belum biaya transportasi PP ke puskesmas atau rumah sakit. Belum ditambah ketiadaan pemasukan apabila ternyata si penderita TB adalah tulang punggung keluarga.
Berbagai faktor di atas itulah yang menyebabkan penderita TB dari golongan masyarakat kurang mampu memilih untuk tidak berobat, karena ketiadaan biaya. Padahal, jika mereka tak dapat disembuhkan, maka mereka dapat dengan mudah menularkannya pada orang-orang lain di sekitar mereka atau juga pada siapa saja yang mereka temui karena TB dapat dengan mudah menular lewat udara. Nah lho... berbahaya, kan?
Jika itu terjadi, maka penderita TB di negara kita bukannya makin berkurang tapi justru dengan cepat akan bertambah, bukan? Ingat kan fakta yang terungkap dalam obrolan kita sebelumnya bahwa TB adalah penyebab kematian kedua? Untunglah, Pemerintah melalui Kementrian Kesehatan mengambil berbagai langkah untuk menghentikan penyebarannya sekaligus menyembuhkan para penderita TB.
Obat TB ternyata gratis lho!
Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan Tjandra Yoga Aditama mengatakan obat bagi penderita TB disediakan secara gratis oleh pemerintah. Bahkan, dalam era SJSN yang dijalankan sejak 2014, kebijakannya tetap tak berubah : semua obat TB akan tetap dibeli oleh pemerintah dan dibagikan cuma-cuma kepada penderitanya sampai dinyatakan benar-benar sembuh. Obat gratis yang diberikan hanya 1 jenis (dalam bentuk fix dose combination atau FDC) yang di dalamnya sudah terkandung semua zat yang dibutuhkan untuk membunuh bakteri TB seperti: rifamphisin, isoniasid (INH) dan ethambutol. Untuk penderita tertentu terkadang ditambahkan vitamin. Meski gratis, obat itu bermutu tinggi dan sangat efisien menyembuhkan penderitanya lho. Tuh, sip kan?
Untuk bisa mendapatkan pengobatan gratis di Puskesmas/RS memang harus melalui prosedur tentunya. Yang jelas Puskesmas/RS harus memiliki bukti bahwa yang bersangkutan benar-bener menderita TB. Caranya? Simpel saja kok, penderitanya harus menunjukkan bukti tes dahak kepada Puskesmas/RS. Pemeriksaan dahak ini bisa dilakukan di laboratorium Puskesmas/RS. Berdasarkan hasil test dahak itu, dokter di Puskesmas/RS akan memberikan obat gratis dalam bentuk paket. Untuk 1 orang pasien akan disiapkan 1 paket obat untuk jangka waktu 6 bulan. Tapi, obat itu tidak diberikan sekaligus lho ya? Pemberian obat itu dilakukan secara berkala oleh Puskesmas/RS ketika penderita berobat sampai dinyatakan sudah sembuh.
ilustrasi oleh penulis (gambar dari sini dan sini)
Pemberian obat TB gratis dari Pemerintah itu tentunya sangat membantu penderita dari golongan masyarakat kurang mampu, karena obat yang harganya relatif mahal tersebut bisa diperoleh secara gratis. Adanya obat gratis itu tentu memberikan harapan bagi penderita TB, khususnya dari golongan masyarakat kurang mampu, untuk bisa benar-benar sembuh dari penyakitnya.
Dukungan Pemerintah vs Kemampuan Masyarakat
Meskipun obat sudah digratiskan oleh pemerintah, namun ternyata penderita TB di negara kita masih relatif tinggi. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal antara lain :
- masih banyak masyarakat yang belum tahu bahwa obat TB digratiskan sampai pasien dinyatakan sembuh.
- masih ada masyarakat yang menganggap enteng penyakit ini. Mereka belum menyadari bahwa jika penyakitnya tidak diobati secara tuntas dapat menyebabkan kematian.
- masih banyak penderita TB kesulitan menjangkau tempat pelayanan kesehatan meskipun obatnya diberikan gratis. Hal ini bisa disebabkan rumah penderita berada di tempat terpencil jauh dari tempat pelayanan kesehatan, atau karena ketiadaan biaya transportasi menuju tempat pengobatan, dll.
- ketidakpatuhan pasien dalam pengobatan karena banyaknya obat yang harus diminum (dalam jangka waktu lama) dan juga efek samping yang dirasakan penderita pun banyak.
- walaupun obat dan pemeriksaan dokter gratis, namun penderita masih harus membayar biaya pendaftaran dan pemeriksaan laboratorium, yang meskipun relatif murah, namun bagi penderita dari golongan masyarakat kurang mampu mungkin masih terasa berat
Melihat kenyataan tersebut, Pemerintah menyadari bahwa keberhasilan penanganan TB turut menentukan keberhasilan pengentasan kemiskinan dan pengentasan kemiskinan merupakan salah satu syarat menurunkan kasus TB. Oleh sebab itu program TB pun harus dijalankan secara terintegrasi dengan program pengentasan kemiskinan. Benar, kan?
Jadi begitulah, mengobati TB itu bukan hanya membutuhkan kedisiplinan dan kepatuhan, namun juga sedikit 'perjuangan'. Penyakit ini bisa disembuhkan asal ada keyakinan dan keinginan yang kuat untuk sembuh total. Jika penderita bisa sembuh, maka dia akan mampu berbuat banyak untuk memperbaiki ekonomi keluarga. Ayo, berobatlah, obat TB itu gratis lho!!
referensi:
http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2145
http://rri.co.id/index.php/berita/45501/Pemerintah-Tetap-Sediakan-Obat-TB-Secara-Gratis#.U0gsSpzsbIU
http://suara-jelata.blogspot.com/2013/01/obat-tbc-gratis-program-pemerintah.html
http://www.sapa.or.id/b1/99-k2/1358-19-persen-masyarakat-saja-yang-tahu-pengobatan-tb-gratis
Tulisan ini disertakan dalam Blog Writing Competition dalam rangka Hari Tuberkolosis
bener banget mak, obat gratis ini memang sangat bermanfaat terutama bagi penderita TB...
BalasHapusSaya jg ada postingan baru mak, mungkin berkenan menyimak...
http://mieagoblog.blogspot.com/2014/04/sembuhkan-tb-tanpa-bayar-alias-gratis_18.html
bagi masyarakat kurang mampu maka ketersediaan obat TB gratis itu tentu sangat membantu mereka
Hapusbetul, mbak Reni ... kerapkali penyembuhan penderita tidak maksimal karena mereka tidak tuntas berobat. Jadi bla belum selesai masa pengobatan yang 6 bulan penderita harus disiplin minum obat meskipun merasa sudah sembuh.
BalasHapusSemoga sukses ya, mbak.
Ohya, saya berusaha rajin menulis lagi kan berkat mbak Reni dan KEB ... ketularan virus menulis mah mau banget, asal jangan virus TB aja hehe ...
Memang waktu 6 bulan dalam pengobatan itu tentu saja tidak nyaman ya Mbak.. tapi bagi yang ingin sembuh pasti akan tetap semangat melewati masa2 pengobatan itu.
HapusSeneng deh mbak Ani rajin nulis lagi sekarang :)
Mbak Reni, dulu aku punya PRT yang terkena TB..Ketahuannya setelah dua bulan kerja di rumahku. Nah karena gak mungkin dan gak tega juga menyuruhnya pulang, maka kami obati lah dia. Rupanya 6 bulan saja tak cukup. Tambah 6 bulan lagi. Nah setelah setahun rontgen lagi, kali ini baru dinyatakan sembuh.
BalasHapusPadahal selama 6 bulan pertama itu dia tak putus obat sama sekali ya? Dia tak pernah terlewatkan obat sekalipun ya?
HapusWah, ternyata ada juga ya yang butuh waktu lebih lama utk sembuh, mbak.
pengobatannya lama juga ya, perlu kesabaran dan ketabahan si pasien. semoga info ini bermanfaat bagi yang menderita TB,
BalasHapusMemang butuh kesabaran dan ketabahan... karena efek sampingnya yang membuat banyak penderita memutuskan utk berhenti berobat
HapusSemoga obat gratis ini bisa membuat semua penderita TB sembuh total ya, Mak. Serem juga setelah tahu kalau penyakit ini menular dengan mudah. TFS, Mak. ^^
BalasHapusSemoga para penderita TB bisa tuntas semua berobatnya sehingga tidak menyebarkan penyakit itu pada yang lainnya. Aamiin.
Hapusselamat pagi, kunjungan perdana n salam perkenalan ya bu, blognya bagus bu ^_^. ditunggu kunjungan baliknya, barangkali ibu mempunya anak,keponakan atau adik yang masih kecil, saya tawarkan vcd pembelajaran anak2, vcd ini sangat cocok sekali untuk mendidik dan membangun karakter anak sejak dini, semoga bermanfaat dan semoga ibu tertarik ^_^ tdk lupa ditunggu ya kunjungan baliknya, trm ksh ^_^
BalasHapusTerimakasih banyak utk kunjungannya :)
Hapusdengan program gratis obat TB ini smeoga semakin banyak penderita TB yang gak ragu lagi untuk berobat :)
BalasHapusIya Mak... semoga seperti itu keadaannya. Semoga saja program obat TB gratis ini diketahui oleh masyarakat luas/
HapusIa mbak. Gratis tis tis tis. Tapi kokbanyak yg abai ya. Moga tulisan ini ikut membantu menyebarkanya.
BalasHapusTeman saya pernah kena TB dan masih dalam tahap pengobatan. Tapi kok bayar ya mbak
BalasHapusGratis tapi durasinya lama banget, perlu dukungan semangat banyak pihak
BalasHapusade saya bayar tuh mba.. jutaan :)
BalasHapusmungkin jadi mahal karena butuh 6 bulan supaya sembuh total
Saya pikir sosialisasinya yang kurang Mbak. Selama ini masyarakat hampir tidak tau, bahkan saya sendiri pun tidak tau bahwa obat TB itu gratis. Andai tiap Puskesmas sering memberi info kepada Pak RT atau Ibu-ibu PKK mungkin penderita TB jadi berkurang..
BalasHapusmasih banyak masyarakat yang belum tahu..bahwa obat TB ini memang gratis..dan yg lebih parah lagi..ada beberapa oknum dokter yang memberikan resep obat TB yg harus ditebus dengan biaya mahal......padahal ada obat dari pemerintah yg gratisan.....
BalasHapuskeep happy blogging always...salam dari Makassar :-)
ikutan kompetisi ini ya mba..? anak2 di lingkunganku sering banget terlalu dini di diagnosa menderita TB padahal belum tentu lo..saya ga suka ketemu dokter gaya gitu tuh..hiks..eh..semoga beruntung ya mba..menang kompetisi! betewe darimana ada pengumuman mozaik kompetisi? kan blm ada pengumumannya?
BalasHapus