Marilah kita lihat bagaimana berita yang sering ada di media tentang negeri kita tercinta, Indonesia. Bencana alam, kemiskinan, kerusakan lingkungan, buruknya fasilitas kesehatan, harga BBM yang terus melambung tinggi, belum meratanya kesempatan mengenyam pendidikan dan (yang selalu ramai diberitakan) korupsi. Tapi, semua itu belum keseluruhan berita tentang Indonesia yang ada di media. Masih ada berita lain seperti permasalahan sampah, lahan pertanian yang mengering, jembatan yang ambruk, gizi buruk dan masih banyak lagi.
ilustrasi oleh penulis
Sekarang, bagaimana kita memandang berbagai permasalahan yang dihadapi Indonesia tersebut? Jawaban kita akan menunjukkan sikap kita. Jika kita melihat tak ada lagi jalan keluar dari berbagai permasalahan tersebut, itu menunjukkan bahwa kita telah memilih bersikap pesimis. Sebaliknya, bagi orang-orang yang bersikap optimis maka mereka masih memiliki harapan. Mereka melihat ada peluang dan jalan keluar dari berbagai permasalahan itu. Dan, ternyata banyak orang Indonesia yang memilih untuk bersikap optimis dan berhasil menemukan alternatif jalan keluar dari berbagai masalah yang ada.
ilustrasi oleh penulis
Mereka, orang-orang yang bersikap optimis ini, adalah orang-orang hebat. Mereka menyadari bahwa mereka tak bisa hanya mengandalkan uluran tangan orang lain dan pemerintah untuk memperbaiki kehidupan atau nasib mereka. Mereka menyadari, perubahan ke arah yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri. Dan yang jelas, mereka tak segan untuk bekerja keras dalam mewujudkannya!
Ya, kerja keras dan sikap pemberani sejatinya adalah modal dasar yang sudah dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Sejarah masa lalu telah menunjukkan bahwa nenek moyang kita tak kenal takut untuk bekerja keras dan berjuang. Apalagi ditambah dengan semangat gotong royong, maka rasanya bangsa kita sudah punya cukup modal untuk bersama bahu membahu bangkit dan keluar dari berbagai permasalahan yang ada.
Sudah banyak contoh masyarakat yang berhasil menemukan jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi akibat kerja keras, berani dan semangat gotong royong. Sebagian besar memang pada awalnya berjuang sendiri dan mereka tetap teguh melakukannya meskipun masyarakat sekitarnya menyangsikan aksinya. Tak sedikit yang dianggap "gila" karena mereka melakukan apa yang dianggap masyarakat sebagai hal yang mustahil. Namun seiring berjalannya waktu dan setelah melihat hasil dari apa yang telah dirintis itu, maka masyarakat sekitar pun pada akhirnya ikut membantu. Ini membuktikan, sikap optimisme berhasil dibangun di atas sikap pesimisme. Dan, berikut ini adalah contoh nyatanya.
Harini Bambang Wahono
sumber
Eyang Harini (begitu dia biasa disapa) adalah seorang pahlawan lingkungan, pendidik, pekerja sosial dan masih berderet julukan lain yang diberikan kepadanya. Dia telah menggagas arisan tanaman yang pada akhirnya membawa Kelurahan Banjarsari tempat tinggalnya menjadi hunian yang asri dan indah. Bahkan Kelurahan Banjarsari berhasil mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai kampung percontohan ramah lingkungan pada tahun 1996.
Tak hanya itu, wanita berusia 81 tahun itu juga melaksanakan pengelolaan sampah di lingkungannya. Saat ini dia menduduki banyak jabatan sosial seperti Ketua Kelompok Tani Dahlia Kel. Cilandak Jakarta Selatan, Ketua Kelompok Sadar Wanita, Ketua Formapel (Forum Masyarakat Peduli Lingkungan), Ketua PKK, dan lain sebagainya.
Atas semua kiprahnya dalam pengelolaan sampah dan kepeduliannya pada lingkungan, Eyang Harini telah memperoleh banyak penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Aleta Baun
sumber
Wanita yang biasa disapa dengan nama Mama Aleta ini telah dengan berani melakukan aksi nyata berjuang mempertahankan lingkungan dari cengkraman tambang di Gunung Mutis, Molo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Keberadaan tambang di Gunung Mutis itu telah merusak lingkungan dan juga mengganggu masyarakat sekitar. Perjuangan yang dilakukannya sangat tak mudah, karena baru tujuh tahun kemudian dia berhasil meyakinkan ratusan perempuan Molo untuk ikut mendukung aksinya itu. Pada akhirnya, dia berhasil menyingkirkan para penambang dari daerah tersebut.
Tak berhenti sampai di situ, dia juga berusaha melakukan pelestarian daerah hulu wilayah Molo yang merupakan sumber air bagi seluruh pulau Timor. Dia juga mengusahakan hak tanah bersama yang akan dikelola oleh komunitas masyarakat setempat. Namun, Mama Aleta dituduh oleh pemerintah setempat telah menyerobot hutan. Bahkan, aparat pun memasang pengumuman untuk menangkap dan membunuhnya.
Walau banyak mendapat rintangan, namun Mama Aleta terus berjuang menyelamatkan lingkungan. Atas apa yang dilakukannya selama itu dia telah banyak mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri. Puncaknya, pada April 2013 dia mendapat penghargaan The Goldman Environmental Prize di San Fransisco, California, Amerika Serikat.
Mak Eroh
sumber
Bagi masyarakat Cisayong Tasikmalaya, nama Mak Eroh mungkin akan tetap dikenang selamanya karena jasanya. Wanita perkasa itu bertekad untuk membelah bukit guna membuat saluran air! Dia seorang diri bergelantungan di lereng yang tegak di wilayah kaki Gunung Galunggung. Untuk mengebor tebing cadas itu dia hanya menggunakan cangkul dan balincong. Padahal saat itu usianya sudah lebih dari 50 tahun!
Tentu saja, masyarakat mencibir tindakan tak masuk akalnya itu. Namun Mak Eroh tetap yakin dengan kemampuannya. Dan, berkat tekad kuat, keberanian dan kerja keras akhirnya dia berhasil membuat saluran yang mengalirkan air dari Sungai Cilutung ke kampungnya.
Keberhasilan itu tak membuatnya puas. Selanjutnya dia bertekad membuat saluran air sepanjang 4,5 kilometer. Saluran air itu mengitari 8 bukit yang memiliki kemiringan 60-90 derajat. Berbeda dengan sebelumnya, kini masyarakat desa mau membantunya setelah melihat hasil dari apa yang dilakukan Mak Eroh. Dan, pekerjaan itu akhirnya selesai dalam waktu 2,5 tahun.
Berkat Mak Eroh, kini sawah-sawah di desa itu dan juga desa-desa sekitarnya terairi sepanjang tahun. Padahal sebelumnya, sawah Desa Santana Mekar dan sekitarnya hanya bisa bercocok tanam sekali dalam setahun, karena sawah mereka merupakan sawah tadah hujan.
Atas apa yang dilakukannya, Mak Eroh telah mendapatkan penghargaan Upakarti Lingkungan Hidup (tahun 1988) dari Pemerintah Indonesia dan penghargaan lingkungan dari PBB (tahun 1989).
Butet Manurung
sumber
Keprihatinan Butet terhadap masyarakat rimba yang sering menjadi korban penipuan masyarakat kota membuat wanita berdarah Batak ini bertekad untuk memberikan pendidikan pada mereka. Usahanya meyakinkan masyarakat rimba tentang arti penting pendidikan tak berjalan dengan mulus. Dia mendapat penolakan keras dari masyarakat rimba sendiri yang menganggap pendidikan sebagai "budaya luar". Namun, kerja keras Butet sejak tahun 1999 itupun akhirnya membuahkan hasil. Lewat Sokola Rimba yang dirintisnya, dia akhirnya mampu mengajar baca-tulis bagi suku Anak Dalam atau Kubu di Taman Nasional Bukit 12 (TNBD) dan Bukit 30, Jambi.
Metode pembelajaran Sokola Rimba tentu saja berbeda dari sekolah pada umumnya. Hal ini disesuaikan dengan keadaan anak-anak rimba yang diajarnya. Berkat metode mengajarnya itu, Butet mendapat penghargaan "The Man and Biosphere Award" dari LIPI-UNESCO pada tahun 2001.
Selain itu, masih banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri yang berhasil diraihnya dan salah satu diantaranya adalah "Heroes of Asia Award 2004" dari Majalah Time.
Muhammad Arif Kirdiat
sumber
Arif, begitulah dia biasa disapa adalah koordinator Relawan Kampung. Relawan Kampung merupakan sebuah organisasi sosial yang fokus dalam membantu masyarakat membangun jembatan rusak di Banten. Arif mendirikan Relawan Kampung pada tahun 2009 bersama beberapa koleganya, baik wartawan, bankir, maupun karyawan swasta lainnya.
Relawan Kampung didirikan dengan tekad untuk melaksakan tugas yang tidak dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi Banten, seperti memperbaiki jalan, jembatan atau sekolah rusak yang banyak tersebar di pelosok Provinsi Banten. Untuk itu, Relawan Kampung berupaya mengumpulkan dana agar dapat membangun di berbagai pelosok Banten, agar tak terlalu tertinggal dari daerah lain.
Sampai dengan awal Desember 2013 yang lalu Relawan Kampung telah membangun 13 jembatan bersama dengan berbagai institusi. Kini, Relawan Kampung mulai "melebarkan sayap" untuk membangun 14 jembatan di Indonesia, melalui kontrak bersama salah satu minimarket. Kedepannya, Relawan Kampung menargetkan membangun 100 jembatan di seluruh wilayah Indonesia.
Walau banyak tanggapan miring atas apa yang dilakukan Arif dan teman-temannya di Relawan Kampung, tapi mereka akan tetap melakukannya. Karena bagi mereka, jembatan adalah sarana untuk menuju kesejahteraan.
dr. Gamal Albinsaid
sumber
dr. Gamal mendirikan Klinik Asuransi Premi Sampah di Malang sebagai bentuk dedikasinya terhadap kemanusiaan. Klinik ini muncul sejak 2010 lalu lewat organisasi Indonesia Medika. Tapi, baru berjalan enam bulan, klinik ini berhenti beroperasi. Baru sejak Maret 2013 lalu, Dokter Gamal mengaktifkan kembali klinik ini untuk keluarga kurang mampu.
Klinik Asuransi Premi Sampah adalah program asuransi kesehatan dengan premi sampah sebagai pembiayaan program kesehatan. Saat ini sudah ada 5 klinik di Malang yang menerapkan Klinik Asuransi Presmi Sampah tersebut dengan jumlah anggota kurang lebih 500 orang.
Sampah yang dikumpulkan warga diolah menjadi uang sebagai “Dana Sehat” melalui 2 cara, untuk sampah organik dijadikan pupuk dengan Metode Takakura, sedangkan untuk sampah anorganik yang dapat didaur ulang dijual ke pengepul.
Dana yang terkumpul digunakan untuk pelayanan kesehatan secara holistik, yaitu pengobatan jika pasien sakit (kuratif), melakukan program peningkatan kualitas kesehatan (promotif, seperti : penyuluhan, konsultasi gizi, pembagian buku, dll), mencegah terjadinya sakit (preventif), dan rehabilitatif (home visit, kontrol diabetes, dll).
Keberadaan klinik asuransi sampah tidak hanya membantu meringankan finansial warga sekitar. Namun juga membuat kebersihan lingkungan tetap terjaga.
Atas apa yang dilakukannya itu, dia mendapatkan penghargaan pertama untuk kategori Sustainable Living Young Entrepreneurs Awards yang diselenggarakan oleh Unilever bekerja sama dengan Universitas Cambridge. Dan, kedepannya dr. Gamal berniat untuk menerapkan sistem pembayaran sampah ini ke klinik lainnya dan juga ke bidang lain (seperti sekolah) di Indonesia.
dr. Dani Ferdian
sumber
Menurut dr. Dani, peran penting seorang dokter itu adalah melakukan tindakan pencegahan (preventif) dengan turun langsung ke masyarakat atau memperbaiki sistem kesehatan di pemerintahan. Itu sebabnya, sejak masih berstatus mahasiswa dulu, dia dan beberapa temannya membentuk gerakan Dokter Volunteer.
Secara umum, aktivitas Dokter Volunteer terbagi dalam tiga bidang yaitu, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sejak didirikan pada 2009, ada 200 kegiatan yang dilakukan Dokter Volunteer untuk melayani sekitar 50 ribu warga. Kegiatan itu mulai dari mengajar anak-anak sekolah yang menghadapi ujian akhir, penyuluhan kepada anak-anak jalanan, penderita HIV/AIDS, pelatihan P3K, sosialisasi kesehatan untuk anak level PAUD sampai lansia melayani medical complex (farmasi, pengobatan gigi, dan bimbingan psikis), bahkan juga pendampingan usaha ekonomi.
Atas apa yang telah dilakukannya itu dr. Dani pernah dinobatkan sebagai Inspiring Student Movement Award 2012 dari Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia serta Young Change Maker 2013 dari Asoka Indonesia.
Tatiek Kancaniati
sumber
Semenjak beberapa kali mengikuti pelatihan social entrepreneur leader, Tatiek tergerak untuk memberdayakan pengusaha kecil di desanya. Awalnya dia mendirikan Yayasan Kuntum Indonesia pada tahun 2007 dan mengajak para ibu rumah tangga untuk terlibat dalam usaha pembuatan tas anyaman bambu.
Selanjutnya dia mulai merintis produksi nata de coco yang melibatkan warga setempat. Dia juga memproduksi arang briket batok kelapa. Dan, demi kemajuan usahanya ia mengubah nama yayasannya menjadi Kuntum Organizer pada tahun 2011.
Untuk membantu mengatasi kendala pemasaran produk pelaku UKM di desanya, Tatiek menggandeng para pemilik usaha lain di Tegalwaru untuk menjadikan desa mereka sebagai Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Secara monografi Desa Tegalwaru terdiri dari 6 RW dan 38 RT, dan masing-masing RW memiliki spesifikasi usaha masyarakat.
Awalnya, ada yang dilakukan Tatiek tak berjalan mulus. Ada yang menganggapnya sekedar mencari keuntungan pribadi atas apa yang dilakukannya itu, sebagian lagi ada yang menganggap Tatiek akan meng-klaim produk-produk desa itu sebagai miliknya. Namun, seiring berjalannya waktu anggapan miring itu sirna dengan sendirinya. Dan kini, Kampung Bisnis Tegalwaru telah mampu memberikan income keluarga yang cukup menjanjikan.
Contoh-contoh di atas hanyalah contoh kecil saja, karena masih banyak orang-orang Indonesia lainnya yang mampu optimis menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Masih banyak di luar sana, orang-orang yang melakukan berbagai aksi untuk pelestarian lingkungan. Masih banyak dokter atau tenaga medis lainnya yang melakukan gerakan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat kurang mampu. Banyak juga orang yang membantu memberdayakan masyarakat lewat berbagai usaha kecil. Masih banyak yang melakukan berbagai aksi untuk meningkatkan pendidikan pada anak-anak di derah terpencil. Sudah tak terhitung lagi masyarakat yang telah berhasil menemukan berbagai alternatif pengganti bagi bahan bakar minyak, dan sebagainya... dan sebagainya.
Memang sejatinya negeri kita memiliki potensi yang besar, bukan saja dari kekayaan alamnya namun juga sumber daya manusianya. Rasanya dengan potensi sebesar itu, kita tak patut untuk terus menerus bersikap pesimis saat menghadapi berbagai macam permasalahan. Sudah terbukti, bahwa dengan semakin banyaknya masalah yang ada, justru masyarakat kita kian kreatif menciptakan berbagai peluang dan alternatif, bukan saja untuk keluar dari masalah tapi juga untuk bisa tetap maju dan berkembang.
Referensi:
ilustrasi oleh penulis
Sekarang, bagaimana kita memandang berbagai permasalahan yang dihadapi Indonesia tersebut? Jawaban kita akan menunjukkan sikap kita. Jika kita melihat tak ada lagi jalan keluar dari berbagai permasalahan tersebut, itu menunjukkan bahwa kita telah memilih bersikap pesimis. Sebaliknya, bagi orang-orang yang bersikap optimis maka mereka masih memiliki harapan. Mereka melihat ada peluang dan jalan keluar dari berbagai permasalahan itu. Dan, ternyata banyak orang Indonesia yang memilih untuk bersikap optimis dan berhasil menemukan alternatif jalan keluar dari berbagai masalah yang ada.
ilustrasi oleh penulis
Mereka, orang-orang yang bersikap optimis ini, adalah orang-orang hebat. Mereka menyadari bahwa mereka tak bisa hanya mengandalkan uluran tangan orang lain dan pemerintah untuk memperbaiki kehidupan atau nasib mereka. Mereka menyadari, perubahan ke arah yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri. Dan yang jelas, mereka tak segan untuk bekerja keras dalam mewujudkannya!
Ya, kerja keras dan sikap pemberani sejatinya adalah modal dasar yang sudah dimiliki oleh Bangsa Indonesia. Sejarah masa lalu telah menunjukkan bahwa nenek moyang kita tak kenal takut untuk bekerja keras dan berjuang. Apalagi ditambah dengan semangat gotong royong, maka rasanya bangsa kita sudah punya cukup modal untuk bersama bahu membahu bangkit dan keluar dari berbagai permasalahan yang ada.
Sudah banyak contoh masyarakat yang berhasil menemukan jalan keluar dari masalah yang mereka hadapi akibat kerja keras, berani dan semangat gotong royong. Sebagian besar memang pada awalnya berjuang sendiri dan mereka tetap teguh melakukannya meskipun masyarakat sekitarnya menyangsikan aksinya. Tak sedikit yang dianggap "gila" karena mereka melakukan apa yang dianggap masyarakat sebagai hal yang mustahil. Namun seiring berjalannya waktu dan setelah melihat hasil dari apa yang telah dirintis itu, maka masyarakat sekitar pun pada akhirnya ikut membantu. Ini membuktikan, sikap optimisme berhasil dibangun di atas sikap pesimisme. Dan, berikut ini adalah contoh nyatanya.
Harini Bambang Wahono
sumber
Eyang Harini (begitu dia biasa disapa) adalah seorang pahlawan lingkungan, pendidik, pekerja sosial dan masih berderet julukan lain yang diberikan kepadanya. Dia telah menggagas arisan tanaman yang pada akhirnya membawa Kelurahan Banjarsari tempat tinggalnya menjadi hunian yang asri dan indah. Bahkan Kelurahan Banjarsari berhasil mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai kampung percontohan ramah lingkungan pada tahun 1996.
Tak hanya itu, wanita berusia 81 tahun itu juga melaksanakan pengelolaan sampah di lingkungannya. Saat ini dia menduduki banyak jabatan sosial seperti Ketua Kelompok Tani Dahlia Kel. Cilandak Jakarta Selatan, Ketua Kelompok Sadar Wanita, Ketua Formapel (Forum Masyarakat Peduli Lingkungan), Ketua PKK, dan lain sebagainya.
Atas semua kiprahnya dalam pengelolaan sampah dan kepeduliannya pada lingkungan, Eyang Harini telah memperoleh banyak penghargaan baik dari dalam maupun luar negeri.
Aleta Baun
sumber
Wanita yang biasa disapa dengan nama Mama Aleta ini telah dengan berani melakukan aksi nyata berjuang mempertahankan lingkungan dari cengkraman tambang di Gunung Mutis, Molo, Nusa Tenggara Timur (NTT). Keberadaan tambang di Gunung Mutis itu telah merusak lingkungan dan juga mengganggu masyarakat sekitar. Perjuangan yang dilakukannya sangat tak mudah, karena baru tujuh tahun kemudian dia berhasil meyakinkan ratusan perempuan Molo untuk ikut mendukung aksinya itu. Pada akhirnya, dia berhasil menyingkirkan para penambang dari daerah tersebut.
Tak berhenti sampai di situ, dia juga berusaha melakukan pelestarian daerah hulu wilayah Molo yang merupakan sumber air bagi seluruh pulau Timor. Dia juga mengusahakan hak tanah bersama yang akan dikelola oleh komunitas masyarakat setempat. Namun, Mama Aleta dituduh oleh pemerintah setempat telah menyerobot hutan. Bahkan, aparat pun memasang pengumuman untuk menangkap dan membunuhnya.
Walau banyak mendapat rintangan, namun Mama Aleta terus berjuang menyelamatkan lingkungan. Atas apa yang dilakukannya selama itu dia telah banyak mendapat penghargaan dari dalam dan luar negeri. Puncaknya, pada April 2013 dia mendapat penghargaan The Goldman Environmental Prize di San Fransisco, California, Amerika Serikat.
Mak Eroh
sumber
Bagi masyarakat Cisayong Tasikmalaya, nama Mak Eroh mungkin akan tetap dikenang selamanya karena jasanya. Wanita perkasa itu bertekad untuk membelah bukit guna membuat saluran air! Dia seorang diri bergelantungan di lereng yang tegak di wilayah kaki Gunung Galunggung. Untuk mengebor tebing cadas itu dia hanya menggunakan cangkul dan balincong. Padahal saat itu usianya sudah lebih dari 50 tahun!
Tentu saja, masyarakat mencibir tindakan tak masuk akalnya itu. Namun Mak Eroh tetap yakin dengan kemampuannya. Dan, berkat tekad kuat, keberanian dan kerja keras akhirnya dia berhasil membuat saluran yang mengalirkan air dari Sungai Cilutung ke kampungnya.
Keberhasilan itu tak membuatnya puas. Selanjutnya dia bertekad membuat saluran air sepanjang 4,5 kilometer. Saluran air itu mengitari 8 bukit yang memiliki kemiringan 60-90 derajat. Berbeda dengan sebelumnya, kini masyarakat desa mau membantunya setelah melihat hasil dari apa yang dilakukan Mak Eroh. Dan, pekerjaan itu akhirnya selesai dalam waktu 2,5 tahun.
Berkat Mak Eroh, kini sawah-sawah di desa itu dan juga desa-desa sekitarnya terairi sepanjang tahun. Padahal sebelumnya, sawah Desa Santana Mekar dan sekitarnya hanya bisa bercocok tanam sekali dalam setahun, karena sawah mereka merupakan sawah tadah hujan.
Atas apa yang dilakukannya, Mak Eroh telah mendapatkan penghargaan Upakarti Lingkungan Hidup (tahun 1988) dari Pemerintah Indonesia dan penghargaan lingkungan dari PBB (tahun 1989).
Butet Manurung
sumber
Keprihatinan Butet terhadap masyarakat rimba yang sering menjadi korban penipuan masyarakat kota membuat wanita berdarah Batak ini bertekad untuk memberikan pendidikan pada mereka. Usahanya meyakinkan masyarakat rimba tentang arti penting pendidikan tak berjalan dengan mulus. Dia mendapat penolakan keras dari masyarakat rimba sendiri yang menganggap pendidikan sebagai "budaya luar". Namun, kerja keras Butet sejak tahun 1999 itupun akhirnya membuahkan hasil. Lewat Sokola Rimba yang dirintisnya, dia akhirnya mampu mengajar baca-tulis bagi suku Anak Dalam atau Kubu di Taman Nasional Bukit 12 (TNBD) dan Bukit 30, Jambi.
Metode pembelajaran Sokola Rimba tentu saja berbeda dari sekolah pada umumnya. Hal ini disesuaikan dengan keadaan anak-anak rimba yang diajarnya. Berkat metode mengajarnya itu, Butet mendapat penghargaan "The Man and Biosphere Award" dari LIPI-UNESCO pada tahun 2001.
Selain itu, masih banyak penghargaan dari dalam dan luar negeri yang berhasil diraihnya dan salah satu diantaranya adalah "Heroes of Asia Award 2004" dari Majalah Time.
Muhammad Arif Kirdiat
sumber
Arif, begitulah dia biasa disapa adalah koordinator Relawan Kampung. Relawan Kampung merupakan sebuah organisasi sosial yang fokus dalam membantu masyarakat membangun jembatan rusak di Banten. Arif mendirikan Relawan Kampung pada tahun 2009 bersama beberapa koleganya, baik wartawan, bankir, maupun karyawan swasta lainnya.
Relawan Kampung didirikan dengan tekad untuk melaksakan tugas yang tidak dikerjakan oleh Pemerintah Provinsi Banten, seperti memperbaiki jalan, jembatan atau sekolah rusak yang banyak tersebar di pelosok Provinsi Banten. Untuk itu, Relawan Kampung berupaya mengumpulkan dana agar dapat membangun di berbagai pelosok Banten, agar tak terlalu tertinggal dari daerah lain.
Sampai dengan awal Desember 2013 yang lalu Relawan Kampung telah membangun 13 jembatan bersama dengan berbagai institusi. Kini, Relawan Kampung mulai "melebarkan sayap" untuk membangun 14 jembatan di Indonesia, melalui kontrak bersama salah satu minimarket. Kedepannya, Relawan Kampung menargetkan membangun 100 jembatan di seluruh wilayah Indonesia.
Walau banyak tanggapan miring atas apa yang dilakukan Arif dan teman-temannya di Relawan Kampung, tapi mereka akan tetap melakukannya. Karena bagi mereka, jembatan adalah sarana untuk menuju kesejahteraan.
dr. Gamal Albinsaid
sumber
dr. Gamal mendirikan Klinik Asuransi Premi Sampah di Malang sebagai bentuk dedikasinya terhadap kemanusiaan. Klinik ini muncul sejak 2010 lalu lewat organisasi Indonesia Medika. Tapi, baru berjalan enam bulan, klinik ini berhenti beroperasi. Baru sejak Maret 2013 lalu, Dokter Gamal mengaktifkan kembali klinik ini untuk keluarga kurang mampu.
Klinik Asuransi Premi Sampah adalah program asuransi kesehatan dengan premi sampah sebagai pembiayaan program kesehatan. Saat ini sudah ada 5 klinik di Malang yang menerapkan Klinik Asuransi Presmi Sampah tersebut dengan jumlah anggota kurang lebih 500 orang.
Sampah yang dikumpulkan warga diolah menjadi uang sebagai “Dana Sehat” melalui 2 cara, untuk sampah organik dijadikan pupuk dengan Metode Takakura, sedangkan untuk sampah anorganik yang dapat didaur ulang dijual ke pengepul.
Dana yang terkumpul digunakan untuk pelayanan kesehatan secara holistik, yaitu pengobatan jika pasien sakit (kuratif), melakukan program peningkatan kualitas kesehatan (promotif, seperti : penyuluhan, konsultasi gizi, pembagian buku, dll), mencegah terjadinya sakit (preventif), dan rehabilitatif (home visit, kontrol diabetes, dll).
Keberadaan klinik asuransi sampah tidak hanya membantu meringankan finansial warga sekitar. Namun juga membuat kebersihan lingkungan tetap terjaga.
Atas apa yang dilakukannya itu, dia mendapatkan penghargaan pertama untuk kategori Sustainable Living Young Entrepreneurs Awards yang diselenggarakan oleh Unilever bekerja sama dengan Universitas Cambridge. Dan, kedepannya dr. Gamal berniat untuk menerapkan sistem pembayaran sampah ini ke klinik lainnya dan juga ke bidang lain (seperti sekolah) di Indonesia.
dr. Dani Ferdian
sumber
Menurut dr. Dani, peran penting seorang dokter itu adalah melakukan tindakan pencegahan (preventif) dengan turun langsung ke masyarakat atau memperbaiki sistem kesehatan di pemerintahan. Itu sebabnya, sejak masih berstatus mahasiswa dulu, dia dan beberapa temannya membentuk gerakan Dokter Volunteer.
Secara umum, aktivitas Dokter Volunteer terbagi dalam tiga bidang yaitu, pendidikan, kesehatan, dan ekonomi. Sejak didirikan pada 2009, ada 200 kegiatan yang dilakukan Dokter Volunteer untuk melayani sekitar 50 ribu warga. Kegiatan itu mulai dari mengajar anak-anak sekolah yang menghadapi ujian akhir, penyuluhan kepada anak-anak jalanan, penderita HIV/AIDS, pelatihan P3K, sosialisasi kesehatan untuk anak level PAUD sampai lansia melayani medical complex (farmasi, pengobatan gigi, dan bimbingan psikis), bahkan juga pendampingan usaha ekonomi.
Atas apa yang telah dilakukannya itu dr. Dani pernah dinobatkan sebagai Inspiring Student Movement Award 2012 dari Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia serta Young Change Maker 2013 dari Asoka Indonesia.
Tatiek Kancaniati
sumber
Semenjak beberapa kali mengikuti pelatihan social entrepreneur leader, Tatiek tergerak untuk memberdayakan pengusaha kecil di desanya. Awalnya dia mendirikan Yayasan Kuntum Indonesia pada tahun 2007 dan mengajak para ibu rumah tangga untuk terlibat dalam usaha pembuatan tas anyaman bambu.
Selanjutnya dia mulai merintis produksi nata de coco yang melibatkan warga setempat. Dia juga memproduksi arang briket batok kelapa. Dan, demi kemajuan usahanya ia mengubah nama yayasannya menjadi Kuntum Organizer pada tahun 2011.
Untuk membantu mengatasi kendala pemasaran produk pelaku UKM di desanya, Tatiek menggandeng para pemilik usaha lain di Tegalwaru untuk menjadikan desa mereka sebagai Kampung Wisata Bisnis Tegalwaru. Secara monografi Desa Tegalwaru terdiri dari 6 RW dan 38 RT, dan masing-masing RW memiliki spesifikasi usaha masyarakat.
Awalnya, ada yang dilakukan Tatiek tak berjalan mulus. Ada yang menganggapnya sekedar mencari keuntungan pribadi atas apa yang dilakukannya itu, sebagian lagi ada yang menganggap Tatiek akan meng-klaim produk-produk desa itu sebagai miliknya. Namun, seiring berjalannya waktu anggapan miring itu sirna dengan sendirinya. Dan kini, Kampung Bisnis Tegalwaru telah mampu memberikan income keluarga yang cukup menjanjikan.
Contoh-contoh di atas hanyalah contoh kecil saja, karena masih banyak orang-orang Indonesia lainnya yang mampu optimis menghadapi berbagai permasalahan yang ada. Masih banyak di luar sana, orang-orang yang melakukan berbagai aksi untuk pelestarian lingkungan. Masih banyak dokter atau tenaga medis lainnya yang melakukan gerakan untuk memberikan pelayanan kesehatan pada masyarakat kurang mampu. Banyak juga orang yang membantu memberdayakan masyarakat lewat berbagai usaha kecil. Masih banyak yang melakukan berbagai aksi untuk meningkatkan pendidikan pada anak-anak di derah terpencil. Sudah tak terhitung lagi masyarakat yang telah berhasil menemukan berbagai alternatif pengganti bagi bahan bakar minyak, dan sebagainya... dan sebagainya.
Memang sejatinya negeri kita memiliki potensi yang besar, bukan saja dari kekayaan alamnya namun juga sumber daya manusianya. Rasanya dengan potensi sebesar itu, kita tak patut untuk terus menerus bersikap pesimis saat menghadapi berbagai macam permasalahan. Sudah terbukti, bahwa dengan semakin banyaknya masalah yang ada, justru masyarakat kita kian kreatif menciptakan berbagai peluang dan alternatif, bukan saja untuk keluar dari masalah tapi juga untuk bisa tetap maju dan berkembang.
Referensi:
- http://ditjenphka.dephut.go.id/inspirator/eyang-harini-pejuang-lingkungan-bermodal-nekad/
- http://www.belantaraindonesia.org/2013/06/mama-aleta-pejuang-lingkungan-hidup-dan.html
- http://www.wartabuana.com/read/38352-mak-eroh-sang-pemilik-semangat-baja.html
- http://www.tokohindonesia.com/biografi/article/285-ensiklopedi/3178-ibu-guru-di-hutan-belantara
- http://www.banguninspirasi.com/2013/12/muhammad-arif-kirdiat-berinisiatif.html
- http://banggamal.com/
- http://www.jpnn.com/read/2013/12/12/205445/Dani-Ferdian,-Pendiri-Dokter-Volunteer,-Penyebar-Prinsip-Mengabdi-kepada-Masyarakat-
- http://peluangusaha.kontan.co.id/news/tatiek-persembahkan-kampung-wisata-bisnis-bagi-ukm
Ternyata Indonesia banyak memiliki orang-orang hebat ya, Mbak. Ilustrasinya bagus :-)
BalasHapusIya Mak... kita patut berbangga menjadi bagian dari Indonesia, karena memang Indonesia Hebat!
HapusIndonesia emang hebat ;))) banyak org2 hebat disekitar kita ;))
BalasHapusGutlak mak
Bener Mak Echa... dan kita (anggota emak2 blogger) pun sudah melihat bahwa diantara kita saja banyak emak yang hebat kan?
Hapuswow,hebat ya ternyata orang2 diatas...Indonesia punya ^^
BalasHapusMasih banyak sekali orang2 hebat di negeri kita tercinta... Tak salah jika kita mengatakan Indonesia Hebat! Setuju kan Mak Hana?
Hapustokoh2 di atas itu sangat menginspirasi yaa...
BalasHapusIndonesia Hebat!
Bener Mak, mereka semua sangat menginspirasi karena mereka mampu melihat peluang dari berbagai kendala yang ada. Tekad baja, keberanian dan kerja keras telah membuat mereka berhasil. Itulah sejatinya jadi diri bangsa kita... Indonesia (memang) hebat! :)
Hapuswah keren mba ulasannya..sudah pajang di fb jg ya mba?
BalasHapuspengen ikutan, tapi masih ngumpet idenya hehehe
Ayo mbak Ketty ikutan... hari ini deadline nya...
HapusMasih ada waktu nih. Semangat Mbak.... :)
Sukses untuk kontesnya yaa mba, hehe :)
BalasHapusTerimakasih banyak doanya yaa... :)
Hapusbetul, mbak. Indonesia memiliki banyak potensi untuk jadi bangsa yang maju dan bermartabat, meski sekarang sedang banyak musibah.
BalasHapusbtw, ilustrasinya bagus. Bagaimana cara buatnya, ya?
Iya Teh Ani... selagi ada kemauan, di situ pasti ada jalan kan ya?
HapusMereka, tokoh-tokoh yang aku sebutkan di atas, sudah membuktikannya.
Ilustrasii? Itu diotak-atik sendiri sih... semampuku aja hehehe
Waaahhh, Orang-orang hebat itu memandang masalah sebagai bahan pemikiran untuk dicari solusinya, bukannya jadi nyerah pesimis... Keren2, & banyak contoh yg inspiratif. Terima kasih inspirasinya Mak...
BalasHapusSemoga makin banyak orang2 di sekitar kita yang mencontoh orang2 di atas ya Mak Euis... bisa melihat masalah sebagai peuang :)
Hapus