Kurang lebih pada abad ke-15 Masehi, Negeri Aceh pernah dijuluki "Serambi Makkah" oleh umat Islam di nusantara. Julukan itu merupakan gelar terhormat yang sarat dengan nuansa keagamaan. Aceh memang tak dapat dipisahkan dari sejarah Islam di Indonesia, karena melalui Aceh-lah Islam masuk, kemudian menyebar dan berkembang di Indonesia.
Salah satu 'landmark' Aceh yang kental dengan nuansa Islam adalah Masjid Raya Baiturrahman. Berkunjung ke Banda Aceh belum terasa lengkap jika tak mengunjungi masjid yang terletak di jantung kota Banda Aceh itu. Masjid Raya Baiturrahman yang tergolong sebagai salah satu masjid terindah di Asia tentunya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Aceh. Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman juga menyimpan banyak sejarah panjang masyarakat Aceh. Itu sebabnya, salah satu destinasi wisata heritage di Aceh adalah Masjid Raya Baiturrahman.
Sebagaimana tercantum dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M Echols dan Hassan Shadily, heritage berarti warisan atau pusaka. Masjid Raya Baiturrahman merupakan warisan (budaya masa lalu) yang mengandung nilai historis yang sangat tinggi sehingga patut untuk dilestarikan keberadaannya. Bisa dikatakan bahwa Masjid Raya Baiturrahman merupakan saksi bisu perjalanan panjang masyarakat Aceh selama ini.
Konon kabarnya, masjid itu dulunya adalah masjid Kesultanan Aceh. Namun, berdasarkan berbagai informasi yang aku himpun, ternyata sejarah pembangunan masjid itu ada 2 versi. Yang pertama menyebutkan bahwa masjid itu dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, pada tahun 1022 H/1612 M. Sedangkan versi kedua menyebutkan bahwa masjid itu dibangun oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1292 M.
Bagi masyarakat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman itu sangat besar artinya. Sejak masa Kesultanan Aceh sampai sekarang, masjid itu tetap kokoh berdisi. Saat awal didirikan, bangunan Mesjid Raya Baiturrahman berkonstruksi kayu. Bagian atapnya berbentuk atap segi empat dan bertingkat dengan kemiringan sekitar 30 derajat, mirip masjid-masjid tua di Pulau Jawa. Sedangkan lantainya dari tanah liat yang rata dan sudah mengeras yang menyerupai semen setelah kering. Untuk sholat di sana, para jamaah menutupi lantainya dengan menggunakan tikar dari daun pandan.
Dalam masa penjajahan dulu, masjid itu bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja namun juga sebagai markas pertahanan masyarakat Aceh. Masjid itu sering digunakan sebagai tempat musyawarah dalam menyusun strategi melawan Belanda. Itu sebabnya, masjid itu menjadi sasaran serangan Belanda. Akhirnya, pada tahun 1873 masjid itu dibakar habis oleh Belanda saat menyerang Banda Aceh. Hal itu kian memicu kemarahan masyarakat Aceh sehingga terjadilah pertempuran yang sengit antara masyarakat Aceh dengan Belanda.
Untungnya, 4 tahun kemudian, atau tepatnya 1877 Belanda membangun kembali masjid tersebut. Pembangunan masjid tersebut dilakukan sesuai janji dari Gubernur Jendralnya yang menyanggupi untuk membangun kembali masjid yang dibakar tersebut. Untuk bangunan baru Masjid Raya Baiturrahman tersebut, Pemerintah Belanda menunjuk de Bruijn seorang zeni angkatan darat Belanda sebagai aristeknya. Sebelumnya, dia terlebih dahulu berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan penghulu masjid Bandung.
Bahan untuk membangun masjid baru itu sebagian didatangkan dari Penang – Malaysia. Batu marmer dari Belanda, sedangkan batu pualam untuk tangga dan lantai dari Cina. Besi yang digunakan untuk jendela didatangkan dari Belgia dan kayu dari Birma. Keseluruhan bangunan baru Masjid Raya Baiturrahman tersebut dibuat dengan konstruksi beton dengan sebuah kubah. Pembangunannya selesai pada tanggal 27 Desember 1881 dan menjadi masjid beratap kubah pertama di Asia Tenggara.
Masjib Baiturrahman saat masih memiliki 1 kubah (credit)
Dalam perkembangannya, masjid itu beberapa kali mengalami pembangunan dan perluasan. Kini, Masjid Baiturrahman memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk. Jumlah tiangnya sebanyak 280 buah. Seluruh bangunannya bercat putih sementara atapnya berwarna hitam.
Dilihat dari atas menara utama. Simetris! (credit)
Semua kubah dan menara terlihat, serta menara utama yang menjulang di depannya (credit)
Kemegahan masjid dilihat dari dekat (credit)
Masjid yang berdiri di atas area seluas + 4 hektar itu ruangan dalam masjidnya seluas 4.760 m2. Dengan bangunan seluas itu maka Masjid Raya Baiturrahman mampu menampung kurang lebih 13.000 jemaah. Di sekeliling masjid ditanam rumput serta pepohonan. Posisinya yang berada di tengah lapangan terbuka membuat keindahan dan kemegahan masjid itu dapat dilihat dengan jelas dari kejauhan. Masjid itu kian cantik dengan adanya kolam air yang berada di antara depan masjid dan gerbang masuk. Keberadaan kolam air ini mirip dengan bangunan Taj Mahal di Agra, India.
Kolam air yang indah di depan masjid (credit)
Menara Utama atau yang biasa disebut dengan Tugu Aceh Daerah Modal merupakan sebuah menara yang dibangun sebagai monumen bahwa Aceh pernah dinyatakan sebagai daerah modal. Dulu, dalam masa perjuangan masyarakat Aceh telah dengan tulus ikut menyumbangkan modal bagi kemerdekaan. Menara setinggi 45 m dengan hiasan Boh Rue Aceh di puncaknya itu terdiri dari enam lantai yang dapat dicapai melalui lift maupun tangga biasa. Menara itu dibangun tak jauh dari gerbang masuk ke dalam masjid.
Pintu gerbang dan menara utama (credit)
Pintu gerbang dan menara utama di malam hari (credit)
Masjid dilihat dari pintu gerbang (credit)
Menara utama masjid sekaligus sebagai Tugu Aceh Daerah Modal (credit)
Kalau dilihat dari sisi arsitektur, kabarnya masjid ini bercorak eklektik, yaitu gabungan berbagai unsur dan model terbaik dari berbagai negeri. Konon, arsitektur Masjid Baiturrahman adalah kombinasi dari masjid-masjid Afrika Utara, Persia, Arab, India, dan Spanyol. Berdasarkan data yang aku dapatkan di sini, seperti inilah gambaran keindahan dalam Masjid Raya Baiturrahman:
Masjid Raya Baiturrahman juga menjadi saksi bisu bencana tsunami 26 Desember 2004 lalu. Saat gempa dan gelombang tsunami berkekuatan 7,5 skala richter meluluhlantakkan Aceh, Masjid Baiturrahman tetap kokoh dan berdiri tegak. Masjid Raya Baiturrahman menjadi satu dari sedikit bangunan yang selamat. Kerusakan yang dialami pun tak seberapa, hanya berupa retakan pada dinding. Kerusakan paling parah hanya terjadi pada Menara Utama yang retal dan sedikit miring. Padahal, semua bangungan yang ada di sekitar masjid rusak bahkan bangunan yang ketinggiannya di bawah 20 meter tenggelam semuanya.
Masjid yang tetap kokoh berdiri kala dihantam tsunami (credit)
Pada saat bencana tsunami itu, masyarakat banyak yang berlindung di dalam Masjid Raya Baiturrahman yang masih kokoh berdiri. Hal tersebut kian menebalkan keyakinan masyarakat Aceh akan bukti kebesaran Tuhan sekaligus menambah nilai historis Masjid Raya Baiturrahman bagi masyarakat Aceh.
Konon, kabarnya dulu masyarakat Aceh enggan memanfaatkan masjid ini untuk beribadah karena dibangun oleh Belanda. Namun seiring berjalannya waktu, dan semakin kentalnya nilai historis pada masjid itu (apalagi setelah peristiwa tsunami itu) maka Masjid Raya Baiturrahman benar-benar telah menjadi kebanggaan bagi semua masyarakat Aceh.
Ternyata, bukan masyarakat Aceh saja yang terkesan dengan kemegahan dan keindahan Masjid Raya Baiturrahman. Selama ini telah banyak wisatawan dari dalam maupun dari luar negeri yang datang mengunjungi masjid tersebut. Apalagi setelah terakhir kali direnovasi tahun 2005 (setelah bencana tsunami) dan selesai tanggal 15 Januari 2008, kini Masjid Raya Baiturahman telah kembali tampil menawan dengan keindahan dan keagungannya.
Untuk memasuki masjid ini, pengunjung tidak dipungut biaya. Namun, wisatawan perempuan wajib mengenakan busana muslim. Hal ini diterapkan menyusul pemberlakuan area wajib jilbab mulai dari halaman Masjid Raya Baiturrahman. Aturan soal busana muslim/muslimah itu diukir pada pintu gerbang sebelum memasuki kawasan Masjid Baiturrahman dalam 3 bahasa yaitu Arab, Inggris, dan Indonesia. Teks itu berbunyi : Anda Memasuki Kawasan Wajib Berbusana Muslim/Muslimah".
Pemberitahuan aturan berpakaian di pintu gerbang masjid (credit)
Bagi yang tidak beragama Islam diharuskan memakai baju yang rapi dan sopan selama di Aceh, karena Hukum Syariah harus ditaati di sana. Selain itu, sekedar untuk berjaga-jaga, ada baiknya bagi yang sudah menikah membawa salinan buku nikah, jika bepergian ke Banda Aceh.
Jika pengunjung bisa masuk ke masjid secara gratis, kabarnya untuk bisa masuk ke menara utama dikenakan tarif Rp 1.500 untuk naik lift dan di bawa ke puncak menara. Jika sampai di puncak menara pengunjung dapat melihat pemandangan Kota Banda Aceh serta Masjid Baiturrahman yang ada tepat di bawahnya. Apalagi konon kabarnya, menara ini adalah menara tertinggi di Aceh, dan tak ada bangunan lain yang melebihi ketinggiannya.
Dengan saratnya nilai historis pada Masjid Raya Baiturrahman itu, maka tak salah jika selain sebagai destinasi wisata religi, masjid itu juga menjadi salah satu destinasi wisata heritage di Aceh. Jadi, berminat datang ke Aceh dan menyaksikan sendiri kemegahan Masjid Raya Baiturrahman?
Transportasi untuk bisa berkunjung ke masjid tersebut tak susah. Dari Bandar Udara Sultan Iskandar Muda bisa mempergunakan angkot atau naik mobil yang dicarter bersama. Sedangkan dari Pelabuhan Belawan bisa menumpang Bus Malam Kurnia atau Pelangi. Lokasi kedua bus itu di Jalan Gajah Mada, yang dapat dicapai dari pelabuhan Belawan dengan naik angkot.
Sedangkan alamat Masjid Raya Baiturrahman adalah:
Jalan Moh. Jam (Pasar Aceh)
Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam
GPS: 5.5533772, 95.3178388
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Baiturrahman
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/2014/01/16/295/
http://bujangmasjid.blogspot.com/2011/01/masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh.html
http://bujangmasjid.blogspot.com/2011/01/masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh_01.html
http://ebookgratis-musgp.blogspot.com/2009/12/mesjid-raya-baiturrahman-banda-aceh.html
http://thearoengbinangproject.com/masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh/
http://www.geocities.ws/fariz_family/modal.htm
Salah satu 'landmark' Aceh yang kental dengan nuansa Islam adalah Masjid Raya Baiturrahman. Berkunjung ke Banda Aceh belum terasa lengkap jika tak mengunjungi masjid yang terletak di jantung kota Banda Aceh itu. Masjid Raya Baiturrahman yang tergolong sebagai salah satu masjid terindah di Asia tentunya menjadi kebanggaan bagi masyarakat Aceh. Selain itu, Masjid Raya Baiturrahman juga menyimpan banyak sejarah panjang masyarakat Aceh. Itu sebabnya, salah satu destinasi wisata heritage di Aceh adalah Masjid Raya Baiturrahman.
Sebagaimana tercantum dalam kamus Inggris-Indonesia susunan John M Echols dan Hassan Shadily, heritage berarti warisan atau pusaka. Masjid Raya Baiturrahman merupakan warisan (budaya masa lalu) yang mengandung nilai historis yang sangat tinggi sehingga patut untuk dilestarikan keberadaannya. Bisa dikatakan bahwa Masjid Raya Baiturrahman merupakan saksi bisu perjalanan panjang masyarakat Aceh selama ini.
Konon kabarnya, masjid itu dulunya adalah masjid Kesultanan Aceh. Namun, berdasarkan berbagai informasi yang aku himpun, ternyata sejarah pembangunan masjid itu ada 2 versi. Yang pertama menyebutkan bahwa masjid itu dibangun oleh Sultan Iskandar Muda, pada tahun 1022 H/1612 M. Sedangkan versi kedua menyebutkan bahwa masjid itu dibangun oleh Sultan Alaidin Mahmudsyah pada tahun 1292 M.
Bagi masyarakat Aceh, Masjid Raya Baiturrahman itu sangat besar artinya. Sejak masa Kesultanan Aceh sampai sekarang, masjid itu tetap kokoh berdisi. Saat awal didirikan, bangunan Mesjid Raya Baiturrahman berkonstruksi kayu. Bagian atapnya berbentuk atap segi empat dan bertingkat dengan kemiringan sekitar 30 derajat, mirip masjid-masjid tua di Pulau Jawa. Sedangkan lantainya dari tanah liat yang rata dan sudah mengeras yang menyerupai semen setelah kering. Untuk sholat di sana, para jamaah menutupi lantainya dengan menggunakan tikar dari daun pandan.
Dalam masa penjajahan dulu, masjid itu bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah saja namun juga sebagai markas pertahanan masyarakat Aceh. Masjid itu sering digunakan sebagai tempat musyawarah dalam menyusun strategi melawan Belanda. Itu sebabnya, masjid itu menjadi sasaran serangan Belanda. Akhirnya, pada tahun 1873 masjid itu dibakar habis oleh Belanda saat menyerang Banda Aceh. Hal itu kian memicu kemarahan masyarakat Aceh sehingga terjadilah pertempuran yang sengit antara masyarakat Aceh dengan Belanda.
Untungnya, 4 tahun kemudian, atau tepatnya 1877 Belanda membangun kembali masjid tersebut. Pembangunan masjid tersebut dilakukan sesuai janji dari Gubernur Jendralnya yang menyanggupi untuk membangun kembali masjid yang dibakar tersebut. Untuk bangunan baru Masjid Raya Baiturrahman tersebut, Pemerintah Belanda menunjuk de Bruijn seorang zeni angkatan darat Belanda sebagai aristeknya. Sebelumnya, dia terlebih dahulu berkonsultasi dengan Snouck Hurgronje dan penghulu masjid Bandung.
Bahan untuk membangun masjid baru itu sebagian didatangkan dari Penang – Malaysia. Batu marmer dari Belanda, sedangkan batu pualam untuk tangga dan lantai dari Cina. Besi yang digunakan untuk jendela didatangkan dari Belgia dan kayu dari Birma. Keseluruhan bangunan baru Masjid Raya Baiturrahman tersebut dibuat dengan konstruksi beton dengan sebuah kubah. Pembangunannya selesai pada tanggal 27 Desember 1881 dan menjadi masjid beratap kubah pertama di Asia Tenggara.
Masjib Baiturrahman saat masih memiliki 1 kubah (credit)
Dalam perkembangannya, masjid itu beberapa kali mengalami pembangunan dan perluasan. Kini, Masjid Baiturrahman memiliki 7 kubah, 4 menara, dan 1 menara induk. Jumlah tiangnya sebanyak 280 buah. Seluruh bangunannya bercat putih sementara atapnya berwarna hitam.
Dilihat dari atas menara utama. Simetris! (credit)
Semua kubah dan menara terlihat, serta menara utama yang menjulang di depannya (credit)
Kemegahan masjid dilihat dari dekat (credit)
Masjid yang berdiri di atas area seluas + 4 hektar itu ruangan dalam masjidnya seluas 4.760 m2. Dengan bangunan seluas itu maka Masjid Raya Baiturrahman mampu menampung kurang lebih 13.000 jemaah. Di sekeliling masjid ditanam rumput serta pepohonan. Posisinya yang berada di tengah lapangan terbuka membuat keindahan dan kemegahan masjid itu dapat dilihat dengan jelas dari kejauhan. Masjid itu kian cantik dengan adanya kolam air yang berada di antara depan masjid dan gerbang masuk. Keberadaan kolam air ini mirip dengan bangunan Taj Mahal di Agra, India.
Kolam air yang indah di depan masjid (credit)
Menara Utama atau yang biasa disebut dengan Tugu Aceh Daerah Modal merupakan sebuah menara yang dibangun sebagai monumen bahwa Aceh pernah dinyatakan sebagai daerah modal. Dulu, dalam masa perjuangan masyarakat Aceh telah dengan tulus ikut menyumbangkan modal bagi kemerdekaan. Menara setinggi 45 m dengan hiasan Boh Rue Aceh di puncaknya itu terdiri dari enam lantai yang dapat dicapai melalui lift maupun tangga biasa. Menara itu dibangun tak jauh dari gerbang masuk ke dalam masjid.
Pintu gerbang dan menara utama (credit)
Pintu gerbang dan menara utama di malam hari (credit)
Masjid dilihat dari pintu gerbang (credit)
Menara utama masjid sekaligus sebagai Tugu Aceh Daerah Modal (credit)
Kalau dilihat dari sisi arsitektur, kabarnya masjid ini bercorak eklektik, yaitu gabungan berbagai unsur dan model terbaik dari berbagai negeri. Konon, arsitektur Masjid Baiturrahman adalah kombinasi dari masjid-masjid Afrika Utara, Persia, Arab, India, dan Spanyol. Berdasarkan data yang aku dapatkan di sini, seperti inilah gambaran keindahan dalam Masjid Raya Baiturrahman:
Bagian pertama masjid adalah gerbang yang posisinya menempel dengan unit utama. Setelah gerbang, terdapat serambi yang berbentuk persegi panjang. Bagian depan, kiri, dan kanan serambi dikelilingi oleh tangga yang membentuk huruf U. Pada ujung tangga depan, terdapat tiga bukaan (jendela tanpa pintu) yang dibentuk oleh empat tiang langsing silindris model arsitektur Moorish yang banyak terdapat di masjid-masjid Afrika Utara dan Spanyol. Dan, antara tiang satu dengan lainnya dihubungkan dengan pintu gerbang patah model Persia.
Jendela besar masjid (credit)
Interior masjid yang memukau (credit)
Ruangan di dalam masjid (credit)
Karena ada empat tiang, itu berarti terdapat tiga pintu gerbang. Pada bagian atas dan sisi pintu gerbang, terdapat hiasan relief lengkung-legkung, seperti corak Arabesk (motif daun, cabang, dan pohon). Di atas ketiga pintu gerbang ini, terdapat semacam tympanum yang berbentuk jenjang seperti penampang sebuah tangga. Corak ini merupakan model khas rumah klasik Belanda.
tiang-tiang dalam masjid (credit)
Bagian dalam masjid (credit)
Cantiknya ornamen pada tiang masjid (credit)
Pada setiap jenjang, dihias dengan miniatur sebuah gardu atau cungkup yang dihiasi kubah bawang pada bagian puncaknya. Corak ini menunjukkan adanya pengaruh India. Jadi, dari bagian luar saja, sudah begitu jelas nuansa ekletik bangunan masjid ini. Sisi kiri dan kanan serambi mempunyai dua tiang yang dihubungkan oleh sebuah pintu gerang, dekorasinya sama dengan serambi bagian depan.
Langit-langit masjid (credit)
Lampu dan ornamen di dalam masjid (credit)
Indahnya ornamen di dalam masjid (credit)
Setelah melewati serambi, kemudian masuk ke ruang utama masjid yang digunakan untuk shalat. Namun, sebelum masuk ke ruang utama ini, terdapat lagi gerbang dan tiang yang sama dengan bagian depan. Gerbang tersebut tanpa pintu, seperti kebanyakan masjid kuno di India.
Lantainya dari marmer (credit)
Bagian tengah ruang shalat berbentuk bujur sangkar yang diatapi oleh kubah utama yang indah dan megah bercorak bawang. Pucuknya dihiasi cunduk, seperti masjid-masjid kuno di India. Penyangga kubah berdenah segi delapan. Pada masing-masing sisinya, terdapat sepasang jendela yang dipergunakan sebagai sirkulasi udara.
Mighrab dan mimbar Masjid Raya Baiturrahman (credit)
Pada bagian bawah, terdapat tritisan berdenah segi delapan. Pada bagian kiri dan kanan ruang shalat utama ini, terdapat unit sayap kembar sehingga bangunan ini menjadi simetris. Atap masjid berbentuk limasan berlapis dua. Pada jendela yang terdapat di masjid ini, tampak sekali pengaruh Moorish, terutama dari hiasan yang bercorak intricate.
Masjid Raya Baiturrahman juga menjadi saksi bisu bencana tsunami 26 Desember 2004 lalu. Saat gempa dan gelombang tsunami berkekuatan 7,5 skala richter meluluhlantakkan Aceh, Masjid Baiturrahman tetap kokoh dan berdiri tegak. Masjid Raya Baiturrahman menjadi satu dari sedikit bangunan yang selamat. Kerusakan yang dialami pun tak seberapa, hanya berupa retakan pada dinding. Kerusakan paling parah hanya terjadi pada Menara Utama yang retal dan sedikit miring. Padahal, semua bangungan yang ada di sekitar masjid rusak bahkan bangunan yang ketinggiannya di bawah 20 meter tenggelam semuanya.
Masjid yang tetap kokoh berdiri kala dihantam tsunami (credit)
Pada saat bencana tsunami itu, masyarakat banyak yang berlindung di dalam Masjid Raya Baiturrahman yang masih kokoh berdiri. Hal tersebut kian menebalkan keyakinan masyarakat Aceh akan bukti kebesaran Tuhan sekaligus menambah nilai historis Masjid Raya Baiturrahman bagi masyarakat Aceh.
Konon, kabarnya dulu masyarakat Aceh enggan memanfaatkan masjid ini untuk beribadah karena dibangun oleh Belanda. Namun seiring berjalannya waktu, dan semakin kentalnya nilai historis pada masjid itu (apalagi setelah peristiwa tsunami itu) maka Masjid Raya Baiturrahman benar-benar telah menjadi kebanggaan bagi semua masyarakat Aceh.
Ternyata, bukan masyarakat Aceh saja yang terkesan dengan kemegahan dan keindahan Masjid Raya Baiturrahman. Selama ini telah banyak wisatawan dari dalam maupun dari luar negeri yang datang mengunjungi masjid tersebut. Apalagi setelah terakhir kali direnovasi tahun 2005 (setelah bencana tsunami) dan selesai tanggal 15 Januari 2008, kini Masjid Raya Baiturahman telah kembali tampil menawan dengan keindahan dan keagungannya.
Untuk memasuki masjid ini, pengunjung tidak dipungut biaya. Namun, wisatawan perempuan wajib mengenakan busana muslim. Hal ini diterapkan menyusul pemberlakuan area wajib jilbab mulai dari halaman Masjid Raya Baiturrahman. Aturan soal busana muslim/muslimah itu diukir pada pintu gerbang sebelum memasuki kawasan Masjid Baiturrahman dalam 3 bahasa yaitu Arab, Inggris, dan Indonesia. Teks itu berbunyi : Anda Memasuki Kawasan Wajib Berbusana Muslim/Muslimah".
Pemberitahuan aturan berpakaian di pintu gerbang masjid (credit)
Bagi yang tidak beragama Islam diharuskan memakai baju yang rapi dan sopan selama di Aceh, karena Hukum Syariah harus ditaati di sana. Selain itu, sekedar untuk berjaga-jaga, ada baiknya bagi yang sudah menikah membawa salinan buku nikah, jika bepergian ke Banda Aceh.
Jika pengunjung bisa masuk ke masjid secara gratis, kabarnya untuk bisa masuk ke menara utama dikenakan tarif Rp 1.500 untuk naik lift dan di bawa ke puncak menara. Jika sampai di puncak menara pengunjung dapat melihat pemandangan Kota Banda Aceh serta Masjid Baiturrahman yang ada tepat di bawahnya. Apalagi konon kabarnya, menara ini adalah menara tertinggi di Aceh, dan tak ada bangunan lain yang melebihi ketinggiannya.
Dengan saratnya nilai historis pada Masjid Raya Baiturrahman itu, maka tak salah jika selain sebagai destinasi wisata religi, masjid itu juga menjadi salah satu destinasi wisata heritage di Aceh. Jadi, berminat datang ke Aceh dan menyaksikan sendiri kemegahan Masjid Raya Baiturrahman?
Transportasi untuk bisa berkunjung ke masjid tersebut tak susah. Dari Bandar Udara Sultan Iskandar Muda bisa mempergunakan angkot atau naik mobil yang dicarter bersama. Sedangkan dari Pelabuhan Belawan bisa menumpang Bus Malam Kurnia atau Pelangi. Lokasi kedua bus itu di Jalan Gajah Mada, yang dapat dicapai dari pelabuhan Belawan dengan naik angkot.
Sedangkan alamat Masjid Raya Baiturrahman adalah:
Jalan Moh. Jam (Pasar Aceh)
Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam
GPS: 5.5533772, 95.3178388
Referensi:
http://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Raya_Baiturrahman
http://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbaceh/2014/01/16/295/
http://bujangmasjid.blogspot.com/2011/01/masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh.html
http://bujangmasjid.blogspot.com/2011/01/masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh_01.html
http://ebookgratis-musgp.blogspot.com/2009/12/mesjid-raya-baiturrahman-banda-aceh.html
http://thearoengbinangproject.com/masjid-raya-baiturrahman-banda-aceh/
http://www.geocities.ws/fariz_family/modal.htm
datang dan saksikan sendiri mbak kemegahannya.. yg mengukir kaligrafi mesjid itu professor emeritus dari ITB juga dalam bidang seni kaligrafi arab. keren deh pokoknya ^_^
BalasHapusNah... makanya, kapan2 kalo pulang ke Aceh aku diajak ya? Aku kan pengen juga bisa ke Masjid Raya Baiturrahman. Ya... ya...? :)
HapusSubhanalloh...indah bgt ya mbk...baru lihat detail disini..bagus bgttt...
BalasHapusIya Mak... emang indah banget. Dan, aku kagum dengan kekokohan bangunannya.
HapusHI,
BalasHapusMampir juga yuk http://gebrokenruit.blogspot.com/2014/04/bermimpilah-untuk-menjadikannya.html
Terima kasih;)
Insha Allah
HapusSubhanallah megah banget ya,,ini masjid yg selamat waktu terjadi tsunami. Allah Maha Besar...semoga aku bisa kesana kalau ada rezeki dan kalau Allah mengizinkan,,setidaknya aku pengen sholat disitu :)
BalasHapusAku juga kagum sekali akan kemegahan masjidnya.
HapusSemoga kita ada rejeki utk suatu saat bisa kesana ya?
Subhanallah ... Indahnya
BalasHapusAllah kerap menunjukkan KeakbaranNya lewat kokohnya bangunan masjid dari terjangan apapun.
membayangkan : kapaaan ya bisa ke sana?
Benar Teh, Allah menunjukkan kuasaNYA lewat tetap kokohnya masjid itu meski diterjang tsunami :)
Hapuskeren banget foto2nya.. cantik :)
BalasHapussmoga suatu saat bisa ngeliat langsung..
Aku juga pengen bisa kesana suatu saat nanti. Barengan yuk :D
HapusMasjid Raya Baiturrahman memang sangat indah. Kekuatannya dalam bertahan di kala tsunami benar-benar membuka mata saya. Ya, kebesaran Allah itu jelas terlihat di masjid ini.
BalasHapusMakasih banyak sharingnya Mak Reni, saya jadi tahu lebih banyak mengenai Masjid kebanggaan orang Aceh ini. Semoga suatu saat, saya bisa ke sana. ^^
Aku sendiri gara-gara ngubek2 Google jadi makin tahu soal Masjid Raya Baiturrahman ini Mak, dan makin aku tahu makin takjub aku.
HapusAlhamdulillah, aku pernah menginjakkan kaki si sana. Tapi duluuu banget, sebelum peristiwa tsunami.. :)
BalasHapusBeneran sudah pernah kesana? Pasti terkesan banget yaa...
Hapuswow..
BalasHapuspengen kesono nih..
kapan yak.. ^_^!
Semoga terwujud keinginannya dan suatu saat bisa kesana
HapusWow keren nian Masjid ini, yang selamat dari amukan tsunami, yang jadi jantung berdenyut bagi rakyat Aceh..:)
BalasHapusIya Mak... bener2 menakjubkan bahwa masjid itu selamat dari amukan tsunami
HapusKalau ke Banda Aceh jgn lupa ke kecamatan yang satu ini ya ...
BalasHapusAnda akan merasakan nikmatnya kopi kualitas dunia
http://butiran-kata2.blogspot.com/2014/04/mengenal-kabupaten-kecil-di-banda-aceh.html
Wow... kopi kualitas dunia?
HapusMakin mantap aja kelebihan yang dimiliki Aceh :)
Terimakasih sudah mampir disini :)
BalasHapusTerimakasih infonya... Insha Allah akan mampir :)
BalasHapusKapan bisa kesana yaaa..? Kayaknya di dalam masjid adeeemmm banget.
BalasHapusIyaaa... kelihatan banget kalau di dalam masjid adem ya?
HapusYukk kesana... hehehe
Jadi, masjidnya punya cerita sendiri dan menara utama (tugu modal) juga punya cerita sendiri.
BalasHapuswah keren banget....
Eh iya, bangunannya kayak taj mahal yang di India ya?
Sekilas memang bangunan (tampak depan) seperti bangunan taj mahal yang di India.
Hapusbagus banget yaa...