Cinta versi Bhirawa

Cuaca Surabaya yang sedang bersahabat, tidak panas seperti biasanya, membuat Bhirawa dan Kartika betah berlama-lama di teras depan rumah. Suasana yang kian terasa sejuk karena banyaknya tanaman di depan rumah membuat mereka enggan meninggalkan kenyamanan mereka. Bhirawa masih asyik dengan bukunya sambil tertelungkup di lantai teras. Sementara Kartika sibuk dengan gunting dan kertas di tangannya. Mereka tak hirau dengan kertas dan buku yang tersebar di sekitar mereka ataupun gelas yang sudah kosong sejak beberapa saat yang lalu.

“Tika! Aku akan menjadi Kapten Bhirawa,” Tiba-tiba Bhirawa menutup buku yang dari tadi dipegangnya dan duduk menghadap Kartika. “Bukankah hebat kalau aku bisa jadi Kapten Bhirawa? Aku nanti akan pergi ke banyak tempat di Indonesia ini. Tapi aku tak akan lupa padamu dan akan kubuat surat cinta untukmu seperti yang sering dikirimkan Paman di Kanada untuk Tanteku. Nanti kujemput kamu di Surabaya, terus kita menikah.” Bhirawa terus saja bicara tanpa peduli Kartika yang dari tadi hanya memandangnya dengan bingung.

“Seperti apa nanti kamu kalau jadi Kapten?” tanya Kartika setelah sekian lama terdiam.

“Seperti ini! Hebat kan?” jawab Bhirawa cepat sambil membentangkan buku komik Captain America yang dari tadi dipegangnya. Walau dia belum memahami tulisan dalam Komik yang dikirimkan oleh pamannya dari Kanada itu, tapi gambar-gambarnya menarik perhatiannya. Rupanya Kartika ikut tertarik juga. Bhirawa jadi  bersemangat bercerita sambil menunjuk-nunjuk gambar dalam komik pada gadis tetangganya itu. Tak lama kemudian kedua bocah berusia 6 tahun yang telah lama bersahabat karib itu pun tenggelam dalam dunia fantasi mereka.

gambar diambil dari sini dan sini

Note : anak adalah peniru ulung. Apapun yang dia lihat dan dia dengar akan dengan sangat mudah dia tirukan.

Cerita ini diikutsertakan pada Flash Fiction Writing Contest:Senandung Cinta