Pages

Sabtu, Juni 29, 2013

Belajar dari bahtera yang karam

Perceraian kian marak saja dari hari ke hari. Sudah makin banyak pernikahan yang berjalan bertahun-tahun akhirnya kandas di tengah jalan. Siapa saja masih ingat betapa mengejutkannya perceraian Dewi Yull dan Ray Sahetapi dulu. Pasangan yang telah menikah selama 23 tahun dan dikaruniai 4 orang anak itu pun akhirnya memilih mengakhiri pernikahannya. Yang masih hangat saat ini adalah kabar perceraian pasangan Lidya Kandau dan Jamal Mirdad (setelah 27 tahun menikah), pasangan Camelia Malik dan Harry Capri (setelah 25 tahun menikah) serta pasangan Katon Bagaskara dan Ira Wibowo (setelah 17 tahun).

Jika diperhatikan, ketiga pasangan di atas sama-sama telah menikah lebih dari 15 tahun lamanya. Tapi pada akhirnya, pernikahan mereka kandas di tengah jalan. Perceraian itu semakin menguatkan anggapan bahwa pernikahan yang sudah berjalan lama bukan berarti terbebas dari masalah. Tak ada jaminan bahwa semakin lama sebuah pernikahan berarti semakin kokoh pernikahan itu. Bila diibaratkan dalam matematika, maka rumus sebuah pernikahan itu idealnya adalah seperti ini :


Rumus itu dibaca seperti ini : semakin lama waktu menikah ditambah semakin matang/dewasanya pasangan itu maka sama dengan semakin besarnya cinta di antara mereka. Namun sayangnya rumus itu tidak berlaku! Ternyata lamanya waktu pernikahan ditambah dengan bertambahnya kedewasaan dan kematangan pasangan itu ternyata tidak sama dengan makin menguatnya cinta diantara keduanya.

Banyaknya perceraian pasangan yang telah berpuluh-puluh tahun menikah itu membuatku belajar sesuatu : bahwa cinta itu bukan merupakan “kata benda” semata. Cinta itu bukanlah sebuah “obyek” yang hanya menerima sebuah perlakuan. Menurutku, lebih tepat jika dikatakan bahwa cinta lebih bersifat tindakan atau kerja. Cinta itu “kata kerja”. Cinta itu bisa tumbuh, berkembang, layu bahkan mati. Agar tidak mati, cinta itu perlu disemai, dipupuk, disiram dan dipelihara terus menerus.

Belajar dari banyaknya rumah tangga yang karam di tengah terjangan badai kehidupan, aku pun perlu lebih menjaga rumah tanggaku agar tak ikutan karam juga. Rumah tanggaku tak steril dari pertengkaran dan kesalahpahaman. Pertengkaran itu adalah bukti bahwa kami adalah 2 pribadi yang berbeda, dari latar belakang yang berbeda. Perlu proses belajar terus menerus agar kami dapat terus menyemai cinta di atas perbedaan itu. Namun kurasakan bahwa perbedaan yang ada justru membuat kami kian sempurna, karena kami bisa saling menutupi dan melengkapi.

Rumah tanggaku pun tak bisa terhindar dari belitan berbagai masalah. Secara jujur kuakui bahwa masalah yang muncul kian menambah kedewasaan dan kebijakan kami. Kematangan kami kian terasah melalui masalah demi masalah. Itu sebabnya kami mencoba bangkit dan memperbaiki diri.

Sejauh ini, pertengkaran, kesalahpahaman dan belitan berbagai masalah itu bisa kuterima sebagai bumbu dalam rumah tangga kami. Yaaa…, namanya saja sudah “bumbu”… jadi dengan adanya bumbu itu maka rumah tangga kami lebih ada “rasanya”… tidak hambar dan biasa-biasa saja. Berkat “bumbu” itu pula, rumah tangga kami bisa bertahan sampai sekarang. Yang aku sadari adalah seringkali setelah munculnya masalah, pertengkaran dan kesalahpahaman itu kami jadi merasa perlu untuk berbicara dari hati ke hati. Dengan begitu kami jadi lebih mengerti dan memahami maksud dan keingingan masing-masing.

Selain itu kami akhirnya juga menyadari kenyataan baru bahwa : kami berdua telah sama-sama berubah! Ya.. kami berdua telah sama-sama berubah. Kami berdua bukanlah orang yang sama seperti saat dulu kami mulai membina rumah tangga. Yang jelas terlihat adalah perubahan secara fisik. Akibat bertambahnya usia maka fisik pun berubah. Bukan hanya bentuk fisik, namun juga fungsi, kecepatan maupun kesehatan. Semua perubahan itu mau tak mau berdampak juga pada lainnya, misalnya psikis.

Selain perubahan fisik dan psikis, pola pikir atau pandangan hidup pun bisa bergeser. Pengalaman hidup, lingkungan kerja, lingkungan pergaulan, wawasan dan pengetahuan juga menjadi sebab bergesernya pola pikir atau pandangan hidup. Perubahan-perubahan itu mau tak mau terus menerus menuntut pasangan untuk terus belajar memahami, menerima dan menghormati.

Melalui saling memahami, menerima dan menghormati itulah kami selama ini dapat menyemai cinta. Kami memupuk dan menyiraminya lewat candaan, keusilan maupun kata-kata yang manis. Kejutan-kejutan kecil yang menyenangkan juga sarana yang tepat untuk memupuk dan menyirami cinta. Semoga dengan begitu, cinta yang tersemai dapat terus tumbuh dan berkembang. Kami pun berusaha untuk terus menjaganya.

Ada satu tips yang selama ini aku lakukan jika sedang dalam situasi yang tidak kuinginkan. Tips itu selama ini terbukti mampu membantuku untuk tetap dapat bertahan dan kembali menyemai cinta. Tips itu berupa lagu dari KLa Project (Band favoritku dan suami) yang berjudul : Gerimis.

Musim penghujan hadir tanpa pesan
Bawa kenangan lama t’lah menghilang
Saat yang indah dikau di pelukan
Setiap nafasmu adalah milikku

Surya terpancar dari wajah kita
Bagai menghalau mendung hitam tiba

Sekejap badai datang
Mengoyak kedamaian
Segala musnah
Lalu gerimis langit pun menangis

Kekasih, andai saja kau mengerti
Harusnya kita mampu lewati itu semua

Dan bukan menyerah untuk berpisah...

Sekejap badai datang
Mengoyak kedamaian
Segala musnah
Lalu gerimis langit pun menangis

Kekasih, andai saja kau mengerti
Harusnya kita mampu lewati itu semua
Kekasih, andai saja kau sadari
Semua hanya satu ujian tuk cinta kita

Dan bukan alasan untuk berpisah...

Sayangnya… yang menyanyikan lagu itu (Katon) malah pada akhirnya memilih untuk berpisah… #kontradiksi. Tapi tak apalah, karena sampai saat itu lagu itu selalu mampu mengingatkanku bahwa badai dalam rumah tangga itu hanyalah satu ujian untuk cinta kami. Lagu itu juga mengingatkanku untuk tak mudah menyerah. Terbukti... begitu badai terlewati kami mampu kembali menyemai cinta.


Tulisan ini diikutsertakan untuk GA dalam rangka launching blog My Give Away Niken Kusumowardhani

11 komentar:

  1. sukses ngontesnya ya mb Reni :)

    BalasHapus
  2. hmmm... yang ini dan 1 lagi kontes GA yang belum aku selesaikan, akan kurilis dari Palembang, saat mengikuti workshop SKJ 1-3 juli dikanreg VII.

    mudah2an terwujud, sambil ngisi waktu malam

    BalasHapus
  3. butuh komitmen terkuat dari keduanya untuk tetap bsia bersama meski cinta bahkan sudah tidak ada. tapi, menyemai cinta atas nama Tuhan rasanya itu alasan paling kuat yang bisa membuat pasangan langgeng seumur hidup, mba reni.

    BalasHapus
  4. Kehidupan dalam rumah tangga tentu penuh dinamika dan 'warna' menghadapi cobaan, ujian, dan gelombang badai. Karena itu kapalnya harus kuat dan kokoh serta mempunyai perbekalan yang cukup disamping nahkodanya lihai dan berpengalaman. Berbahagialah orang yang dapat mencurahkan kasih dan cintanya dengan tulus dan sepenuh hati. Salam cemerlang. Sukses selalu !

    BalasHapus
  5. Setuju mbak Reni mengenai cinta sebagai kata kerja. Dengan begitu kita menjadi subyek yang aktif mencintai, bagaimanapun kondisiya. Otomatis rumus itu bisa kita pakai.

    Terima kasih partisipasinya, tercatat sebagai peserta.

    BalasHapus
  6. Keren mba, tulisan yg menginspirasi khususnya untuk kita yg sudah dalam pernikahan yg cukup panjang.

    cinta ah cinta...

    BalasHapus
  7. Setuju dengan rumusnya mbak...
    sayangnya cinta dan pernikahan beda dengan matematika, karena cinta bisa ditunggangi rasa ego dan dilema

    salam

    BalasHapus
  8. Apa yang mak Reni bahas, mirip dengan apa yg saya bahas utk diikutkan GA ini. Tapi saya pakai tinjauan lain :)

    Iya mak, semakin lama usia rumahtangga semakin banyak pula ujiannya. Apalagi ego keduanya semakin menguat. Moga kita selalu belajar utk lebih baik.

    Moga menang ya :)

    OYA, ongkir beda2 mak. Misalnya dari Jakarta - Makassar dengan Makassar - Jakarta beda. Trus antara ekspedisi beda2 pula. Pingin ngirim buku ya mak? :)

    BalasHapus
  9. @Enny Mamito >> terimakasih doanya Mbak :)

    @Gus Priyono Koes >> GA ini deadline tgl 30 Juni lo... kalau mau rilis tgl 1 Juli kan telat

    @Ila Rizky Nidiana >> Cinta atas nama Tuhan itu memang benar adalah resep paling jitu untuk sebuah pernikahan yg langgeng mbak :)

    @Herdoni Wahyono >> Sip.. sepakat sekali dg komentarnya. Memang begitulah sebuah rumah tangga, penuh dengan dinamika dan 'warna' :)

    @Niken Kusumowardhani >> Asyikkk.. kita sepakatya Mbak. #toss dong :)

    @IrmaSenja >> terimakasih banyak apresiasinya mbak Irma.. :) Kita memang harus terus belajar agar rumah tangga kita dapat langgeng ya?

    @Insan Robbani >> betul sekali pak.. makanya aku bilang di atas, pada kenyataannya rumus itu tidak berlaku. :)

    @Mugniar Marakarma >> oya? Mbak Niar sudah bahas soal ini duluan ya? Wah, jadi penasaran pengen baca juga deh :)

    BalasHapus
  10. yg ga sangka tuh jamal mirdad sama lydia kandau..ikut sedih melihat mereka pisah

    BalasHapus
  11. datang berkunjung...

    itu rumus keren amat, kayak rumus fisika. sayangnya yang ini ternyata bukan rumus ilmu pasti... :)

    BalasHapus

Komentarnya dimoderasi dulu ya? Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. (^_^)