“Seperti apa sih Edo-mu itu, Ly?” tanya Dita mengusik kesibukan Lyna yang tengah sibuk berdandan.
“Dia ganteng sih…”
“Kok pake kata sih? Kenapa emangnya?” cecar Dita makin penasaran.
“Entah Dit, tapi rasanya kok ada yang misterius gitu pada dirinya. Tapi aku justru makin tertarik karena misteriusnya itu. Penasaran gitu deh.”
“Misterius gimana sih Ly?”
“Ya apa gak misterius namanya jika dia ngajak aku ketemuan di museum! Mana ada orang yang ngadain first date di museum coba?” jawab Lyna sambil terkikik geli.
“Hah? Masak? Aneh memang! Kok kamu bisa sampai kenal orang aneh kayak gitu, Ly?
“Hey, halloo.. Bukan aneh ya Dita sayang. Dia itu misterius, bukan aneh! Coba aja kamu kenal dia, pasti jatuh cinta. Dia ganteng dan pinter.”
“Iya deh iya, tapi darimana kamu bisa kenal dia, Ly?”
“Dari facebook. Dia ikutan grup bookworm juga sepertiku. Gara-gara suka diskusi tentang buku, dia tertarik ngajak aku ketemuan.”
“Kamu yakin orangnya sama seperti fotonya, Ly?”
“Yakinlah, dia tuh sering upload foto-fotonya dengan keluarganya kok.”
“Eh, tapi kenapa ya dia memintaku untuk tidak berdandan mencolok dan pakai baju warna mencolok, Dit?” lanjut Lyna penuh tanya.
“Meneketehe! Kamu aja gak tahu, apalagi aku, Ly. Eh tapi bukannya itu menunjukkan dia benar-benar orang aneh? Belum apa-apa sudah ngatur-ngatur gitu,” Lyna cuma tersenyum sambil mengoleskan lipstik merah di bibirnya.
“Ly, lipstik merahmu terlalu mencolok tuh. Kamu jadi keliatan tuaan.”
Lyna geli melihat Dita yang memandanginya dengan kening berkerut. “Emang sengaja sih Dit, biar aku keliatan dewasa dikit gitulah. Soalnya aku capek dikira anak kecil terus.”
Lyna mematut diriya sekali lagi di cermin dan kemudian tersenyum puas. “Aku sudah cantik kan? Oke, aku berangkat dulu ya? Aku gak ingin terlambat di pertemuan pertama kami.”
Lyna sangat menyesalkan singkatnya waktu tempuh menuju museum tempat kencan pertama itu. Meski sejatinya dia sangat ingin segera bertemu Edo, namun dia tak dapat memungkiri bahwa hatinya berdebar-debar gelisah. Di depan Dita memang Lyna terlihat bersemangat, namun tak urung dia merasa cemas tentang apa yang akan terjadi.
Ragu-ragu Lyna melangkah ke pintu masuk. Tak jauh tampak wajah yang dikenalnya : wajah Edo. Ternyata Edo jauh lebih ganteng dari foto yang selama ini dilihatnya di facebook. Sambil tersenyum Lyna melangkah mendekat. Namun baru lima langkah dari pintu masuk dia dikejutkan oleh teriakan histeris yang sangat keras.
Seketika Lyna menghentikan langkah. Matanya terpana memandang Edo yang berjongkok membelakanginya dan meraung-raung ketakutan. Lyna mematung ketakutan dan kebingungan. Tak lama dari arah belakangnya menghambur seorang pria yang tergesa-gesa menghampiri Edo.
Setelah berhasil menenangkan Edo, pria itu menghampiri Lyna dan setengah menyeretnya keluar dari museum.
“Kenapa pakai lipstik warna merah?” hardiknya tanpa basa-basi
Lyna terkejut. Tanpa sadar disentuhnya bibirnya. “Aku… aku…”
“Aku yakin Edo sudah memintamu untuk tidak berdandan mencolok. Tapi kamu malah pakai lipstik warna merah. Edo itu pengidap erythrophobia. Itu makanya dia memintamu bertemu di museum yang sepi ini. Dia berusaha menghindari bertemu banyak orang, menghindar dari warna merah.”
Lyna terdiam. Dari balik jendela museum diliriknya Edo yang masih sesenggukan. Cowok seganteng itu ternyata takut pada lisptik merahku, batin Lyna kelu.
“Dia ganteng sih…”
“Kok pake kata sih? Kenapa emangnya?” cecar Dita makin penasaran.
“Entah Dit, tapi rasanya kok ada yang misterius gitu pada dirinya. Tapi aku justru makin tertarik karena misteriusnya itu. Penasaran gitu deh.”
“Misterius gimana sih Ly?”
“Ya apa gak misterius namanya jika dia ngajak aku ketemuan di museum! Mana ada orang yang ngadain first date di museum coba?” jawab Lyna sambil terkikik geli.
“Hah? Masak? Aneh memang! Kok kamu bisa sampai kenal orang aneh kayak gitu, Ly?
“Hey, halloo.. Bukan aneh ya Dita sayang. Dia itu misterius, bukan aneh! Coba aja kamu kenal dia, pasti jatuh cinta. Dia ganteng dan pinter.”
“Iya deh iya, tapi darimana kamu bisa kenal dia, Ly?”
“Dari facebook. Dia ikutan grup bookworm juga sepertiku. Gara-gara suka diskusi tentang buku, dia tertarik ngajak aku ketemuan.”
“Kamu yakin orangnya sama seperti fotonya, Ly?”
“Yakinlah, dia tuh sering upload foto-fotonya dengan keluarganya kok.”
“Eh, tapi kenapa ya dia memintaku untuk tidak berdandan mencolok dan pakai baju warna mencolok, Dit?” lanjut Lyna penuh tanya.
“Meneketehe! Kamu aja gak tahu, apalagi aku, Ly. Eh tapi bukannya itu menunjukkan dia benar-benar orang aneh? Belum apa-apa sudah ngatur-ngatur gitu,” Lyna cuma tersenyum sambil mengoleskan lipstik merah di bibirnya.
“Ly, lipstik merahmu terlalu mencolok tuh. Kamu jadi keliatan tuaan.”
Lyna geli melihat Dita yang memandanginya dengan kening berkerut. “Emang sengaja sih Dit, biar aku keliatan dewasa dikit gitulah. Soalnya aku capek dikira anak kecil terus.”
Lyna mematut diriya sekali lagi di cermin dan kemudian tersenyum puas. “Aku sudah cantik kan? Oke, aku berangkat dulu ya? Aku gak ingin terlambat di pertemuan pertama kami.”
Lyna sangat menyesalkan singkatnya waktu tempuh menuju museum tempat kencan pertama itu. Meski sejatinya dia sangat ingin segera bertemu Edo, namun dia tak dapat memungkiri bahwa hatinya berdebar-debar gelisah. Di depan Dita memang Lyna terlihat bersemangat, namun tak urung dia merasa cemas tentang apa yang akan terjadi.
Ragu-ragu Lyna melangkah ke pintu masuk. Tak jauh tampak wajah yang dikenalnya : wajah Edo. Ternyata Edo jauh lebih ganteng dari foto yang selama ini dilihatnya di facebook. Sambil tersenyum Lyna melangkah mendekat. Namun baru lima langkah dari pintu masuk dia dikejutkan oleh teriakan histeris yang sangat keras.
Seketika Lyna menghentikan langkah. Matanya terpana memandang Edo yang berjongkok membelakanginya dan meraung-raung ketakutan. Lyna mematung ketakutan dan kebingungan. Tak lama dari arah belakangnya menghambur seorang pria yang tergesa-gesa menghampiri Edo.
Setelah berhasil menenangkan Edo, pria itu menghampiri Lyna dan setengah menyeretnya keluar dari museum.
“Kenapa pakai lipstik warna merah?” hardiknya tanpa basa-basi
Lyna terkejut. Tanpa sadar disentuhnya bibirnya. “Aku… aku…”
“Aku yakin Edo sudah memintamu untuk tidak berdandan mencolok. Tapi kamu malah pakai lipstik warna merah. Edo itu pengidap erythrophobia. Itu makanya dia memintamu bertemu di museum yang sepi ini. Dia berusaha menghindari bertemu banyak orang, menghindar dari warna merah.”
Lyna terdiam. Dari balik jendela museum diliriknya Edo yang masih sesenggukan. Cowok seganteng itu ternyata takut pada lisptik merahku, batin Lyna kelu.
"Flash Fiction ini disertakan dalam Giveaway BeraniCerita.com yang diselenggarakan oleh Mayya dan Miss Rochma."
Bagus mba, ceritanya. Good luck ya.....
BalasHapusbaca judulnya, pasti ada sesuatu dengan lipstik warna merah, ternyata iya hehe ...
BalasHapusKeren, mbak Reni.
Ternyata ada macam-macam penyakit ya di dunia ini.
wah? br ngert ada kelainan erythrophobia, takut dengan warna merah..
BalasHapus@Santi >> iya sedang belajar flash fiction tapi memberanikan diri utk ikutan ngontes hehehe
BalasHapus@JengSri >> Andai Lyna tahu dia gak bakalan pake lipstik warna merah mbak, hehehe. BTW penasaran aja gimana ya penampilan orang kalo pake lipstik ijo? :p
@Annie >> wah Teh Annie pinter nebak deh... Mungkin endingnya kurang dahsyat utk FF Teh.. tapi gak apa2 deh namanya juga belajar :)
@Ririe Khayan >> banyak sekali jenis phobia mbak Rie.. :)
tak doain menang ya Mbak...
BalasHapushehehhe
kalo menulis menulis gini, aku gak bisa... gak sepinter mbak reni wes...
@Elsa >> Oalah mbak Elsa, aku tuh sedang belajar buat FF jadi hasilnya pun belum memuaskan. BTW, makasih doanya dan semoga doa mbak Elsa terkabul. Aamiin..
BalasHapusinikah mba Reni yang mengaku ga bisa bikin fiksi?
BalasHapusMba... ini udah bagus lho, kereeen! sukses yaaa....
@Alaika >> Mbak Al, duh jangan memuji berlebihan. Ini baru tahap belajar, belum sempurna. BTW terimakasih banyak sudah menyemangati aku #peluk
BalasHapuskereen mak...aku baru tau klo ada kelainan kayak gitu... semoga menang ya mak :-)
BalasHapuskeep practicing mak :)
BalasHapusGak nyangka akhirnya begini T_T
BalasHapussi edo gak pernah ikutan upacara bendera soalnya takut warna merah... hahaha
BalasHapus@Nunung Nurlaela >> Kalau soal kelainan itu banyak banget jenisnya Mak... :)
BalasHapus@RedCarra >> makasih Mak sudah menyemangati
@Irawan >> apakah endingnya cukup "memuaskan" menurutmu?
@UnikTenan >> soalnya Edo udah lama gak ikutan upacara bendera kok :p
hoalaaahhh...Edo beneran misterius ya mba Ren hihihih
BalasHapusGudlak ngontesnyaa^^
wah ndak bisa ketemu niar dong, wong rata2 barang2 niar warnanya meraah semua lho bu :D
BalasHapuskeren2 banget, mugo2 menang :D
@Orin >> semoga saja cukup memuaskan hasil karya "belajaran" ini hehehe
BalasHapus@Niar Ci Luk Ba >> Waduh, mending Niar gak usah ketemu Edo deh, ntar Edo nangis jerit2 lagi :)
@Pakies >> Sedang mencoba membuat cerita dg ending tak terduga Pak, semoga endingnya cukup bagus Pak.
duh, kesian si Edo'...
BalasHapuswalah ternyata si Edo takut sama warna merah ya ... *jadi inget temen SMA ku yg takut sama kemoceng*
BalasHapus@Matris >> Ini cuma fiksi kok :)
BalasHapus@Lianny Hendrawati >> iya, banyak banget jenis phobia yang seringkali gak "masuk akal" kita ya Mak.
Kuereeennnn
BalasHapus@Rahayu Pawitri >> terimakasih :)
BalasHapusWahh.. berbakat jadi penulis nih... ^_^
BalasHapusSalam kenal..
Selamat ya, mba Reni... sudah menjadi salah satu pemenangnya :)
BalasHapusEndingnya gak bisa ditebak ya .. :) nice mbak
BalasHapus@Vidy >> wow... baru 1 orang lo yg mengatakan aku punya bakat jadi penulis hehehe
BalasHapus@Santi >> Alhamdulillah... gak sangka banget bisa menang :)
@Dyah Hapsari Fajarini >> Ini juga sedang dalam taraf belajar kok mbak :) Makasih
hahaha ...aku sampe kebawa ceritanya, lucu ya Edo yg ganteng itu ternyata takut sama lipstick (warna mencolok dr lipstick), meskipun kl itu nyata ada aku ikut prihatin pd penderitanya.
BalasHapusMb Reni, panas mb Reni menang, memang bagus ceritanya mbak. Ih pinter deh mbak Reni, baru belajar aja udah juara, gimana kl udah pakar ?