Pages

Rabu, Februari 19, 2014

Menikmati bebek judes tanpa sensasi pedas?

Salah satu makanan favorit keluargaku adalah bebek karena kelezatannya yang juara. Aku sendiri baru mengenal makanan ini sejak beberapa tahun lalu, saat aku mengikuti kegiatan latihan pra jabatan (LPJ) di Surabaya. Kebetulan, salah satu makanan yang terkenal di Surabaya adalah jenis unggas yang satu ini, jadi di sanalah aku ‘berkenalan’ dengan menu istimewa ini.

Sayangnya kesukaan keluargaku terhadap makanan yang berbahan hewan sejenis ayam ini bukannya tanpa kendala lo! Kendala pertama adalah kami sulit menemukan penjual yang mampu memasak dagingnya hingga empuk dengan rasa yang mak nyus (minjem istilah pak Bondan), tanpa amis dan tak menyisakan bulu. Kendala kedua adalah sambal! Tahu kan ya, pendamping utama menu dari daging unggas dengan kaki berselaput ini adalah sambal?

Terus terang saja, keluargaku tak ada yang suka pedas. Eits, jangan diketawain ya, namanya juga selera. Ya kan? Namun, yang paling kurang senang pedas adalah suamiku. Baginya, yang keturunan Yogyakarta, makanan manis lebih enak dinikmati daripada yang pedas. Hehehe. Sementara aku dan putriku, meski tak suka terlalu pedas, masih mau nyolek sambalnya dikit-dikit untuk lebih memantapkan rasa makanan yang kami nikmati.

Nah, dengan 2 kendala itu apakah kami jadi tak bisa menikmati makanan berbahan hewan yang masuk spesies burung dalam keluarga Anatidae itu? Tentu saja tidak! Rugi dong…! Kami tetap akan mencari dan mencari dimana kami bisa menikmati makanan ini meski kami harus pandai-pandai memanipulasi rasa pedasnya (baca : menyisihkan sambalnya). #kalem

Kian hari popularitas makanan dari hewan yang juga dikenal dengan sebutan itik ini memang kian populer saja. Kian banyak restoran / rumah makan yang menyajikan aneka menu berbahan daging dari hewan dengan kaki berselaput ini. Salah satunya adalah Bebek Judes (Bebek Juara Pedas!), yang namanya sedang ramai diperbincangkan para blogger. Restoran ini mengusung tag line “sensasi makan bebek pedas”.

Membaca namanya saja tentu sudah ketahuan kalau sambal yang disediakan pasti spesial pedasnya. Bukan hanya nendang, tapi juara! Sambal yang disediakan ternyata juga beragam seperti : sambal judes, sambal mangga, dan sambal terasi. Tentu saja bagi kami yang tak suka pedas, hal itu tak akan menjadi daya tarik. Makan menu yang pedesnya juara? Oh tidaak… aku tak mau tersiksa saudara-saudara. Membayangkan ‘siksaan’ perut panas, keringat bercucuran, mulut kepedasan, rambut jadi ‘gatal’… duh sungguh bukan hal yang menyenangkan.

Namun, sejak membaca cerita para blogger yang sudah pernah ke sana, aku jadi sangat ingin mencicipi makan di restoran yang mempunyai konsep modern minimalis itu. Apalagi kabarnya tampilan dan suasana di restoran itu segar, ceria dan penuh warna. Kubayangkan, pengunjungnya pasti akan betah di sana. Tapi bukan tempatnya yang menggodaku, namun aku ingin membuktikan sendiri cerita para blogger itu, bahwa dagingnya empuk. Selain itu, masih ceritanya juga, dagingnya tidak amis dan tidak berbulu. Nah… ini yang membuatku ingin mencobanya sendiri. Soalnya, daging hewan yang terkenal dengan jalannya yang “megal-megol” ini kelemahannya ya di 3 poin itu : daging sulit empuk, amis dan masih ada sisa bulunya. Itu makanya aku jadi penasaran bin tergoda untuk membuktikan sendiri keistimewaan restoran milik Adhi Widianto ini.

Seandainya restoran ini buka cabang di kotaku, atau setidaknya di Surakarta (yang paling dekat dengan kotaku), keluargaku pasti akan datang. Meski terkenal dengan juara pedasnya, namun tak menghalangi bagi yang tak doyan pedas (seperti keluargaku) untuk menikmatinya. Karena, untung saja, tak semua menu meletakkan sambal yang super pedas itu “nemplok” di atas dagingnya. Beberapa menu memisahkan sambal dengan dagingnya, dan yang seperti itu tentu saja yang akan jadi pilihan keluargaku. Aha, tetap bisa makan enak tanpa harus kepedasan kan ? #Happy





menu-menu di atas jadi pilihanku

Oya, dari berbagai macam menu yang disediakan aku sudah punya “inceran” lho. Aku penasaran banget mencicipi menu spesialnya : Bebek Perawan, tapi yang goreng atau bakar, biar sambelnya bisa dicolek dikit-dikit. Aku tak bakalan berani nyicip yang gejrot pokoknya. Gak bakalan sanggup dengan “resikonya” hehehe.




Nah, menu-menu di atas bukan pilihanku

Kelebihan lain yang membuatku semakin ingin makan di restoran yang berdiri sejak tahun 2011 ini adalah harganya yang relatif murah dan sudah dijamin halal. Semoga keinginanku ini bisa terwujud ya? Duh, cerita gencar para blogger tentang masakan di bebek Judes benar-benar telah membuatku penasaran tingkat dewa. Help me….!!


daftar menu dengan harga yang sangat terjangkau


sertifikat halal dari MUI Jabar

Tulisan Ini Diikutsertakan Pada Giveaway Sensasi Makan Bebek Pedas

Semua foto diambil dari web : bebekjudes.com dan fanpage bebek judes


14 komentar:

  1. cocok banget pas siang2 gini yo mbk,slurpppttttt

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kalo siang-siang makan sambel.... jadi gerah Mak hehehe

      Hapus
  2. wah mbak Reni nggak bisa merasakan "sensasi Judes" bebeknya itu dong ...
    Semoga sukses dgn GA ini ya, mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak... soalnya aku gak suka pedes... jadi sambel selalu disisihkan hahaha

      Hapus
  3. bebek perawan lebih enak mungkin krn masih muda ya mbak hihi,.. moga sukses mbak. saya bisanya cuma bikin fiksi soalnya ga bs makan pedas dan bebek yang berlemak tinggi :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah soal gak suka pedas sih kita sama Mak... tapi aku suka bebeknya hehehe

      Hapus
  4. anak2 saya malah suka pedas lho mba hehehe...
    sukses ya buat ngontesnya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah... aku kalah dong dengan anak-anak Mak.... hahaha

      Hapus
  5. sepertinya enak nih, jadi pengen....

    BalasHapus
  6. Aduh Mbak, sudah kruyuk nih rasanya perut...apalagi lihat gambarnya

    BalasHapus
  7. terima kasih sudah berpartisipasi. Tercatat, ya :)

    BalasHapus
  8. Aku orang Jogja tapi suka banget sama pedes mbak ^^

    BalasHapus
  9. utk yg ga suka pedas, kyny bebek perawan + kecap jg enak banget tuh :)

    BalasHapus
  10. Besok pas kita ke Jakarta sempetin yuk ke sini Mak...kita gejrot - gejrotan...

    BalasHapus

Komentarnya dimoderasi dulu ya? Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. (^_^)