Medio Juli 1993 adalah sepenggal perjalanan hidupku yang tak akan pernah aku lupakan selamanya. Saat itu, aku yang sedang kuliah di Yogyakarta, menyambut undangan Evi (sahabatku sejak SMA) untuk datang ke Semarang tempatnya kuliah. Dia berencana untuk merayakan ulang tahunnya bersama beberapa teman kuliahnya di lereng Gunung Merbabu, dan aku diundang untuk hadir melengkapi kebahagiaannya.
Aku berangkat seorang diri ke Semarang dengan naik travel. Pilihan ini kurasa adalah pilihan yang paling ‘aman’ karena aku sama sekali belum pernah ke Semarang sebelumnya. Selain itu, aku juga belum tahu tempat kost Evi. Aku gak mau kesasar di kesempatan pertamaku datang ke Semarang. Jadi, perjalananku ke Semarang lancar dan travelku dengan sukses mengantarku turun di depan kost Evi.
Keputusanku untuk datang ke Semarang dan ikut merayakan ulang tahun Evi ternyata tak akan pernah kusesali selamanya. Aku sangat menikmati perjalanan kami (aku, Evi dan teman-temannya) ke lereng Gunung Merbabu. Kami berangkat siang naik kendaraan umum. Karena kami ber-13 orang, maka kami tak bisa naik 1 kendaraan bersama-sama. Kami terpisah dalam 2 kendaraan. Kami sampai di Kopeng di saat hari mulai beranjak sore.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan untuk mencari makanan dan minuman panas untuk menghangatkan diri. Tak lupa kami berfoto-foto dulu. Seru dan asyik banget. Aku yang baru berkenalan dengan teman-teman Evi bisa langsung nimbrung dan enak ngobrol serta seru-seruan dengan mereka.
Puas berfoto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kami mulai menuju lereng Gunung Merbabu. Kami tak terburu-buru, maklum beberapa dari kami (aku khususnya) bukanlah anggota pecinta alam. Jadi beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat, serta tentu saja untuk foto-fotoan.
Akhirnya, kami pun sampai ke suatu tempat. Aku lupa pastinya, tapi yang jelas bangunan itu cukup untuk menampung kami bertiga belas. Sore itu dingin sekali, namun aku sangat menikmati karena inilah pertama kalinya aku merasa diriku seolah-olah anggota pecinta alam. Suatu pengalaman yang luar biasa! Apalagi pemandangannya sungguh luar biasa indahnya. Lagi-lagi, kami pun asyik foto-fotoan lagi.
Malamnya, digelar acara syukuran ulang tahun Evi. Meski terkesan sederhana, namun bagiku sungguh luar biasa. Beraneka bekal yang kami bawa dari Semarang terhidang di meja. Kami mengaturnya di atas sebuah ‘tampah’ yang entah mereka pinjam dari mana. Makanan itu kami tata berbentuk tumpeng kecil. Kami bersama-sama menyanyikan lagu selamat ulang tahun buat Evi dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Syahdu sekali….
Aku sungguh menikmati sekali saat itu. Meski yang merayakan ulang tahun Evi, tapi rasa bahagiaku sepertinya tak kalah besarnya dibandingkan dengannya. Satu-satunya hal yang ‘menyiksaku’ adalah airnya yang super duper dingin. Sungguh siksaan bagiku, saat harus berwudhu dan menyentuh airnya. Kalau untuk urusan mandi… lupakan saja! Selama di sana, aku tak mau mandi sama sekali hahaha.
Malam hari itu, aku pun jadi sulit tidur. Bukan karena tempat tidurnya gak nyaman, namun karena aku kedinginan. Meskipun aku sudah memakai kaos kaki, memakai kaos dobel, memakai jaket tapi tetap saja aku kedinginan. Herannya, salah satu teman Evi dengan cueknya hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek tanpa kelihatan kedinginan sama sekali.
Semakin pagi… udara semakin dingin. Saking dinginnya sampai-sampai hidungku mampet! Untunglah, setelah sarapan dan matahari mulai nampak, kami pun berkemas untuk pulang. Kami tak ingin sampai Semarang terlalu gelap. Bagiku, perjalanan turun lebih mudah dan menyenangkan daripada perjalanan saat kami naik sehari sebelumnya.
saat kami sampai di depan Hotel Pemandian Kopeng
narsis dulu mumpung belum terlalu dingin
kapan lagi bisa begini?
pemandangan di belakang kami tertutup kabut
perayaan ulang tahun Evi
Alhamdulillah, perjalanan pulang ke Semarang berjalan lancar. Aku dan Evi sampai di tempat kost sore hari. Tak lama kemudian, aku kedatangan tamu. Mas Anto (cowok yang naksir aku sejak SMP) jauh-jauh datang dari Bandung ke Semarang untuk menjemputku dan menemani aku pulang ke Madiun esok harinya. Malam itu, aku kembali menginap di rumah Evi, sementara Mas Anto tidur di musholla tak jauh dari tempat kost Evi.
Esoknya, aku dijemput Mas Anto pagi hari setelah kami selesai sarapan. Aku dan Mas Anto menuju terminal untuk mencari bus yang akan mengantarkan kami pulang ke Madiun. Setelah naik bus dan dapat tempat duduk, tak lama kemudian aku langsung tertidur karena kelelahan setelah ‘bertualang’ ke lereng Gunung Merbabu. Aku tidur nyenyak sekali karena merasa tenang dan aman ada Mas Anto yang menjagaku. Aku dibangunkan saat kami harus berganti bus. Setelah berganti bus dan dapat tempat duduk, lagi-lagi aku langsung tertidur dengan nyenyaknya.
Barulah setelah masuk Ngawi aku terbangun. Jadi, sepanjang perjalanan Semarang-Madiun nyaris tak banyak yang aku bicarakan dengan Mas Anto karena aku lebih banyak tidur. Mas Anto pun seolah jadi ‘penjaga’ karena menjaga aku yang tertidur dan juga menjaga barang bawaanku yang aku bawa dari Yogya ke Semarang.
Itulah perjalanan pulang yang paling berkesan bagiku selama ini. Karena setelah itu, akhirnya aku memutuskan untuk menerima Mas Anto yang sudah menyatakan rasa sukanya padaku sejak kami sama-sama SMP. Alhamdulillah, akhirnya aku dan Mas Anto benar-benar berjodoh dan 5 tahun setelah peristiwa itu aku dan Mas Anto melangkah ke jenjang pernikahan.
Apa yang dilakukan Mas Anto saat itu : jauh-jauh dari Bandung ke Semarang bukan hanya untuk menjemput dan menemaniku pulang ke Madiun, namun juga telah menjemput hatiku untuk pulang kepadanya. #eaaa
Tulisan ini diikutkan dalam #NubieTraveller Monthly Blog Competition: “Pulang”
Keterangan : 805 kata
Aku berangkat seorang diri ke Semarang dengan naik travel. Pilihan ini kurasa adalah pilihan yang paling ‘aman’ karena aku sama sekali belum pernah ke Semarang sebelumnya. Selain itu, aku juga belum tahu tempat kost Evi. Aku gak mau kesasar di kesempatan pertamaku datang ke Semarang. Jadi, perjalananku ke Semarang lancar dan travelku dengan sukses mengantarku turun di depan kost Evi.
Keputusanku untuk datang ke Semarang dan ikut merayakan ulang tahun Evi ternyata tak akan pernah kusesali selamanya. Aku sangat menikmati perjalanan kami (aku, Evi dan teman-temannya) ke lereng Gunung Merbabu. Kami berangkat siang naik kendaraan umum. Karena kami ber-13 orang, maka kami tak bisa naik 1 kendaraan bersama-sama. Kami terpisah dalam 2 kendaraan. Kami sampai di Kopeng di saat hari mulai beranjak sore.
Sebelum melanjutkan perjalanan, kami menyempatkan untuk mencari makanan dan minuman panas untuk menghangatkan diri. Tak lupa kami berfoto-foto dulu. Seru dan asyik banget. Aku yang baru berkenalan dengan teman-teman Evi bisa langsung nimbrung dan enak ngobrol serta seru-seruan dengan mereka.
Puas berfoto-foto, kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kami mulai menuju lereng Gunung Merbabu. Kami tak terburu-buru, maklum beberapa dari kami (aku khususnya) bukanlah anggota pecinta alam. Jadi beberapa kali kami berhenti untuk beristirahat, serta tentu saja untuk foto-fotoan.
Akhirnya, kami pun sampai ke suatu tempat. Aku lupa pastinya, tapi yang jelas bangunan itu cukup untuk menampung kami bertiga belas. Sore itu dingin sekali, namun aku sangat menikmati karena inilah pertama kalinya aku merasa diriku seolah-olah anggota pecinta alam. Suatu pengalaman yang luar biasa! Apalagi pemandangannya sungguh luar biasa indahnya. Lagi-lagi, kami pun asyik foto-fotoan lagi.
Malamnya, digelar acara syukuran ulang tahun Evi. Meski terkesan sederhana, namun bagiku sungguh luar biasa. Beraneka bekal yang kami bawa dari Semarang terhidang di meja. Kami mengaturnya di atas sebuah ‘tampah’ yang entah mereka pinjam dari mana. Makanan itu kami tata berbentuk tumpeng kecil. Kami bersama-sama menyanyikan lagu selamat ulang tahun buat Evi dan mengucapkan selamat ulang tahun untuknya. Syahdu sekali….
Aku sungguh menikmati sekali saat itu. Meski yang merayakan ulang tahun Evi, tapi rasa bahagiaku sepertinya tak kalah besarnya dibandingkan dengannya. Satu-satunya hal yang ‘menyiksaku’ adalah airnya yang super duper dingin. Sungguh siksaan bagiku, saat harus berwudhu dan menyentuh airnya. Kalau untuk urusan mandi… lupakan saja! Selama di sana, aku tak mau mandi sama sekali hahaha.
Malam hari itu, aku pun jadi sulit tidur. Bukan karena tempat tidurnya gak nyaman, namun karena aku kedinginan. Meskipun aku sudah memakai kaos kaki, memakai kaos dobel, memakai jaket tapi tetap saja aku kedinginan. Herannya, salah satu teman Evi dengan cueknya hanya mengenakan kaos oblong dan celana pendek tanpa kelihatan kedinginan sama sekali.
Semakin pagi… udara semakin dingin. Saking dinginnya sampai-sampai hidungku mampet! Untunglah, setelah sarapan dan matahari mulai nampak, kami pun berkemas untuk pulang. Kami tak ingin sampai Semarang terlalu gelap. Bagiku, perjalanan turun lebih mudah dan menyenangkan daripada perjalanan saat kami naik sehari sebelumnya.
saat kami sampai di depan Hotel Pemandian Kopeng
narsis dulu mumpung belum terlalu dingin
kapan lagi bisa begini?
pemandangan di belakang kami tertutup kabut
perayaan ulang tahun Evi
Alhamdulillah, perjalanan pulang ke Semarang berjalan lancar. Aku dan Evi sampai di tempat kost sore hari. Tak lama kemudian, aku kedatangan tamu. Mas Anto (cowok yang naksir aku sejak SMP) jauh-jauh datang dari Bandung ke Semarang untuk menjemputku dan menemani aku pulang ke Madiun esok harinya. Malam itu, aku kembali menginap di rumah Evi, sementara Mas Anto tidur di musholla tak jauh dari tempat kost Evi.
Esoknya, aku dijemput Mas Anto pagi hari setelah kami selesai sarapan. Aku dan Mas Anto menuju terminal untuk mencari bus yang akan mengantarkan kami pulang ke Madiun. Setelah naik bus dan dapat tempat duduk, tak lama kemudian aku langsung tertidur karena kelelahan setelah ‘bertualang’ ke lereng Gunung Merbabu. Aku tidur nyenyak sekali karena merasa tenang dan aman ada Mas Anto yang menjagaku. Aku dibangunkan saat kami harus berganti bus. Setelah berganti bus dan dapat tempat duduk, lagi-lagi aku langsung tertidur dengan nyenyaknya.
Barulah setelah masuk Ngawi aku terbangun. Jadi, sepanjang perjalanan Semarang-Madiun nyaris tak banyak yang aku bicarakan dengan Mas Anto karena aku lebih banyak tidur. Mas Anto pun seolah jadi ‘penjaga’ karena menjaga aku yang tertidur dan juga menjaga barang bawaanku yang aku bawa dari Yogya ke Semarang.
Itulah perjalanan pulang yang paling berkesan bagiku selama ini. Karena setelah itu, akhirnya aku memutuskan untuk menerima Mas Anto yang sudah menyatakan rasa sukanya padaku sejak kami sama-sama SMP. Alhamdulillah, akhirnya aku dan Mas Anto benar-benar berjodoh dan 5 tahun setelah peristiwa itu aku dan Mas Anto melangkah ke jenjang pernikahan.
Apa yang dilakukan Mas Anto saat itu : jauh-jauh dari Bandung ke Semarang bukan hanya untuk menjemput dan menemaniku pulang ke Madiun, namun juga telah menjemput hatiku untuk pulang kepadanya. #eaaa
Keterangan : 805 kata
wah mba asyik banget nih cerita lamanya
BalasHapusHehehe... jadi malu nih Pak :)
HapusWahhh... Ke Merbabu ya... Foto-fotonya jadul banget, pasti nostalgia ^^. Dan endingnya itu lho, romantis bangettt :D
BalasHapusIya itu foto2 jadul... tahun 1993 yang lalu hehehe
HapusSoal ending... eh aku jadi tersipu malu :)
GA inih...kemarin di inbox Una. Pengennya sih ikutan tapi DLnya mepet dengan tulisan yg sudah saya plot duluan.
BalasHapusSukses Mbak utk "pulang"nya ya
Iya, awalnya aku juga ga ngira bisa ikutan GA ini.
HapusTapi akhirnya bisa juga ikutan.
so sweet....
BalasHapusAih... jadi pengen malu nih hehehe
Hapuskeliatan akrab banget ya
BalasHapusFoto2 di atas ya maksudnya?
HapusEmang semuanya itu temannya Evi, hanya aku seorang yg 'asing' di sana hehehe
eyampuuun...
BalasHapusini kisah cinta yang romantis sekali sih mbaaaa...
Tapi itu pas di bis kenapa malahan tidur siiih..
Kesian lho mas Anto nya udah jau2 dari Bandung mau pedekate malahan ditinggal tidur..hihihi..
Eyampuunnn....
HapusWong akunya capek banget plus kurang tidur karena selama di lereng merapi gak bisa tidur lelap kok. Jadi ya wajar dong begitu dapat tempat duduk dan merasa nyaman aku langsung molor hehehe
itu Desa Thekelan sepertinya Mba Ren. cicuiiiittt...cocweet deh kisahnya dg Mas Anto :)
BalasHapusOh itu nama desanya Mbak?
HapusSahabatku si Evi itu aja waktu aku tanya gak tahu namanya hahaha
so sweet banget mba...menjemput hatinya...
BalasHapusHehehe... kisah masa lalu mbak... yang selalu berhasil membuatku senyum2 sendiri setelah membacanya :D
HapusSweet moment Jeng Reni. Pastinya punya alasan kuat khan untuk napak tilas kembali ke Kopeng kini bersama keluarga. Sukses tuk GAnya. Tak tunggu di bawahnya Kopeng Jeng....
BalasHapusDoakan ya semoga suatu saat bisa ke Kopeng lagi hehehe
HapusMbak Prih di daerah mana tuh?
itu dokumentasi foto tahun 1993?
BalasHapushuiiiii unik banget!
kerasa jadulnya mbak!
di scan ya ^_^
senang ya masih menyimpannya!!
kalo diinget2 jadi kenangan manis pasti buat mbak.
ke lereng merbabu, saya blm pernah kesanaaaa
Iya foto2 tahun 1993 itu aku scan... hehehe
HapusJadul banget ya?
Iya.. disana ada memori indah untukku #Kedipkedip
so sweet.... mengenang masa lalu cara sederhana yg hasilnya luar biasa utk menjaga kemesraan dgn pasangan .... iya ngak sich mbak
BalasHapussmg sukses ya mbak dgn GA nya
Mbak Sukma bener banget... memang dg mengenang masa lalu kita dapat menjaga kemesraan dg pasangan kita ;)
Hapus