Orangtuaku hanya punya 2 orang anak, dan keduanya berjenis kelamin perempuan. Statusku adalah sebagai anak sulung. Selisih usiaku dengan satu-satunya adik kandungku adalah 2 tahun 4 bulan. Walau sama-sama perempuan, tapi aku dan adikku sangat berbeda satu sama lain.
Kami berbeda dalam banyak hal. Dari segi fisik, adikku lebih tinggi daripadaku. Semua orang menganggap wajah adikku lebih mirip ayahku, sementara aku dikatakan mirip dengan ibuku. Kami memiliki selera yang berbeda dalam banyak hal pula. Ada untungnya kami berbeda selera, sehingga kami tak pernah berantem karena berebut sesuatu yang sama.
Karakter kami juga jauh berbeda. Adikku pendiam sama seperti ayahku. Sementara aku cenderung lebih banyak bicara, seperti ibuku. Adikku bukan anak yang rapi dan cenderung ceroboh, berbeda denganku. Tapi, adikku lebih memiliki kepekaan yang tinggi dibandingkan diriku. Selain itu, adikku sebenarnya lebih rajin daripadaku, hanya saja dia kurang telaten. Berbanding terbalik denganku yang telaten jika sudah mengerjakan sesuatu, tapi sering ogah-ogahan untuk memulai.
Contohnya, waktu kecil adikku lebih sering memiliki inisiatif untuk membantu ibu memasak. Berbeda denganku, aku baru akan membantu ibu memasak jika Ibu meminta, karena aku memang tidak terlalu tertarik dengan acara masak-memasak. Lucunya, meski adik sudah menawarkan bantuan, tapi ibu lebih cenderung memintaku untuk membantu. Alasan ibu adalah hasil pekerjaan adikku kurang rapi. Sementara aku meski ogah-ogahan tapi kerjaanku masih lebih rapi hehehe.
Kami tumbuh bersama selama bertahun-tahun tanpa keributan yang berarti. Kami bahu membahu menyelesaikan pekerjaan rumah yang dibebankan kepada kami. Kami juga saling menghormati satu sama lain. Aku tak pernah memanggil nya tanpa embel-embel "dik" di depan namanya. Dia pun selalu memanggilku "mbak". Dan itu tetap berjalan hingga kini.
Kami mulai hidup terpisah saat aku mulai kuliah di Yogyakarta. Dua tahun kemudian adikku menyusul dengan maksud ingin ikut kuliah di Yogyakarta juga. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Adikku diterima kuliah di Surakarta. Awal-awal kuliah adikku masih memiliki keinginan kuat untuk ikut ujian masuk PTN lagi tahun berikutnya agar dapat kuliah di Yogyakarta. Namun rupanya setelah setahun tinggal dan kuliah di Surakarta adikku merasa betah dan tak jadi ikut ujian masuk PTN lagi di tahun berikutnya.
Setelah menikah kami pun tinggal di kota yang berbeda. Aku tinggal di Madiun sementara adikku menetap di Pacitan. Untung saja jarak Pacitan dan Madiun tidak jauh, sehingga kami masih sering ketemu sehingga kami tak merasakan benar-benar terpisah.
Menuliskan kenangan ini, aku jadi sangat merindukannya. Adikku satu-satunya yang meskipun berbeda dalam banyak hal denganku tapi aku sayang sepenuh hati.
Kami berbeda dalam banyak hal. Dari segi fisik, adikku lebih tinggi daripadaku. Semua orang menganggap wajah adikku lebih mirip ayahku, sementara aku dikatakan mirip dengan ibuku. Kami memiliki selera yang berbeda dalam banyak hal pula. Ada untungnya kami berbeda selera, sehingga kami tak pernah berantem karena berebut sesuatu yang sama.
Karakter kami juga jauh berbeda. Adikku pendiam sama seperti ayahku. Sementara aku cenderung lebih banyak bicara, seperti ibuku. Adikku bukan anak yang rapi dan cenderung ceroboh, berbeda denganku. Tapi, adikku lebih memiliki kepekaan yang tinggi dibandingkan diriku. Selain itu, adikku sebenarnya lebih rajin daripadaku, hanya saja dia kurang telaten. Berbanding terbalik denganku yang telaten jika sudah mengerjakan sesuatu, tapi sering ogah-ogahan untuk memulai.
Contohnya, waktu kecil adikku lebih sering memiliki inisiatif untuk membantu ibu memasak. Berbeda denganku, aku baru akan membantu ibu memasak jika Ibu meminta, karena aku memang tidak terlalu tertarik dengan acara masak-memasak. Lucunya, meski adik sudah menawarkan bantuan, tapi ibu lebih cenderung memintaku untuk membantu. Alasan ibu adalah hasil pekerjaan adikku kurang rapi. Sementara aku meski ogah-ogahan tapi kerjaanku masih lebih rapi hehehe.
Kami tumbuh bersama selama bertahun-tahun tanpa keributan yang berarti. Kami bahu membahu menyelesaikan pekerjaan rumah yang dibebankan kepada kami. Kami juga saling menghormati satu sama lain. Aku tak pernah memanggil nya tanpa embel-embel "dik" di depan namanya. Dia pun selalu memanggilku "mbak". Dan itu tetap berjalan hingga kini.
Kami mulai hidup terpisah saat aku mulai kuliah di Yogyakarta. Dua tahun kemudian adikku menyusul dengan maksud ingin ikut kuliah di Yogyakarta juga. Tapi ternyata Allah berkehendak lain. Adikku diterima kuliah di Surakarta. Awal-awal kuliah adikku masih memiliki keinginan kuat untuk ikut ujian masuk PTN lagi tahun berikutnya agar dapat kuliah di Yogyakarta. Namun rupanya setelah setahun tinggal dan kuliah di Surakarta adikku merasa betah dan tak jadi ikut ujian masuk PTN lagi di tahun berikutnya.
Setelah menikah kami pun tinggal di kota yang berbeda. Aku tinggal di Madiun sementara adikku menetap di Pacitan. Untung saja jarak Pacitan dan Madiun tidak jauh, sehingga kami masih sering ketemu sehingga kami tak merasakan benar-benar terpisah.
Menuliskan kenangan ini, aku jadi sangat merindukannya. Adikku satu-satunya yang meskipun berbeda dalam banyak hal denganku tapi aku sayang sepenuh hati.
Aku, adikku, kedua buah hati kami bersama kedua orang tua kami
Tulisan ini diikutkan pada GIVEAWAY : Aku Sayang Saudaraku yang diselenggarakan oleh Susindra
Ikutan juga ya Mbak ^^
BalasHapusSeru ya Mbak, sama-sam cewek dan masih sering ketemu, Shasa pasti dekat juga dengan sepupunya ya Mbak?
Tapi ngomong2 difoto pertama kok agak mirip ya, foto lama ya Mbak, sebab Shasa masih imut-imut, heheee...
Gudlak ya Mbak :)
yah, Islam mengajarkan saling menyayangi dan toleransi terutama hubungan keluarga
BalasHapusSalut deh dengan keakraban kalian mba... walau saling berbeda dlm banyak hal, tapi akur dan akrab banget. Menang selayaknya begitu ya mba... tapi banyak juga kita temui dimana adik kakak justru mulai saling berselisih paham di kala usia mulai dewasa... kala telah muncul pendatang baru (pendamping hidup) dalam kehidupan mereka. Sungguh disayangkan memang... :(
BalasHapusBersyukurlah mba, memiliki saudara yang begitu akrab dan saling merindukan.
Eh aku kok jadi kangen adik2ku ya? Mereka juga baiiik banget dg kakaknya ini. :) (kok malah nebeng curhat ya?)
Mba, sukses untuk GA nya yaa...
Lho Mbak Reni asalnya dari mana je?
BalasHapusKalau dilihat fotonya mrirp banget sih Mbak,
BalasHapusSukses ya Mbak, semoga menang :)
kalau diperhatikan mirip koq Mba Reni sama adiknya :D
BalasHapussekarang Mba Reni kayaknya udah mulai keluar semangat ngontesnya lagi nih ^___^ ayo Mba terus semangat
Good Luck ya Mba :)
Abis liat fotonya aku kok malah ngerasa klo Mbak tuh mirip ya sama Adeknya Mbak, apalagi klo ngeliat foto paling pertama :) tapi klo soal karakter sih ya gak mungkin sama lah setiap orang :)
BalasHapusmirip Mbak, dan kompak nih wlo karakternya berbeda. hehehh.
BalasHapusmoga menang ya Mbak GA nya :)
saya juga punya adik cewek mbak. selera kita juga sama. jadi kangen adik deh baca postingan mbak.
BalasHapusakur terus ya mbak dan semoga sukses dengan GAnya. salam untuk Shasha
BalasHapusYah si Shasa tuh nangis di fotonya..
BalasHapussemoga sukses Giveawaynya mbak Ren.. salam buat adiknya ya
@Mbak Keke >> bener mbak, Shasa dekat dan sayang banget dg sepupunya. Foto pertama itu emang foto lama mbak.. :)
BalasHapus@Mbak Ami >> Alhamdulillah, sampai sekarang kami tetap dekat satu sama lain mbak.
@Mbak Al >> Syukurlah, suami adikku orangnya enak banget, jadi kami saling dekat. Bahkan, suami adikku dan suamiku sama2 hobby mancing. Kalau udah ketemu, mereka ya seringnya mancing bareng :)
@Una >> Lho.. Una belum tahu asalku dari mana ya? :p
@Sofyan >> Eh, mirip ya? Padahal orang2 banyak yg bilang kalau wajah kami beda lho.. :)
@Mbak Ria >> ternyata banyak juga yg menilai mirip...
Iya sekarang aku sedang semangat ngontes lagi hehehe
@Ferdinand >> Tuh, satu lagi yg bilang kalau kami mirip. Tapi orang2 yg ketemu kami secara langsung (gak lihat foto) kok bilang kami gak mirip ya? #bingung
@Mbak diah >> Alhamdulillah, tetap kompak meski karakter beda hehehe
@Mbak Meutia >> Jadi mbak Meutia seleranya sama dg adiknya? Sering berantem gak mbak..? Aku dan adikku beda selera soalnya :)
@Mbak Lidya >> Amin.. terimakasih doanya mbak. Insya Allah salamnya aku teruskan pada Shasa :)
@Kang Lozz >> Iya, foto di atas itu Shasanya mewek hehehe. :)
adekmu mirip ya mbak, sama dirimu #yaeyalaah. pernyataan gak penting.
BalasHapusduh, fotonya jaman kapan itu mbak?..
postinganmu bikin aku kangen sama adek2 ku juga..
minggu depan pulang ke jogja ah :)
Waah.. senang sekali ya mbak, punya adik yang bisa diajak kompak meski beda sifat. Malah, keduanya saling melengkapi.
BalasHapusTerima kasih ya untuk cerita kekompakan bersama adik. Salam hangat dari Jepara,
Susindra
keluarga yang simpel dan bahagia, tidak salah pemerintah membuat program KB, walaupun masa itu mungkin belum ada, tapi orang tua sudah melaksanakannya.
BalasHapusnice share..salam kenal dari desa.
@Gaphe >> Itu foto jadul Ga... jaman Shasa masih imut2 hehehe. Ayo buruan ke Yogya dan melepas kangen dg adik2mu
BalasHapus@Susindra >> iya mbak, dia adikku satu2nya, kalau gak kompak kan susah hehehe
@Cilembu >> waktu aku dan adikku lahir mungkin saja sudah ada program KB. tapi yg jelas karena kedua ortuku bekerja, jadi mereka akan repot kalu punya anak banyak hehehe
gak jauh beda kok Mbak
BalasHapusmasih ada mirip miripnya
perbedaan bukanlah batasan kasih sayang...
BalasHapuskunjungan ..
BalasHapussalam sukses selalu ..:)
bersyukurlah, karna perbedaan membuat hidup menjadi lebih indah..
BalasHapus