Dear Pahlawanku, Wanita-wanita perkasa
Kemarin, tepatnya tanggal 10 Nopember, negara ini merayakan Hari Pahlawan (sesuatu yang sejatinya tak kalian niatkan untuk dirayakan, bukan?). Sebuah perayaan untuk tetap mengenang pengorbanan yang telah kalian berikan pada negara dan bangsa ini. Sebuah perayaan yang semoga berhasil menggelorakan kembali semangat perjuangan di hati kami, generasi penerusmu.
Dear Pahlawanku, Wanita-wanita perkasa
Aku sungguh mengagumi kalian. Bagiku, kalian semua begitu istimewa. Jika seseorang memintaku untuk memilih salah satu dari kalian, terus terang saja aku tak mampu. Sangat tak mungkin bagiku untuk menimbang bobot kepahlawanan masing-masing dari kalian. Aku tak punya kapasitas untuk melakukan itu kepada kalian, pahlawanku.
Sesungguhnya duhai Pahlawanku, seringkali aku berpikir dan membandingkan apa yang telah aku lakukan dengan apa yang telah kalian lakukan. Sebagai sama-sama wanita, kita sangat jauh berbeda. Apa yang telah kalian lakukan menjadi alasan yang sangat kuat untuk memberikan gelar Pahlawan bagi kalian semua, wanita-wanita perkasaku. Sebaliknya, apa yang telah aku lakukan untuk pantas disandingkan dengan kalian?
Aku teringat akan masa-masa remajaku yang menyenangkan. Usia 17 tahun aku lalui dalam kebahagiaan dan kenyamanan. Tak pernah sedikitku aku berani bermimpi menjadi sepertimu, Martha Christina Tiahahu. Di usiamu yang masih 17 tahun, kau telah mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Sungguh, kau seorang gadis yang pemberani. Di usiaku kini yang jauh lebih matang darimu, aku yakin bahwa aku tak akan seberani kamu. Ah... malu aku membandingkan diriku dengan dirimu.
Sebagai wanita mungkin aku akan mudah tergiur dengan kemewahan dan kedudukan yang tinggi. Aku akan sangat senang dan bangga jika suamiku mampu memberikan hal itu kepadaku. Namun ternyata, hal itu tak berlaku bagimu, Cut Meutia. Meskipun engkau anak bangsawan yang cantik jelita, namun kau dengan tegas menolak saat suamimu rela bekerja sama dengan Belanda demi mendapatkan kedudukan, kemewahan serta martabat tinggi. Sementara, bagimu kemerdekaan dan harga diri adalah harga mati. Bahkan kau rela meninggalkan suamimu demi hasratmu untuk berjuang merebut kemerdekaan. Betapa berbedanya kau dan aku...
Dear Pahlawanku, Wanita-wanita perkasa
Aku hanyalah seorang wanita yang 'lemah' dan mudah menyerah. Mungkin aku tak akan mampu setangguh dirimu, Cut Nyak Dien. Kau rela menderita dan kelaparan hidup di hutan selama 6 tahun lamanya, karena bersembunyi dari kejaran tentara Belanda. Tubuh yang renta dan mata rabun tak mampu membuatmu menyerah kepada penjajah. Sungguh, ketangguhanmu membuktikan bahwa kau adalah wanita Aceh sejati!
Aku pun tak pernah bermimpi mampu menjadi pemimpin nomor satu, apalagi pemimpin perang seperti kau Laksamana Malahayati. Hebat sekali dirimu karena mendapat kepercayaan menjadi Laksamana (Panglima Perang) Kerajaan Aceh. Sebuah jabatan yang diberikan karena keberhasilanmu memimpin pasukan wanita. Kaulah wanita pertama di dunia yang menjabat sebagai laksamana. Kehebatanmu memimpin sebuah angkatan perang ketika itu diakui oleh negara Eropa, Arab, China dan India. Benar-benar luar biasa.
Aku pun sadar sepenuhnya bahwa aku bukan orang yang punya semangat juang untuk mewujudkan mimpi dalam mengangkat harkat dan martabat wanita. Aku bukanlah wanita yang berani mendobrak adat yang berlaku di masyarakat seperti yang telah kau lakukan, RA. Kartini dan Maria Walanda Maramis. Tanpa perjuangan kalian, maka wanita-wanita Indonesia (termasuk diriku) kini tak akan maju dan berkembang dan masih berada 'di bawah' kaum laki-laki. Betapa kalian wanita hebat yang mampu berpikir jauh ke depan. Kalian wanita-wanita perkasa pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan. Aku (dan seluruh wanita Indonesia) berhutang banyak pada kalian berdua.
Dear Pahlawanku, wanita-wanita perkasa
Aku tahu masih banyak pahlawan dan wanita-wanita perkasa lainnya (makin kusadari betapa hebatnya wanita-wanita di negeri ini). Namun aku tak mungkin menyebutkan mereka satu per satu. Tapi percayalah, kekagumanku pada mereka sama seperti kekagumanku pada kalian semua.
Untuk itulah, melalui surat ini aku hanya bisa mengucapkan beribu kata terima kasih untuk kalian semua (ah..., andai ada kata yang lebih dari 'sekedar' terima kasih). Kalian telah menunjukkan padaku bahwa tak ada yang tak mungkin dilakukan untuk sebuah kebaikan. Kalian telah meyadarkanku bahwa keyakinan memperjuangkan yang benar adalah kunci untuk tetap dapat bertahan menghadapi beragam rintangan.
Tolong, doakan aku dan juga wanita-wanita lainnya di bumi ini, wahai wanita-wanita perkasa pahlawanku. Doakan agar kami semua dapat mewarisi semangatmu, ketangguhanmu, keberanianmu dan kepandaianmu. Doakan kami dari atas sana, agar kami dapat pula mewariskan kebaikan di bumi ini, seperti yang telah kau lakukan.
Dear Pahlawanku, wanita-wanita perkasa
Sebelum surat ini aku akhiri, ada satu hal yang ingin aku katakan pada kalian bahwa negeri ini bangga telah memiliki wanita-wanita perkasa yang istimewa seperti kalian. Kalian memang pahlawan bagi kami semua.
Kemarin, tepatnya tanggal 10 Nopember, negara ini merayakan Hari Pahlawan (sesuatu yang sejatinya tak kalian niatkan untuk dirayakan, bukan?). Sebuah perayaan untuk tetap mengenang pengorbanan yang telah kalian berikan pada negara dan bangsa ini. Sebuah perayaan yang semoga berhasil menggelorakan kembali semangat perjuangan di hati kami, generasi penerusmu.
Dear Pahlawanku, Wanita-wanita perkasa
Aku sungguh mengagumi kalian. Bagiku, kalian semua begitu istimewa. Jika seseorang memintaku untuk memilih salah satu dari kalian, terus terang saja aku tak mampu. Sangat tak mungkin bagiku untuk menimbang bobot kepahlawanan masing-masing dari kalian. Aku tak punya kapasitas untuk melakukan itu kepada kalian, pahlawanku.
Sesungguhnya duhai Pahlawanku, seringkali aku berpikir dan membandingkan apa yang telah aku lakukan dengan apa yang telah kalian lakukan. Sebagai sama-sama wanita, kita sangat jauh berbeda. Apa yang telah kalian lakukan menjadi alasan yang sangat kuat untuk memberikan gelar Pahlawan bagi kalian semua, wanita-wanita perkasaku. Sebaliknya, apa yang telah aku lakukan untuk pantas disandingkan dengan kalian?
Aku teringat akan masa-masa remajaku yang menyenangkan. Usia 17 tahun aku lalui dalam kebahagiaan dan kenyamanan. Tak pernah sedikitku aku berani bermimpi menjadi sepertimu, Martha Christina Tiahahu. Di usiamu yang masih 17 tahun, kau telah mengangkat senjata melawan penjajah Belanda. Sungguh, kau seorang gadis yang pemberani. Di usiaku kini yang jauh lebih matang darimu, aku yakin bahwa aku tak akan seberani kamu. Ah... malu aku membandingkan diriku dengan dirimu.
Sebagai wanita mungkin aku akan mudah tergiur dengan kemewahan dan kedudukan yang tinggi. Aku akan sangat senang dan bangga jika suamiku mampu memberikan hal itu kepadaku. Namun ternyata, hal itu tak berlaku bagimu, Cut Meutia. Meskipun engkau anak bangsawan yang cantik jelita, namun kau dengan tegas menolak saat suamimu rela bekerja sama dengan Belanda demi mendapatkan kedudukan, kemewahan serta martabat tinggi. Sementara, bagimu kemerdekaan dan harga diri adalah harga mati. Bahkan kau rela meninggalkan suamimu demi hasratmu untuk berjuang merebut kemerdekaan. Betapa berbedanya kau dan aku...
Dear Pahlawanku, Wanita-wanita perkasa
Aku hanyalah seorang wanita yang 'lemah' dan mudah menyerah. Mungkin aku tak akan mampu setangguh dirimu, Cut Nyak Dien. Kau rela menderita dan kelaparan hidup di hutan selama 6 tahun lamanya, karena bersembunyi dari kejaran tentara Belanda. Tubuh yang renta dan mata rabun tak mampu membuatmu menyerah kepada penjajah. Sungguh, ketangguhanmu membuktikan bahwa kau adalah wanita Aceh sejati!
Aku pun tak pernah bermimpi mampu menjadi pemimpin nomor satu, apalagi pemimpin perang seperti kau Laksamana Malahayati. Hebat sekali dirimu karena mendapat kepercayaan menjadi Laksamana (Panglima Perang) Kerajaan Aceh. Sebuah jabatan yang diberikan karena keberhasilanmu memimpin pasukan wanita. Kaulah wanita pertama di dunia yang menjabat sebagai laksamana. Kehebatanmu memimpin sebuah angkatan perang ketika itu diakui oleh negara Eropa, Arab, China dan India. Benar-benar luar biasa.
Aku pun sadar sepenuhnya bahwa aku bukan orang yang punya semangat juang untuk mewujudkan mimpi dalam mengangkat harkat dan martabat wanita. Aku bukanlah wanita yang berani mendobrak adat yang berlaku di masyarakat seperti yang telah kau lakukan, RA. Kartini dan Maria Walanda Maramis. Tanpa perjuangan kalian, maka wanita-wanita Indonesia (termasuk diriku) kini tak akan maju dan berkembang dan masih berada 'di bawah' kaum laki-laki. Betapa kalian wanita hebat yang mampu berpikir jauh ke depan. Kalian wanita-wanita perkasa pendobrak adat, pejuang kemajuan dan emansipasi perempuan. Aku (dan seluruh wanita Indonesia) berhutang banyak pada kalian berdua.
Dear Pahlawanku, wanita-wanita perkasa
Aku tahu masih banyak pahlawan dan wanita-wanita perkasa lainnya (makin kusadari betapa hebatnya wanita-wanita di negeri ini). Namun aku tak mungkin menyebutkan mereka satu per satu. Tapi percayalah, kekagumanku pada mereka sama seperti kekagumanku pada kalian semua.
Untuk itulah, melalui surat ini aku hanya bisa mengucapkan beribu kata terima kasih untuk kalian semua (ah..., andai ada kata yang lebih dari 'sekedar' terima kasih). Kalian telah menunjukkan padaku bahwa tak ada yang tak mungkin dilakukan untuk sebuah kebaikan. Kalian telah meyadarkanku bahwa keyakinan memperjuangkan yang benar adalah kunci untuk tetap dapat bertahan menghadapi beragam rintangan.
Tolong, doakan aku dan juga wanita-wanita lainnya di bumi ini, wahai wanita-wanita perkasa pahlawanku. Doakan agar kami semua dapat mewarisi semangatmu, ketangguhanmu, keberanianmu dan kepandaianmu. Doakan kami dari atas sana, agar kami dapat pula mewariskan kebaikan di bumi ini, seperti yang telah kau lakukan.
Dear Pahlawanku, wanita-wanita perkasa
Sebelum surat ini aku akhiri, ada satu hal yang ingin aku katakan pada kalian bahwa negeri ini bangga telah memiliki wanita-wanita perkasa yang istimewa seperti kalian. Kalian memang pahlawan bagi kami semua.
“Postingan ini diikutsertakan dalam Kontes Dear Pahlawanku yang diselenggarakan oleh Lozz, Iyha dan Puteri”
Sponsored by :
Sponsored by :
dari indonesia bagian timur tengah dan barat ternyata semua ada pahlawan wanita nya ,,ya:)
BalasHapuswanita perkasa yang membela tanah air ya
BalasHapusaku baru tau soal Laksamana Malahayati Mbak...
BalasHapusbener!!!!
keren banget ya
perempuan jadi laksamana
Asyik
BalasHapusDija bisa belajar sejarah disini
membaca postinganmu, langsung membuat semangatku kembali membaja mba... thanks banget. soalnya dari pagi udah disuguhi meeting and meeting yang bikin kepala puyeng.
BalasHapusJadi malu dengan para srikandi bersemangat baja ini... yg pantang menyerah demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa, hingga kita dapat hidup nyaman kini... semoga kita dan para penerus bangsa ini dapat melestarikan titipan yang telah susah payah diperjuangkan oleh mereka ya mba...
Eh iya, idolaku paling utama adalah Laksamana Malayati tuh mba... perempuan pertama di dunia yang dengan semangat baja mendirikan laskar INONG BALEE (laskar para Janda) demi memperjuangkan kemerdekaan bangsa. Pernah nulis ttg ini tp lupa dimana nyimpan filenya. hehe.
Oops... kepanjangan (as usual.. dasar ceriwis!!). Ampuun.
Sebenarnya banyak sekali ya pejuang2 wanita tetapi kenapa nama kartilah yg paling menonjol?
BalasHapussesuai dengan sang pengirim suratnya hehe wanita2 perkasa, mudah2an mbak reni bsa terus perkasa mengasuh anak2nya hingga menjadi pahlawan wanita :)
BalasHapusSemoga kita bisa mewarisi semangat perjuangannya...
BalasHapusBangga deh jadi warga Indonesia, ternyata kita punya banyak pahlawan wanita ya..semoga mereka bisa menjadi inspirasi buat kita kaum wanita dizaman sekarang.
BalasHapusini kumpulan sejarah wanita nusantara, kalau inyong anak sekoalh lumayan nih udah diringkaskan
BalasHapusaduh jadi malu nich....yg tadi komennya salah masuk ya mb...di delete aja ya...!
BalasHapuswanita yg sekaligus seorang pejuang merupakan wanita2 yg perkasa, dimana didalam 'kelemahannya', dia msh sanggup untuk berjuang membela apa yang dia anggap benar....!
#komennya beda lagi ya mb...
link sponsornya mohon dipasang juga ya mbak Ren.
BalasHapusterima kasih
emansipasi...
BalasHapusdulu yg pertama kuketahui adalah martha, tp yg rame kartini...
hehehhe
makasih ya mbak dan ikutan dear pahlawanku. hebat, wanita2 perkasa2 itu juga menginspirasiku. salam pu mbak
BalasHapuswahh..kutan kontes ini juga ya mbak,,gudlak ya ,,.^^
BalasHapuspahlawan wanita...ayo lanjutkan :)
BalasHapussemoga menang ikutan kontesnya
Saya juga rindu bertemu wanita hebat #bojo maksude mbak ren hehe
BalasHapusMatur nuwun sudah ikutan berpartisipasi ya mbak Ren.. salam tuh buat Shasa, calon wanita hebat Indonesia.. Insya ALLAH..!
Mb namaku kok gak ada, aku kan pahlawan wanita juga hehheheh..
BalasHapusAku baru tau yang Lksamana mb...
Sukses kontesnya mb.
dari semua pahlawan wanita yang disebut, aku nge-fans banget ama Cut Nyak Dien, gara2 dulu nonton filmnya. Sosoknya itu lho, bener2 perempuan berani.
BalasHapusIya Mbak ya, perjuangannya para wanita2 perkasa ini sangat mengagumkan ya Mbak ;)
BalasHapusSemoga semangat mereka mampu menginspirasi kita semua...
semoga bisa memberikan inspirasi pada wanita Indonesa,
BalasHapussemuanya pahlawan wanita ya..
BalasHapuswah aku baru kali ini membaca ttg Laksamana Malahayati, mengagumkan sekali kisahnya mbak! :)
BalasHapusBagi bang Pendi, pahlawan wanita sesungguhnya adalah ibu :)
BalasHapusnice blog... thanks sudah berbagi
BalasHapusTerima kasih atas artikelnya
BalasHapus