Pages

Jumat, Maret 28, 2014

Ibuku pekerja keras yang teguh hati

Mari kita bicara tentang sosok seorang Ibu, lebih tepatnya sosok Ibu di mataku. Bagiku, Ibu adalah sosok yang luar biasa. Ibu adalah sosok seorang pekerja keras yang teguh hati. Aku punya alasan untuk menyebut beliau seperti itu. Dan sekarang, ijinkan aku untuk bercerita banyak tentang Ibuku.

Ibu sudah terbiasa bekerja keras sejak masih kecil. Menurut cerita ibu, dulu setiap pulang sekolah ibu memiliki tugas yang sebetulnya tidak disukainya yaitu memarut kelapa busuk! Kita semua tahu bahwa memarut kelapa biasa saja sulit sekali, kalau tidak hati-hati maka jari-jari tangan kita akan terluka. Apalagi jika yang diparut kelapa busuk yang licin dan kalau diparut akan mudah terlepas dari tangan. Tapi itu dulu dilakukan Ibu setiap hari dan kelapa busuk yang diparut bukan sekedar 1 atau 2 biji saja, tapi kadang 1 baskom atau 1 ember!

Meski tak suka, Ibu tetap harus melakukannya demi bisa membuat minyak dari kelapa-kelapa itu. Saat itu, Eyang kakung bekerja sebagai guru, sementara eyang putri hanyalah ibu rumah tangga biasa. Maka, membuat minyak kelapa dilakukan agar dapur mereka bisa tetap 'ngebul' dan demi membiayai sekolah Ibu dan kakak-kakaknya. Menurut Ibu, eyang kakung dan eyang putri pun tak lepas dari kegiatan memarut kelapa busuk itu. Hanya saja, kakak-kakak ibu yang bersekolah di luar kota bisa terbebas dari beban tugas yang tidak menyenangkan itu.

Peran Ibu di rumah

Terbiasa sejak kecil untuk bekerja keras, terbawa juga sampai dewasa. Apalagi setelah takdir mempertemukan Ibu berjodoh dengan Bapak. Berbeda dengan Ibu yang lahir dari keluarga 'biasa' saja, Bapak terlahir dari keluarga terpandang karena ada titisan darah 'ningrat' dalam darahnya. Menurut cerita Bapak, dulu waktu masih sekolah, hanya Bapak satu-satunya murid yang bersepatu saat sekolah sementara teman-teman lainnya masih 'nyeker'. Sejak kecil Bapak terbiasa dilayani karena pada jaman itu pun keluarga Bapak sudah memiliki Asisten Rumah Tangga. Itu sebabnya, Bapak tidak familiar dengan urusan pekerjaan rumah tangga.

Nah, sudah bisa dibayangkan bagaimana akhirnya rumah tangga orangtuaku dijalankan bukan? Yups, semua urusan pekerjaan rumah tangga dikerjakan oleh Ibu tanpa campur tangan Bapak sama sekali. Walau Ibu memiliki asisten rumah tangga, namun peran asisten rumah tangga itu hanyalah membantu Ibu. Urusan masak sepenuhnya jadi tanggung jawab Ibu karena beliau memang tak memercayakan urusan dapur pada orang lain. Beliau juga masih suka menyibukkan diri dengan membersihkan rumah, mencuci ataupun setrika baju.

Mungkin, apa yang dilakukan Ibu itu biasa saja jika Ibu hanyalah ibu rumah tangga saja. Tapi, Ibu adalah seorang PNS dan juga pengurus PKK dari tingkat RT sampai tingkat kelurahan! Aku dulu sering heran melihat banyaknya energi yang tersimpan dalam tubuhnya. Setiap pagi, sebelum jam 6 pagi menu sarapan selalu sudah siap tersaji di meja. Bapak tak suka makan di luar rumah, apalagi beliau adalah pengagum nomer 1 masakan Ibuku. Itu makanya, demi suami dan anak-anaknya, Ibu selalu bangun pagi-pagi sekali agar sebelum Bapak dan anak-anaknya berangkat beraktivitas semua bisa sarapan dengan baik di rumah.

Pada sore atau malam hari, Ibu selalu punya sisa waktu dan tenaga untuk membantu dan menemani kami belajar. Terkadang beberapa tugas prakarya kami pun dibantu Ibu. Kadang, Ibu menjahit baju atau membuat taplak sambil menemani kami belajar. Sungguh, dalam hidup Ibu kerja keras adalah kata kunci. Beliau tak senang jika melihat orang hanya duduk bersantai tanpa melakukan pekerjaan apapun.


Aku dan "My Hero"


Peran Ibu di luar rumah

Sudah aku katakan di atas, bahwa Ibu adalah seorang aktivis di lingkungan kami. Dulu, saat masih bekerja, beliau adalah pengurus PKK dari tingkat RT sampai tingkat kelurahan. Aku ingat sekali, dulu setiap kali akan ada lomba PKK Ibu sibuk sekali mengerjakan berbagai buku administrasi yang diperlukan untuk penilaian itu. Kalau sekarang, Ibu masih menjadi pengurus PKK namun hanya tingkat RT saja.

Dulu, saat masih bekerja, Ibu adalah pengurus Darma Wanita. Bukan saja di kantornya, namun juga di kantor Bapak. Bahkan, Ibu juga ditunjuk sebagai Ketua KORPRI di kantornya. Ibu juga mau dimintai tolong teman-temannya sebagai MC dalam acara nikahan ataupun acara-acara di kampung (seperti 17 Agustus) dll dengan bayaran ucapan terima kasih hehehe.

Meski sekarang Ibu sudah pensiun, tapi kegiatannya tak juga surut. Seminggu 3 kali Ibu punya jadwal senam di 3 tempat. Ibu juga menjadi Ketua Paguyuban Purna PNS dari kantornya. Ibu menjadi bendahara pada Paguyuban Purna PNS dari kantor Bapak. Ibu jadi Ketua Kakek Nenek Asuh di lingkungan kami. Ibu jadi sekretaris Posyandu Lansia dan juga sekretaris dari paguyuban mantan pengurus PKK kelurahan (tempat Ibu aktif dulu).

Selain itu, Ibu juga sangat aktif dalam kegiatan pengajian, baik yang dilakukan di rumah maupun yang dilakukan di mushola dekat rumah kami.

Peran Ibu di kantor

Dulu, saat Ibu masih bekerja, Ibu menduduki jabatan yang cukup penting. Kesibukannya di kantor pun cukup padat, bahkan sering Ibu harus dinas ke luar kota ataupun dinas pada malam hari. Namun semua itu dilakukannya, setelah memastikan kebutuhan kami di rumah sudah terpenuhi dengan baik.

Aku mencatat suatu peristiwa yang menunjukkan keteguhan hatinya. Aku mengetahui secara pasti peristiwa itu setelah aku dewasa dan Ibu bercerita secara terbuka padaku. Dulu saat aku masih kecil, aku hanya merasa ada sesuatu yang penting yang tak boleh aku ketahui.

Jadi ceritanya, dulu Ibu pernah mencurigai ada yang tak beres pada laporan keuangan kantor dan Ibu menegur temannya yang mengurusi keuangan di kantor. Ibu juga mencurigai bahwa semua itu dilakukan teman Ibu atas dasar perintah dari pimpinan di kantor Ibu. Ibu berusaha untuk mengingatkan temannya agar segera menghentikan perbuatan yang tak baik itu, namun teman Ibu tak peduli dan tetap melakukannya. Pada akhirnya, Ibu dan beberapa teman Ibu berkumpul di rumah kami. Walau saat itu aku masih kecil dan belum tahu apa-apa, tapi aku merasa bahwa apa yang dibicarakan Ibu dan teman-temannya itu adalah suatu hal yang penting sekaligus rahasia.

Rupanya, Ibu dan beberapa teman kantornya sepakat untuk melaporkan sang pimpinan sekaligus teman kantor Ibu yang mengurusi keuangan kantor. Mereka membuat laporan secara tertulis dan ditandatangani bersama-sama. Memang tak semua teman kantor Ibu mau ikut menandatangani laporan itu, namun Ibu tak kecil hati dan tetap mengirimkan laporan itu ke kantor pusat.

Endingnya bisa ditebak, pimpinan kantor dan pengurus keuangan itu dipanggil ke kantor pusat dan diberi sanksi penurunan jabatan. Saat sang pimpinan kantor kembali ke kantor, beliau memanggil Ibu dan salah seorang teman Ibu (yang laki-laki). Pada Ibu sang pimpinan bertanya apakah Ibu yang membuat laporan itu. Ibu menjawab dengan tegas : Ya! Kemudian sang pimpinan bertanya lagi apakah Ibu yang mengkoordinir tanda tangan itu dan lagi-lagi Ibu menjawab dengan tegas : Ya! Sang pimpinan pun tak bisa berbuat banyak karena tahu bahwa apa yang dilakukan oleh Ibu adalah hal yang benar. Bahkan beliau pun tak marah pada Ibu.

Selanjutnya, pimpinan kantor pun berganti. Ibu masih dengan keteguhan hatinya berani untuk mengutarakan pendapatnya jika beliau yakin bahwa pendapatnya benar. Ibu juga tak segan mengingatkan jika dilihatnya sang pimpinan terlihat lemah hati atau mulai berbelok arah. Ketegasan dan keteguhan Ibu itu rupanya hingga kini masih melekat pada mantan teman-teman sekantornya. Hal ini aku ketahui saat mereka datang silaturahmi ke rumah Ibu dan bercerita bagaimana bedanya kantor saat Ibu masih ada dulu dengan sekarang. Menurut meraka, tak ada lagi yang mau repot-repot menegur dan mengingatkan jika melihat sesuatu yang tak seharusnya.

Itulah sedikit gambaran tentang Ibuku yang pekerja keras dan teguh hati. Sampai kini, di usia beliau yang memasuki 70 tahun, beliau tetap aktif. Semua keperluan Bapak masih ditangani sendiri oleh beliau. Ibu memang koki nomor satu dalam keluarga kami. Ibu juga tenaga medis paling handal di rumah kami. Ibu memang motivator paling ulung di rumah kami. Ibu adalah patriot tanpa senjata tajam paling lembut dan hangat yang ada di antara kami.


Tulisan ini diikutkan dalam Syukuran di Bulan Maret : Mengenang Sang Patriot di Kehidupan Kami

23 komentar:

  1. Subhanallah ... aktivitas ibu banyak sekali ya, mbak Reni. Pantas bila di usia sepuhnya beliau masih terlihat bugar dan sehat. Lihat foto di atas, jadi ingat foto mbak reni dengan Shasa.
    Salam hormat saya untuk beliau, ya.
    Dan sukses buat GA nya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Teh Ani, Ibu memang suka sibuk. Beliau gak betah kalau duduk manis. Dulu waktu jenguk aku di tempatku kost di Yogya (pas aku kuliah dulu) beliau gak betah lo duduk diam. Tiba-tiba aja beliau sudah sibuk di dapur dan sibuk dengan sumbu komporku yang sudah memendek!

      Hapus
  2. keteguhan hati akan kebenarannya, patutu di contoh ya mba...
    Semoga ibu selalu sehat ya mba...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin... terimakasih banyak utk doanya ya Mak Santi :)

      Hapus
  3. Ah luar biasa ya sosok ibu :-)
    Semoga beliau sehat selalu ya mbak reni...
    Dan sukses buta GAnya :-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Begitulah beliau dimataku Mbak... benar2 luar biasa dan terimakasih banyak utk doanya buat Ibu :)

      Hapus
  4. Mbak,,salut banget ama ibunya,,andaikan di setiap tempat dinas aja ada pegawai seperti ibunya mbak,,insyaallah negara ini akan bebas dari korupsi,,aku yakin,,pasti nggak kan ada korupsi,,,salam hormat untuk ibu ya mbak,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku yakin Ibu menceritakan tentang peristiwa itu juga sebagai 'bekal'ku dalam bekerja... supaya aku bekerja dengan benar dan hati-hati. Namun sungguh, aku sering membayangkan jika aku yang berada pada posisi Ibu kala itu, mungkin aku tak akan seberani beliau

      Hapus
  5. Ibu embak Reni sosok yang tegas ya mbak...salut dan jadi pelajaran bagi saya juga mbak...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Beliau memang sangat tegas mbak... beliau tak pernah ragu dalam mengambil keputusan. :)

      Hapus
  6. Kagum dengan kiprah & semangat ibunya, Mak... Seolah2 energinya tak pernah habis ya. *Aku terkenang almarhumah ibuku. Seandainya beliau berusia panjang, barangkali aku juga bisa bercerita seperti ini :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku sendiri kagum sekaligus heran akan semangat dan energinya yang tak pernah habis itu. Aku sendiri tak bisa mengimbangi segala kesibukannya.

      Hapus
  7. Assalamu'alaikum #sungkem sama Ibunda Mbak Reni

    Salut ... hanya itu yang bisa saya katakan,

    Semoga postingan ini bisa menjadi inspirsai dan contoh bagi para Ibu (bapak termasuk saya hihii) yang membaca dan berkomentar disini

    Sukses GA nya Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wa'alaikumsalam....
      Terimakasih banyak utk apresiasinya dan Insha Allah sungkemnya akan akan sampaikan
      Terimakasih juga untuk doanya :)

      Hapus
  8. wah, hebat banget ya, dengan kesibukan yang luar biasa, masih sempat ngurus anak, suami dan rumah,,,salut. Salam buat Ibunya, Mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku jadi inget dengan komentar Bapak dulu akibat kesibukan Ibu yang bejibun banyaknya. Dulu Bapak sering komentar gini : "Ibu itu sibuknya sudah kayak anggota dewan aja" hehehe

      Hapus
  9. Pastinya Shasa juga punya patriot sendiri bernama Reni kan mbak?

    matur nuwun mbak Ren sudah turut menyemarakkan Tasyakuran Sang Patriot

    BalasHapus
  10. Aku menaruh respek yang tinggi sekali kepada ibunya Mbak Reni. Dengan usia selanjut ini, ibunya Mbak Reni masih punya banyak kegiatan untuk menghabiskan waktu luang. Insya Allah bila keadaan ini berjalan terus, ibunya Mbak Reni akan sehat selalu. :)

    BalasHapus
  11. Dan sekarang jiwa sosok ibunda melekat pada keseharian Jeng Reni yang jadi panutan Sasha.
    Salam

    BalasHapus
  12. Mama saya juga tipe pekerja keras Bu. Bahkan bila tidak bekerja, rasanya badan malah sakit semua. Tapi salut ya dengan jiwa perempuan dinegeri ini. Tidak salah bila panutan mereka adalah seorang Kartini. Salam untuk Ibu Bu Reny ya.

    BalasHapus
  13. Artikel ini mengingatkan saya pada Almarhummah Ibu ketia ia sedang memarut kelapa di dapur, ketika sibuk dengan pengajian, PKK, Dharma Wanita dan beberapa hal lainnya.

    Bagus Mbak.

    BalasHapus
  14. selamat ya mba Reni..postingannya menghasilkan novel patriot.:)

    BalasHapus
  15. Saya melewatkan postingan ini, begitu hebatnya ibumu mbak, salam hormatku untuk beliau ya mbak, dan selamat mbak sudha memenangkan novelnya ya :)

    BalasHapus

Komentarnya dimoderasi dulu ya? Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. (^_^)