Pages

Senin, Oktober 21, 2013

Mempersiapkan Sang Calon Pemimpin Masa Depan

Seorang pemimpin adalah orang yang memiliki kualitas pribadi yang membuatnya mampu untuk menggerakkan orang-orang di sekelilingnya untuk suatu tujuan. Aku meyakini bahwa seseorang akan sukses memimpin orang lain, jika dia mampu memimpin dirinya terlebih dahulu. Bagaimanapun, tantangan terberat yang dihadapi seseorang bukanlah orang lain, namun justru dirinya sendiri.

Jika seseorang sudah mampu mengalahkan semua kelemahannya, mampu mengontrol emosinya, mampu mengendalikan dirinya maka dia telah memiliki bekal yang luar biasa untuk memimpin orang lain. Aku, sebagaimana orang tua pada umumnya, sangat berharap kelak buah hatiku akan mampu menjadi pemimpin masa depan. Itu makanya, aku juga merasa perlu mempersiapkan buah hatiku sebagai calon pemimpin masa depan.

Namun, kembali pada keyakinan awalku, bahwa seseorang akan sukses menjadi pemimpin jika dia mampu menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri. Jadi, sejak Shasa hadir dalam hidupku dan sejak aku memiliki keinginan untuk menjadikan pemimpin masa depan, maka sejak saat itu aku makin fokus mempersiapkan diriku sendiri menjadi pemimpin baginya. Oleh sebab itu, selain mempersiapkan Shasa, aku harus mampu membuktikan kepadanya bahwa aku mampu memimpin diriku sendiri.

Jika aku mampu memimpin diriku sendiri, maka aku akan mampu melewati semua kesulitan dan hambatan yang akan aku temui dalam membesarkan Shasa-ku. Jika aku mampu memimpin diriku sendiri, aku akan mampu menentukan tujuan yang benar dan bisa membimbing Shasa menentukan arah dalam mencapai tujuan itu. Jika semua yang kulakukan untuk diriku sendiri telah benar, maka tak akan sulit bagi Shasa-ku untuk mengikuti semua arahanku kepadanya.

Sebagai seorang Ibu, aku mempersiapkan segala persiapan yang kurasa perlu agar kelak Shasa bisa menjadi pemimpin masa depan. Segalanya telah aku lakukan semenjak Shasa masih sangat kecil, bahkan sejak saat masih dalam kandungan. Adapun bentuk 'persiapan' yang aku lakukan itu antara lain :

1. Menanamkan keimanan dalam dirinya. Menanamkan ajaran-ajaran agama sejak dini tentu saja sangat penting, agar Shasa tahu konsep : benar dan salah, halal dan haram. Jika sedari kecil pemahaman itu sudah dimilikinya, ditambah rasa takutnya melanggar laranganNYA maka kuharapkan semua sikap, perilaku dan juga perkataannya tak menyimpang dari ajaran agama. Jika seorang pemimpin selalu berpegang pada kebenaran dan ajaran agama, maka dia tak akan menyesatkan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin seperti itu akan lebih mudah untuk "menggiring" orang lain mengikuti semua yang dilakukannya dan dikatakannya. Mereka akan percaya bahwa pemimpin mereka akan selalu berusaha melakukan yang benar dan baik bagi semuanya.

2. Memberikan asupan gizi yang dibutuhkan dalam masa perkembangannya. Dengan gizi yang cukup kuharapkan Shasa tumbuh menjadi pribadi yang sehat, lincah, aktif dan cerdas. Sejak hamil aku sudah sangat memperhatikan kecukupan gizinya. Semua saran dan nasehat dokter aku ikuti. Seorang anak yang sehat, lincah, aktif dan cerdas akan menjadi pemimpin yang hebat. Dia akan mampu melakukan banyak hal yang kreatif dan inovatif demi mendapatkan hasil yang lebih optimal.

3. Menjaga dan memperhatikan kesehatannya. Sebagaimana ibu-ibu lainnya, aku juga sangat peduli dengan kesehatan Shasa. Semua jadwal imunisasi yang harus dijalani tak pernah terlewatkan olehku. Kusadari benar bahwa otak yang cerdas jika tidak didukung oleh fisik / stamina yang prima maka tak akan dapat meraih hasil yang maksimal. Itu makanya diharapkan seorang pemimpin adalah orang yang sehat jasmani maupun rohaninya. Pemimpin yang sehat akan bisa lebih fokus dalam menjalankan semua aktivitasnya. Bagaimanapun juga, beban yang dipikul seorang pemimpin pasti jauh lebih berat daripada orang-orang yang dipimpinnya. Jika seorang pemimpin tak sehat, maka otomatis pekerjaannya dan juga pekerjaan orang-orang yang dipimpinnya akan terhambat.

4. Melimpahinya dengan kasih sayang. Aku sangat percaya bahwa anak yang dibesarkan dalam limpahan kasih sayang akan tumbuh menjadi pribadi yang sehat dan penuh kasih juga. Jika kebutuhan akan kasih sayang telah terpenuhi, maka tak akan sulit baginya untuk memberikan kasih sayang dan juga perhatian kepada orang lain. Seorang pemimpin yang penuh kasih tak akan bersikap sewenang-wenang terhadap orang yang dipimpinnya. Jika seorang pemimpin tak peduli pada orang lain, maka dia akan menjadi pemimpin yang egois dan hanya mementingkan dirinya sendiri.

5. Mendorongnya untuk selalu berani berkata jujur. Harus kuakui bahwa untuk bisa selalu berkata jujur itu sangatlah sulit. Untuk bisa melakukannya seseorang harus memiliki keberanian dan keyakinan. Itulah sebabnya, sejak kecil dan di segala kesempatan, aku selalu mendorong Shasa untuk berani jujur. Setiap kejujurannya harus aku hargai dengan pujian dan pelukan, walaupun terkadang kejujuran yang disampaikan itu sangatlah tidak menyenangkan. Kuharapkan, kelak Shasa akan tetap mampu untuk selalu berkata jujur. Pemimpin yang jujur akan dengan mudah mendapatkan kepercayaan dari orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang jujur akan mudah menggerakkan orang lainnya untuk berkata dan bersikap jujur juga.

6. Menerapkan disiplin. Sejak kecil aku menekankan pada Shasa bahwa hanya orang-orang yang disiplin yang akan mampu meraih keberhasilan dalam hidupnya. Aku telah meminta Shasa untuk disiplin dalam berbagai hal. Seorang pemimpin yang disiplin akan menghargai waktu. Itu sebabnya pemimpin yang disiplin memiliki rencana yang jelas dengan sasaran yang terarah dalam mencapai tujuan. Tanpa kedisiplinan, seorang pemimpin akan sangat sulit mengarahkan orang-orang yang dipimpinnya. Tanpa kedisiplinan seorang pemimpin kesulitan untuk menetapkan dengan pasti target yang hendak diraihnya.

7. Menciptakan komunikasi yang terbuka. Aku berusaha untuk mengomunikasikan segalanya secara terbuka dengan Shasa. Melalui komunikasi yang terbuka ini bukan saja orang tua yang butuh didengarkan, namun perkataan anak pun layak untuk didengar. Dengan komunikasi yang terbuka ini, anak akan belajar bahwa setiap orang butuh didengar perkataannya. Kelak ketika dia jadi pemimpin kuharapkan agar dia mau terbuka mendengarkan saran dan masukan dari orang-orang yang dipimpinnya. Adanya komunikasi yang terbuka ini tentu akan mencegah munculnya kesalahpahaman antara pemimpin dan orang-orang yang dipimpinnya. Dengan komunikasi yang terbuka, pemimpin tak melulu memaksakan pemikirannya tanpa mau mendengarkan saran dari orang-orang yang dipimpinnya.

8. Menumbuhkan sikap peduli kepada orang lain. Terus terang ini awalnya sangat sulit aku lakukan, mengingat Shasa-ku adalah anak semata wayang. Dia yang tak terbiasa berbagi dengan orang lain tak semudah itu menerima konsep berbagi yang aku tawarkan kepadanya. Namun, Alhamdulillah dengan usaha yang terus menerus aku lakukan, akhirnya muncul juga sikap pedulinya terhadap orang lain. Semoga sikap peduli ini akan terus dipertahankannya hingga kelak. Seorang pemimpin yang berhasil harus memiliki kepedulian yang tinggi terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang tak mampu memiliki empati maka dia tak memperlakukan orang-orang yang dipimpinnya sebagai manusia namun hanya sebagai alat yang digunakannya untuk meraih tujuan.

Itulah beberapa persiapan yang telah aku lakukan sejak Shasa kecil, selain ~tentu saja~ memberikan pendidikan formal yang terbaik untuknya. Semuanya itu aku lakukan setelah berdiskusi dengan suamiku, bahkan bantuan suamiku tak dapat dikatakan kecil dalam hal ini. Tak terasa putri semata wayangku kini telah berusia 14 tahun. Aku sangat bangga dengan segala yang telah dicapainya selama ini. Dan, kembali lagi pada keyakinan awalku, kuharapkan Shasa akan mampu memimpin dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum mampu menjadi pemimpin yang hebat di masa depan. Semoga semua yang telah aku persiapkan untuknya selama ini akan menjadi bekal yang sangat berharga baginya kelak sebagai pemimpin masa depan.

Namun, aku tahu... masih sangat banyak yang harus aku persiapkan untuknya sebagai calon pemimpin masa depan. Masih sangat jauh jalan yang harus ditempuhnya untuk menjadi pemimpin.



Tulisan ini diikutsertakan pada Blog Writing Competition : Peran Ibu Untuk Si Pemimpin Kecil

8 komentar:

  1. aku suka nomor 5
    krn banyak pemimpin yg ga jujur sekarang ini
    ayo semangaaat

    BalasHapus
    Balasan
    1. Kejujuran memang rasanya jadi barang langka ya Bang..?
      Padahal justru itu yang penting dan harus dimiliki pemimpin, menurutku.

      Hapus
  2. Sun sayang buat Sasha .. semoga selalu jadi penyejuk hati orangtua\
    Moga menang ya mbak .... ^__^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin, terimakasih banyak utk doanya mbak...
      Sun sayang akan segera tersampaikan :)

      Hapus
  3. Betul ya mba Reni, utk mempersiapkan pemimpin kecil kita, tentunya kita sebagai orang tua pun harus sudah siap menjadi orang tua yg bisa menjadi contoh yg baik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener mbak Santi... makasih banget sudah mampir kesini. :)

      Hapus
  4. Wah ikut lomba menulis NUB juga mbak, keren. Moga sukses ya mbak. Aamiin

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nekad ikut mbak... dan ternyata gak menang... hehehe

      Hapus

Komentarnya dimoderasi dulu ya? Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. (^_^)