Aku dan suami adalah 2 orang yang memiliki kepribadian sangat berbeda. Aku cenderung serius memandang segala sesuatu, sementara suami cenderung santai. Tentu saja perbedaan itu seringkali membuat benturan-benturan yang tak perlu, tapi Alhamdulillah selama ini bisa teratasi dengan baik. Tapi tak jarang sikap santai suamiku justru bisa membuatku mengendurkan urat syaraf yang terlanjur menegang.
Suamiku juga suka sekali dengan kegiatan di luar rumah. Dia hobby banget memancing dan menembak. Kalau sudah asyik dengan hobbynya itu... dia bisa lupa waktu. Sementara aku lebih senang berkutat dengan kegiatan di rumah, dengan membaca buku, blogging atau nonton K-Drama. Jadi, selama suami asyik dengan kesibukannya di luar rumah, aku bisa tetap asyik (dan tak terganggu) dengan keasyikanku sendiri.
Suamiku suka sekali memelihara binatang, khususnya burung. Padahal aku paling sebel jika rumahku yang kecil ini penuh dengan burung. Ditambah lagi banyak makanan burung dan bulu-bulu burung yang jatuh mengotori lantai. Hadeeeeh, kalau sudah seperti itu aku suka uring-uringan saat membersihkannya.
Bisa dibilang, aku dan suami memang sangat jauh berbeda. Tapi ya herannya, kok selama 15 tahun ini kami masih bisa berjalan seiring sejalan ya? Hehehe.... Sebenarnya setelah aku pikir-pikir, selama ini kami berdua tak berusaha melarang satu sama lain. Kami berdua sama-sama memberikan keleluasaan untuk melakukan kesenangan masing-masing.
Aku memang tak pernah melarang suami melakukan kesenangannya. Bahkan saat malam-malam, teman-teman suamiku datang ke rumah dan mengajaknya ngopi di warung pun aku tak melarang. Dia butuh bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain. Dia pun berhak melakukan kesenangannya dan aku tak berhak memaksanya mengikuti kesenanganku.
Begitu juga suamiku, dia tak pernah melarang aku asyik blogging atau membaca buku. Meski dia sering menggerutu karena makin hari tumpukan buku di rumah kami makin tak tertampung di rak buku kami, toh dia tetap tak melarang aku (dan Shasa) membeli buku. Bahkan saat aku sedang asyik membaca buku atau sedang ngetik pun, dia tak pernah mengganggu keasyikanku. Bahkan saat aku asyik nonton K-Drama paling-paling suamiku hanya melihatku seraya tersenyum dan geleng-geleng kepala.
So, dengan cara seperti itu kami bisa tetap berjalan bersama dalam perbedaan yang ada. Seringkali perbedaan yang ada membuat kami jadi punya bahan cerita yang banyak. Suamiku bisa cerita tentang bagaimana asyiknya memancing, menembak serta berbagi hot issue yang didapatkannya dari warung kopi. Aku sering takjub mendengarkan ceritanya karena benar-benar tak pernah terjamah olehku secara langsung.
Sementara suamiku pun bisa mendengarkan ceritaku yang sampai berbusa-busa tentang K-Drama. Jika suamiku terbiasa bertualang di dunia nyata untuk menembak dan memancing, tapi dia bisa sabar mendengarkan pengalaman seruku bertualang di dunia maya lewat kegiatan bloggingku (padahal menurutnya pasti gak seru sama sekali ya?). Atau dia rela mengantarkanku berburu buku yang bener-bener sangat ingin aku miliki.
Herannya, walau kami saling cerita tentang keasyikan hobby masing-masing tapi selama ini tak satupun dari kami yang tertular hobby itu ya? Aku tak pernah tertarik untuk memancing, menembak ataupun jadi cinta dengan burung-burung peliharaannya. Sebaliknya, suamiku tak tergoda untuk ikutan nonton K-Drama (hahaha..), ikutan blogging atau tertarik membaca buku yang sempat membuatku rela bergadang sampai pagi! Wis, pokoknya... untukmu duniamu dan untukku duniaku.
15 tahun kami berjalan dan bertahan dengan cara seperti itu. Alhamdulillah aku dan suami bisa tetap happy. Pernikahan memang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dan menurutku pernikahan tak membuat dua pribadi yang berbeda harus "melebur" jadi satu di semua sisinya. Setiap orang pasti ingin menjadi dirinya sendiri, apa adanya. Dalam kasusku, untuk urusan hobby kami berdua tak pernah saling melarang dan mengekang. Namun, untuk urusan lain khususnya urusan keluarga (termasuk keluarga besar), mau tak mau kami harus saling kompromi. Untuk urusan seperti itu tak lagi bisa berpegang pada prinsip untukmu duniamu dan untukku duniaku.
Biarlah akan terus seperti ini. Kami tetaplah dua pribadi berbeda yang berjalan bersama melewati hari. Di saat kami jenuh dengan pekerjaan masing-masing, kami bisa berkutat dengan keasyikan masing-masing tanpa terganggu satu sama lain.
Mungkin ada yang berkata, bukankah enak jika bisa menjalani keasyikan/hobby bersama-sama pasangan? Tentu saja, pasti akan sangat menyenangkan bisa menjalani hobby bersama pasangan. Namun masalahnya, saat kami bertemu kami sadar benar bahwa kami berdua sangat jauh berbeda untuk urusan hobby. Dan aku tak ingin memaksakan pasangan harus suka dengan kesenanganku, karena aku pun tak mau dipaksa seperti itu. Selain itu, kami sudah selalu bersama melakukan banyak hal... apakah untuk urusan hobby pun kami harus memaksakan diri untuk bersama juga? Kapan kami bisa punya "me time" kalau kami harus terus bersama? Kami kan tetap ingin menikmati dunia masing-masing?
Jadi... biarlah tetap begini. Meski kami jauh berbeda, toh kebersamaan kami tak membuat kami kehilangan kebahagiaan.
Suamiku juga suka sekali dengan kegiatan di luar rumah. Dia hobby banget memancing dan menembak. Kalau sudah asyik dengan hobbynya itu... dia bisa lupa waktu. Sementara aku lebih senang berkutat dengan kegiatan di rumah, dengan membaca buku, blogging atau nonton K-Drama. Jadi, selama suami asyik dengan kesibukannya di luar rumah, aku bisa tetap asyik (dan tak terganggu) dengan keasyikanku sendiri.
Suamiku suka sekali memelihara binatang, khususnya burung. Padahal aku paling sebel jika rumahku yang kecil ini penuh dengan burung. Ditambah lagi banyak makanan burung dan bulu-bulu burung yang jatuh mengotori lantai. Hadeeeeh, kalau sudah seperti itu aku suka uring-uringan saat membersihkannya.
Bisa dibilang, aku dan suami memang sangat jauh berbeda. Tapi ya herannya, kok selama 15 tahun ini kami masih bisa berjalan seiring sejalan ya? Hehehe.... Sebenarnya setelah aku pikir-pikir, selama ini kami berdua tak berusaha melarang satu sama lain. Kami berdua sama-sama memberikan keleluasaan untuk melakukan kesenangan masing-masing.
Aku memang tak pernah melarang suami melakukan kesenangannya. Bahkan saat malam-malam, teman-teman suamiku datang ke rumah dan mengajaknya ngopi di warung pun aku tak melarang. Dia butuh bergaul dan bersosialisasi dengan orang lain. Dia pun berhak melakukan kesenangannya dan aku tak berhak memaksanya mengikuti kesenanganku.
Begitu juga suamiku, dia tak pernah melarang aku asyik blogging atau membaca buku. Meski dia sering menggerutu karena makin hari tumpukan buku di rumah kami makin tak tertampung di rak buku kami, toh dia tetap tak melarang aku (dan Shasa) membeli buku. Bahkan saat aku sedang asyik membaca buku atau sedang ngetik pun, dia tak pernah mengganggu keasyikanku. Bahkan saat aku asyik nonton K-Drama paling-paling suamiku hanya melihatku seraya tersenyum dan geleng-geleng kepala.
So, dengan cara seperti itu kami bisa tetap berjalan bersama dalam perbedaan yang ada. Seringkali perbedaan yang ada membuat kami jadi punya bahan cerita yang banyak. Suamiku bisa cerita tentang bagaimana asyiknya memancing, menembak serta berbagi hot issue yang didapatkannya dari warung kopi. Aku sering takjub mendengarkan ceritanya karena benar-benar tak pernah terjamah olehku secara langsung.
Sementara suamiku pun bisa mendengarkan ceritaku yang sampai berbusa-busa tentang K-Drama. Jika suamiku terbiasa bertualang di dunia nyata untuk menembak dan memancing, tapi dia bisa sabar mendengarkan pengalaman seruku bertualang di dunia maya lewat kegiatan bloggingku (padahal menurutnya pasti gak seru sama sekali ya?). Atau dia rela mengantarkanku berburu buku yang bener-bener sangat ingin aku miliki.
Herannya, walau kami saling cerita tentang keasyikan hobby masing-masing tapi selama ini tak satupun dari kami yang tertular hobby itu ya? Aku tak pernah tertarik untuk memancing, menembak ataupun jadi cinta dengan burung-burung peliharaannya. Sebaliknya, suamiku tak tergoda untuk ikutan nonton K-Drama (hahaha..), ikutan blogging atau tertarik membaca buku yang sempat membuatku rela bergadang sampai pagi! Wis, pokoknya... untukmu duniamu dan untukku duniaku.
15 tahun kami berjalan dan bertahan dengan cara seperti itu. Alhamdulillah aku dan suami bisa tetap happy. Pernikahan memang menyatukan dua pribadi yang berbeda, dan menurutku pernikahan tak membuat dua pribadi yang berbeda harus "melebur" jadi satu di semua sisinya. Setiap orang pasti ingin menjadi dirinya sendiri, apa adanya. Dalam kasusku, untuk urusan hobby kami berdua tak pernah saling melarang dan mengekang. Namun, untuk urusan lain khususnya urusan keluarga (termasuk keluarga besar), mau tak mau kami harus saling kompromi. Untuk urusan seperti itu tak lagi bisa berpegang pada prinsip untukmu duniamu dan untukku duniaku.
Biarlah akan terus seperti ini. Kami tetaplah dua pribadi berbeda yang berjalan bersama melewati hari. Di saat kami jenuh dengan pekerjaan masing-masing, kami bisa berkutat dengan keasyikan masing-masing tanpa terganggu satu sama lain.
Mungkin ada yang berkata, bukankah enak jika bisa menjalani keasyikan/hobby bersama-sama pasangan? Tentu saja, pasti akan sangat menyenangkan bisa menjalani hobby bersama pasangan. Namun masalahnya, saat kami bertemu kami sadar benar bahwa kami berdua sangat jauh berbeda untuk urusan hobby. Dan aku tak ingin memaksakan pasangan harus suka dengan kesenanganku, karena aku pun tak mau dipaksa seperti itu. Selain itu, kami sudah selalu bersama melakukan banyak hal... apakah untuk urusan hobby pun kami harus memaksakan diri untuk bersama juga? Kapan kami bisa punya "me time" kalau kami harus terus bersama? Kami kan tetap ingin menikmati dunia masing-masing?
Jadi... biarlah tetap begini. Meski kami jauh berbeda, toh kebersamaan kami tak membuat kami kehilangan kebahagiaan.
Kisah pernikahan ini diikutsertakan pada Giveaway 10th Wedding Anniversary by Heart of Mine
Untuk mbak Uniek kuucapkan selamat telah memasuki usia pernikahan 10 tahun, semoga pernikahannya akan langgeng, harmonis dan barokah. Semoga senantiasa saling menguatkan, saling memahami, saling mengerti, saling memaafkan. Aamiin
Untuk mbak Uniek kuucapkan selamat telah memasuki usia pernikahan 10 tahun, semoga pernikahannya akan langgeng, harmonis dan barokah. Semoga senantiasa saling menguatkan, saling memahami, saling mengerti, saling memaafkan. Aamiin
Saya mendo'akan keluarga Mbak Reni menjadi keluarga yang memberikan banyak keteladanan untuk semua orang, dan tentu saja langgeng dalam kebahagiaan dunia akhirat.
BalasHapusBerbeda adalah hal yang wajar dan harus disyukuri, karena dibalik itu semua tersimpan kekayaan dalam kebersamaan. Lha wong dari awal saja sudah ada perbedaan, istri seorang wanita dan suami laki-laki dari sini saja secara fisik jelas berbeda dan ketika disatukan menjadi keluarga yang indah. Pun demikian dengan pemikiran, dan adat kebiasaan, jika masing-masing memiliki 5 kebiasaan yang berbeda, maka jika keduanya disatukan akan ada 10 kebiasaan yng bisa digunakan untuk menjalin dan membangun komunikasi keluarga yang indah
sukses nggih Mbak
Aamiin... terimakasih banyak utk doanya Pakies.
HapusWis, selalu adem baca komentar-komentar dari Pakies selama ini.
Terimakasih banyak nggih Pak...
Salam untuk keluarga :)
perbedaan itu indah..... memberi warna dalam perjalanan hidup. tidak memaksa menjadi sebuah persamaan adalah sikap yg bijak.... ini ya resep jitunya tetap mesra dalam perbedaan ...
BalasHapusHmmmm.... ikutan GA lagi ha, mbak.... semoga sukses ya mbak
( saya masih blm ada nyali utk ikut )
Tak memaksa karena aku juga tak akan suka dipaksa mbak... jadi biar saja perbedaan itu memberi warna lebih seperti kata mbak Sukma.
HapusOya... aku penasaran banget, gimana ya caranya agar mbak Sukma mau ikutan GA. Ayo dong mbak, nyoba ikutan.
Perbedaan untuk saling melengkapi ya, Mba :-)
BalasHapusInsya Allah spt itu mbak... Maaf belum sempat mampir
Hapuspasangan itu saling melengkapi mbak. Gpp beda2 hobby tp kita saling perhatian. Langgeng terus ya
BalasHapusAamiin.... terimakasih banyak utk doanya.
HapusSemoga Mumut bisa segera nyusul membentuk keluarga ya?
Betul mba, karena setiap manusia adalah berbeda. Dan perbedaan itu jangan dijadikang jurang, bahkan kita harus membuat jembatan utk mengatasi perbedaan itu.
BalasHapusDalam "kasus"ku ini... yang manakah yang bisa disebut "jembatan" mbak?
HapusApakah saat kami saling bercerita tentang hobi masing2 berikut keasyikannya?
mbaaaa...
BalasHapusjustru karena beda hobi ituuuh...
makanya bisa langgeng terus...
Soalnya kalo kesukaannya sama, kan malahan bisa jadi jenuh yah?
Abah hobi banget main game di komputer mba, sedangkan aku paliiiing males *karena kalah terus*
dan sama seperti mba, setiap abah sibuk main game, aku pun meraih remote dipidi...hihihi...
Mbaaakkk... biyuh sudah lama sekali menghilang, sampe kangen aku lo.
HapusBTW, banyak tuh pasangan yang punya hobi yang sama... sama2 suka bertualang, sama2 suka lingkungan, sama2 suka nulis... dan mereka tampaknya selalu tampak kompak dan mesra sih.... hehehe
Jadi saat Abah ngegame itu kesempatan mbak Erry utk mantengin wajah kece Min Ho ? hehehe
justru perbedaan itu yg bikin rumah tangga jd lebih warna-warni ya mbak :)
BalasHapusMemang benar juga sih mbak... kalau semua sama sepertinya gak ada asyik2nya ya? hehehe
Hapuskatanya menikah itu saling melengkapi yah Mbak, seperti Mbak dan suami doong ini.. walaupun berbeda hobby tetap aja bisa saling share cerita yah ;)
BalasHapussukses GAnya yah Mbak, kali ini saya gak ikutan, xixiix
Kan yang belum nikah boleh ikutan, dengan bercerita tentang kehidupan rumah tangga kenalan, saudara atau siapa gitu...
HapusSukses Ya Mbak dengan GA-nya... Sukses juga buat Mbak dan keluarganya...
BalasHapusAamiin... Aamiin ya robbal alamin...
BalasHapusTerimakasih banyak utk doanya mbak Rita :)