Sejujurnya, saat aku dihadapkan pada buku Cerita di Balik Noda ini aku sempat merasa skeptis. Hal yang kurasa wajar, karena dari awal aku tahu bahwa buku ini berisi kumpulan cerita dari para peserta lomba menulis bertema "Cerita di Balik Noda" yang diselenggarakan oleh Rinso Indonesia melalui Facebook. Yang ada di bayanganku saat itu adalah gambaran cerita (yang monoton) dari para orang tua ~khususnya emak-emak sepertiku~ tentang pengalaman anak-anak mereka dengan segala jenis noda yang ditimbulkannya.
Membayangkan cerita yang nyaris seragam itu, terus terang sempat membuatku kurang bersemangat untuk membacanya. Tapi setelah aku mulai membaca buku ini, aku harus mengakui bahwa aku salah besar! Buku ini tidak melulu bercerita tentang "keluhan" orang tua tentang noda dan kotoran yang muncul sebagai akibat ulah anak-anak mereka.
Begitu banyak perasaan berkecamuk dalam hatiku saat membaca satu per satu cerita dalam buku ini. Rasa senang, sedih, haru, bahagia, kaget, dan juga bangga bercampur menjadi satu. Tak hanya itu, aku mau tak mau merasa kagum dan terkejut atas banyaknya hal luar biasa yang mampu dilakukan oleh seorang anak!
Walau sejatinya kisah-kisah dalam buku ini adalah kisah yang "sederhana" namun banyak pelajaran yang dapat aku petik darinya. Ternyata, seringkali kita ~sebagai orang tua~ harus belajar banyak dari anak-anak kita, meskipun mereka masih sangat kecil sekalipun.
Kepolosan mereka seringkali memunculkan ketulusan yang tiada tara. Kesucian hati mereka seringkali mampu memunculkan begitu banyak tindakan mulia. Kelucuan mereka seringkali mampu menyadarkan orang-orang yang jauh lebih dewasa atas kesalahan yang mereka lakukan.
Begitu banyak cerita yang membuatku termangu. Aku mau tak mau harus belajar tentang ketulusan anak dalam membantu sesamanya yang membutuhkan, melalui beberapa cerita, diantaranya : 'Nasi Bungkus Cinta', 'Seribu Cinta', 'Imlek Buat Lela', 'Agi Tidak Pelit' dan 'Demi Sekantung Beras'.
Aku juga belajar tentang keberanian seorang anak berkorban demi orang yang mereka cintai melalui cerita : 'Celengan', 'Penangkap Ikan Cupang' dan 'Mobil-mobilan Si Panjul'. Melalui cerita-cerita itu, aku belajar bahwa anak-anak mampu melakukan apapun, bahkan mengorbankan diri mereka sendiri, demi orang yang mereka cintai.
Melalui cerita : 'Siluman Tikus', 'Untuk Bu Guru' dan 'Teman Sejati' aku belajar banyak tentang kepedulian kepada orang lain. Anak-anak mampu menunjukkan kepedulian mereka kepada orang lain, yang bahkan tak memiliki ikatan kekeluargaan dengan mereka. Mereka begitu tulus menolong tanpa pamrih apapun.
Ada satu cerita yang membuatku sungguh-sungguh tak dapat membendung air mata. Ini terjadi saat aku membaca cerita 'Sarung Ayah'. Betapa besar cinta Dewi kepada Mamanya. Hanya agar sang Mama tidak semakin terpuruk akibat kematian Papa, Dewi harus menyembunyikan rasa dukanya yang tak kalah pedih dari yang dirasakan Mamanya. Betapa anak sekecil Dewi mampu berjuang menyembunyikan semua kedukaan itu di hadapan sang Mama. Sementara sang Mama justru tenggelam dalam rasa putus asa dan kepedihan yang tak berkesudahan hingga tak menyadari bahwa Dewi ~anaknya~ juga menderita sama sepertinya. Itu sebabnya, aku menobatkan 'Sarung Ayah' menjadi cerita yang paling aku suka.
Semua cerita yang diangkat dalam buku ini memang bercerita tentang banyak hal baik di balik noda atau kotoran. Namun, ada satu cerita yang menurutku kurang menonjolkan noda atau kotoran di dalamnya. Cerita itu berjudul : '100 Hari Menanti'. Bila cerita-cerita lain menggambarkan manfaat dari noda atau kotoran secara jelas, tapi untuk cerita '100 Hari Menanti' tidak seperti itu.
Memang, tak ada gading yang tak retak. Terlepas dari betapa bagusnya buku ini, tapi dalam buku ini aku masih menemukan beberapa kesalahan kecil. Kesalahan ketik. Sesuatu yang sangat aku maklumi, karena buku yang aku baca adalah buku cetakan pertama, yang terbit bulan Januari 2013. Dan, demi kesempurnaan buku ini pada cetakan-cetakan berikutnya, maka inilah beberapa kesalahan ketik yang aku temukan :
Halaman 25 baris ke-12 : Buru-buru saya berkata, "Buaya bohong! Kita pergi ke pantai semua!" ---> mungkin yang dimaksud adalah Buru-buru saya berkata, "Buya bohong! Kita pergi ke pantai semua!"
Halaman 152 pada baris ke-26 : "Bagus, anak pintar. Mama sekarang ambil lap putih dan kita langsung berangkat..."
Jadi... adegan Mama mengambil kain lap putih diulang 2 kali.
Halaman 196 baris ke-23 : ... Bahkan setelah selasai latihan karate, aku mencucikan karategi-nya, sekalian dengan baju latihanku... ---> kata selasai harusnya selesai.
Walau ada sedikit kesalahan ketik itu, secara singkat dapat aku katakan bahwa buku ini sangat inspiratif. Bahkan, saat Shasa ikut-ikutan aku mengintip dan membaca buku ini, dia pun langsung tertarik untuk membacanya juga. Aku pun membiarkannya untuk membaca buku ini, karena aku sangat berharap Shasa pun akan menyerap banyak pelajaran berharga dari berbagai cerita di dalamnya. Pelajaran hidup bisa didapatkan dari mana saja, bukan? Tak harus dengan mengalaminya sendiri, tapi bisa dipetik juga dari pengalaman orang lain. Setuju?
Jadi, siapa yang belum sempat membaca buku ini? Buruan baca ya... Dijamin gak bakalan menyesal deh. Dan memang terbukti... "Berani Kotor Itu Baik" hehehe.
Judul : Cerita Di Balik Noda : 42 Kisah Inspirasi Jiwa
Pengarang : Fira Basuki
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Cetakan : I (Januari 2013)
Tebal : 248 Halaman
Harga : Rp. 40.000
Membayangkan cerita yang nyaris seragam itu, terus terang sempat membuatku kurang bersemangat untuk membacanya. Tapi setelah aku mulai membaca buku ini, aku harus mengakui bahwa aku salah besar! Buku ini tidak melulu bercerita tentang "keluhan" orang tua tentang noda dan kotoran yang muncul sebagai akibat ulah anak-anak mereka.
Begitu banyak perasaan berkecamuk dalam hatiku saat membaca satu per satu cerita dalam buku ini. Rasa senang, sedih, haru, bahagia, kaget, dan juga bangga bercampur menjadi satu. Tak hanya itu, aku mau tak mau merasa kagum dan terkejut atas banyaknya hal luar biasa yang mampu dilakukan oleh seorang anak!
Walau sejatinya kisah-kisah dalam buku ini adalah kisah yang "sederhana" namun banyak pelajaran yang dapat aku petik darinya. Ternyata, seringkali kita ~sebagai orang tua~ harus belajar banyak dari anak-anak kita, meskipun mereka masih sangat kecil sekalipun.
Kepolosan mereka seringkali memunculkan ketulusan yang tiada tara. Kesucian hati mereka seringkali mampu memunculkan begitu banyak tindakan mulia. Kelucuan mereka seringkali mampu menyadarkan orang-orang yang jauh lebih dewasa atas kesalahan yang mereka lakukan.
Begitu banyak cerita yang membuatku termangu. Aku mau tak mau harus belajar tentang ketulusan anak dalam membantu sesamanya yang membutuhkan, melalui beberapa cerita, diantaranya : 'Nasi Bungkus Cinta', 'Seribu Cinta', 'Imlek Buat Lela', 'Agi Tidak Pelit' dan 'Demi Sekantung Beras'.
Aku juga belajar tentang keberanian seorang anak berkorban demi orang yang mereka cintai melalui cerita : 'Celengan', 'Penangkap Ikan Cupang' dan 'Mobil-mobilan Si Panjul'. Melalui cerita-cerita itu, aku belajar bahwa anak-anak mampu melakukan apapun, bahkan mengorbankan diri mereka sendiri, demi orang yang mereka cintai.
Melalui cerita : 'Siluman Tikus', 'Untuk Bu Guru' dan 'Teman Sejati' aku belajar banyak tentang kepedulian kepada orang lain. Anak-anak mampu menunjukkan kepedulian mereka kepada orang lain, yang bahkan tak memiliki ikatan kekeluargaan dengan mereka. Mereka begitu tulus menolong tanpa pamrih apapun.
Ada satu cerita yang membuatku sungguh-sungguh tak dapat membendung air mata. Ini terjadi saat aku membaca cerita 'Sarung Ayah'. Betapa besar cinta Dewi kepada Mamanya. Hanya agar sang Mama tidak semakin terpuruk akibat kematian Papa, Dewi harus menyembunyikan rasa dukanya yang tak kalah pedih dari yang dirasakan Mamanya. Betapa anak sekecil Dewi mampu berjuang menyembunyikan semua kedukaan itu di hadapan sang Mama. Sementara sang Mama justru tenggelam dalam rasa putus asa dan kepedihan yang tak berkesudahan hingga tak menyadari bahwa Dewi ~anaknya~ juga menderita sama sepertinya. Itu sebabnya, aku menobatkan 'Sarung Ayah' menjadi cerita yang paling aku suka.
Semua cerita yang diangkat dalam buku ini memang bercerita tentang banyak hal baik di balik noda atau kotoran. Namun, ada satu cerita yang menurutku kurang menonjolkan noda atau kotoran di dalamnya. Cerita itu berjudul : '100 Hari Menanti'. Bila cerita-cerita lain menggambarkan manfaat dari noda atau kotoran secara jelas, tapi untuk cerita '100 Hari Menanti' tidak seperti itu.
Memang, tak ada gading yang tak retak. Terlepas dari betapa bagusnya buku ini, tapi dalam buku ini aku masih menemukan beberapa kesalahan kecil. Kesalahan ketik. Sesuatu yang sangat aku maklumi, karena buku yang aku baca adalah buku cetakan pertama, yang terbit bulan Januari 2013. Dan, demi kesempurnaan buku ini pada cetakan-cetakan berikutnya, maka inilah beberapa kesalahan ketik yang aku temukan :
Pada Cerita Dua Malaikat :
Halaman 24 baris ke-26 : Kain kali, mereka berebut mencari perhatikan saya. ---> mungkin yang dimaksud adalah : Lain kali, mereka berebut mencari perhatian saya.Halaman 25 baris ke-12 : Buru-buru saya berkata, "Buaya bohong! Kita pergi ke pantai semua!" ---> mungkin yang dimaksud adalah Buru-buru saya berkata, "Buya bohong! Kita pergi ke pantai semua!"
Pada cerita Kado Ulang Tahun :
Halaman 85 baris ke-8 : ... Mungkin saya akan mal, makan malam, dan belanja.... ---> mungkin yang dimaksud adalah : ... Mungkin saya akan pergi ke mal, makan malam, dan belanja....
Pada cerita Kucing dan Rezeki :
Halaman 152 pada baris ke-14 : ... Maka dia pun mengambil kain lap putih bersih yang dibelinya beberapa hari lalu serta sekop.Halaman 152 pada baris ke-26 : "Bagus, anak pintar. Mama sekarang ambil lap putih dan kita langsung berangkat..."
Jadi... adegan Mama mengambil kain lap putih diulang 2 kali.
Pada cerita Garuda di Dada Kiriku :
Halaman 195 baris ke-16 : ... Selain cepat hafal gerakan, pukulannya berisi. Aku yakin, dalam waktu singkat dia akan menguasai banyak gerakan dan tidak mungkin bisa menjadi seorang atlet profesional. ---> mungkin yang dimaksud : ... Selain cepat hafal gerakan, pukulannya berisi. Aku yakin, dalam waktu singkat dia akan menguasai banyak gerakan dan bukan tidak mungkin bisa menjadi seorang atlet profesional.Halaman 196 baris ke-23 : ... Bahkan setelah selasai latihan karate, aku mencucikan karategi-nya, sekalian dengan baju latihanku... ---> kata selasai harusnya selesai.
Walau ada sedikit kesalahan ketik itu, secara singkat dapat aku katakan bahwa buku ini sangat inspiratif. Bahkan, saat Shasa ikut-ikutan aku mengintip dan membaca buku ini, dia pun langsung tertarik untuk membacanya juga. Aku pun membiarkannya untuk membaca buku ini, karena aku sangat berharap Shasa pun akan menyerap banyak pelajaran berharga dari berbagai cerita di dalamnya. Pelajaran hidup bisa didapatkan dari mana saja, bukan? Tak harus dengan mengalaminya sendiri, tapi bisa dipetik juga dari pengalaman orang lain. Setuju?
Jadi, siapa yang belum sempat membaca buku ini? Buruan baca ya... Dijamin gak bakalan menyesal deh. Dan memang terbukti... "Berani Kotor Itu Baik" hehehe.
Judul : Cerita Di Balik Noda : 42 Kisah Inspirasi Jiwa
Pengarang : Fira Basuki
Penerbit : Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Cetakan : I (Januari 2013)
Tebal : 248 Halaman
Harga : Rp. 40.000
iya mak, aku juga ternyata salah besar.. awalnya nyangka ini buku iklan gitu... jadi kayak buku para pejabat yang mo nyalonin diri jadi presiden gitu.. isinya ya promo diri sendiri.. aku kira ini buku isinya promo rinso..ternyata salah euy aku
BalasHapusternyata bukunya menarik ya, mbak Reni jago deh ngereviewnya, jadi pengen baca. ohya DL nya kapan nih? Sukses yaa. Saya doakan mbak Reni menang di kontes ini. aamiiin
BalasHapusReviewnya selalu menarik, jadi ingin tahu banyak!
BalasHapusyang penting kesalahan cetak itu tidak mengganggu jalan cerita yang ada dalam buku...nice review...salam sukses selalu :-)
BalasHapusreviewnya bagus mba...detil banget
BalasHapusudah selesaikah GA-nya?
sukses ya mbak Ren..
BalasHapussemoga gara-gara noda bisa jadi juara hehe
Wiiihhh...lengkap bener deh reviewnya, sampe salah ketik aja tauuu...
BalasHapusgood luck ya mba Ren :)
Wow! mba Ren teliti sekali yah.
BalasHapussukses deh ^^
@ade anita >> hahaha.. ternyata kita punya "praduga" yang sama ya awalnya thd buku ini.
BalasHapus@annie >> Ayo mbak.. dibaca bukunya dan dikoleksi di perpustakaannya ya?
@Edi >> sudah beli bukunya pak?
@blogS of Hariyanto >> ya, meski ada kesalahan cetak tapi keasyikan membaca gak terganggu kok :)
@Hilsya >> sekarang sih udah selesai GAnya... dan udah ada pemenangnya... (bukan aku tapi hehehe)
@LozzAkbar >> makasih kang Lozz
@violetya >> kebetulan aja ketahuan salah ketiknya mbak.
@SunDhe >> mungkin saat baca pas bener2 mood jadi bisa teliti :D