Cintakah kita kepada tanah air kita ? Seberapa besar kecintaan kita kepada Indonesia ? Mungkin selama ini kita tak pernah berpikir tentang hal itu sampai seseorang menanyakannya kepada kita. Kita bahkan lupa untuk memikirkan apa yang telah kita perbuat bagi tanah air kita tercinta sebagai wujud kecintaan kita kepadanya.
Banggakah kita kepada budaya kita ? Seberapa dalamkah kebanggaan kita terhadap kebudayaan kita ? Aku yakin, bahwa tak semua paham budaya daerahnya masing-masing. Mungkin satu dua orang tahu jenis budaya daerahnya, tapi bagaimana bentuknya tidak terlalu paham. Kalau tidak kenal.., bagaimana kita bisa melestarikan budaya tersebut ?
Disaat kita kehilangan sesuatu, barulah kita menyadari betapa kita sebenarnya menyayanginya. Padahal sebelumnya, saat sesuatu itu ada dalam pelukan kita, kita sama sekali tidak peduli padanya. Begitu dia meninggalkan kita, barulah kita berteriak-terik memintanya kembali dalam pelukan kita.
Itu pulalah yang sedang terjadi pada kita beberapa hari terakhir ini. Saat Malaysia lagi-lagi mengklaim budaya kita sebagai budayanya, barulah rasa Nasionalisme kita terlecut. Tiba-tiba kita disadarkan betapa besar cinta kita pada tanah air, betapa kita bangga akan budaya kita. Reaksi segera bermunculan dari seluruh pelosok tanah air, yang menuntut agar persoalan ini segera diselesaikan dengan Malaysia.
Malaysia memang telah berulang kali mengklaim budaya kita sebagai miliknya. Lagu-lagu daerah, tarian daerah, gamelan, alat musik tradisional sampai batik dan naskah-naskah kuno pun diakui sebagai milik Malaysia. Tetapi rasa Nasionalisme itu hanya sesaat saja dan hanya berujud tuntutan kepada pihak lain (dalam hal ini Pemerintah) untuk lebih peduli pada kesenian tradisional Indonesia. Kita menuntut agar Pemerintah segera membuat hak paten atas segala budaya daerah.
Tapi apa yang kita lakukan untuk mewujudkan kecintaan dan kebanggaan kita sebagai Bangsa Indonesia ? Apakah cukup kita menuntut agar Pemerintah mengambil tindakan tegas kepada Malaysia ? Setelah tuntutan diajukan, kita terus diam saja dan menunggu reaksi dari Pemerintah ?
Pada kasus yang berbeda, kita tidak merasa malu saat orang-orang asing ternyata lebih peduli pada gamelan daripada kita. Kita tidak pernah iri ketika kita menyaksikan bahwa orang-orang asing giat berlatih tarian tradisional kita. Kita juga tidak pernah merasa marah saat orang-orang asing sudah banyak yang piawai menjadi dalang wayang kulit. Atau.., kita tak pernah merasa kehilangan saat batik kita dicontoh habis-habisan dan dijual secara murah di luar negeri.
Kejadian tentang Malaysia itu merupakan wujud sentilan Allah kepada kita. Kita diingatkan untuk lebih peduli pada tanah air dan budaya kita sendiri. Bukankah sudah sekian lama kita justru terlena mengikuti budaya barat ? Bukankah kesenian tradisional kita justru semakin kita tinggalkan ? Kalau mau jujur..., jumlah warga Indonesia yang tertarik mempelajari budaya daerah tidak lebih banyak daripada warga negara asing. Maukah kita repot-repot belajar tentang gamelan ? Maukah kita bersusah payah belajar tarian daerah ? Maukah kita mempelajari naskah-naskah kuno yang tesebar di penjuru tanah air kita ? Aku yakin... jawaban dari sebagian besar dari kita adalah... tidak.
Bagaimana kita bisa menjaga apa yang kita punya jika kita tak mengenalnya dengan baik ? Bisakah kita seperti orang Jepang yang walaupun sudah maju tapi tetap mencintai adat istiadat dan budayanya ? Jika kita memang mencintai negeri ini, maka langkah pertama adalah mengenalnya dengan baik dan menghadirkan rasa ikut memiliki. Padahal sementara ini justru orang-orang asing yang lebih tertarik untuk mempelajari kebudayaan kita.
Itu hanya uneg-unegku semata yang mencoba memandang dari sisi lain permasalahan yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Dan.., aku adalah salah satu yang merasa disentil oleh Allah karena selama ini telah tidak memperdulikan budaya bangsa yang aku cintai ini. Aku juga salah satu diantara sekian banyak orang yang menjawab kurang tertarik belajar tentang kesenian tradisional Indonesia.
Aku memang suka menari, tapi sejauh ini aku hanya menarikan tarian Jawa saja. Sementara tarian dari daerah-daerah lain aku tidak tahu sama sekali. Aku juga tidak tertarik belajar memainkan gamelan..., karena menurutku susah sekali belajar gamelan. Kini aku merasa sangat malu, karena aku hanya mampu berteriak tak mau kehilangan tapi tak pernah berbuat sesuatu untuk tetap menahannya dalam pelukanku.
Puisi yang telah dengan susah payah aku buat itu adalah demi memenuhi syarat yang mengikuti sebuah award yang diberikan oleh Avior Clef, Mas Noor dan Bang Piter. Mereka bertiga menghadiahi aku sebuah award yang sangat bagus sekaligus sangat nasionalis, bergambar bendera merah putih dengan bertuliskan Blogger Indonesia Award. Terima kasih sekali untuk award yang telah dibagikan kepadaku ini ya...
Tugas yang mengikuti award ini adalah :
Banggakah kita kepada budaya kita ? Seberapa dalamkah kebanggaan kita terhadap kebudayaan kita ? Aku yakin, bahwa tak semua paham budaya daerahnya masing-masing. Mungkin satu dua orang tahu jenis budaya daerahnya, tapi bagaimana bentuknya tidak terlalu paham. Kalau tidak kenal.., bagaimana kita bisa melestarikan budaya tersebut ?
Disaat kita kehilangan sesuatu, barulah kita menyadari betapa kita sebenarnya menyayanginya. Padahal sebelumnya, saat sesuatu itu ada dalam pelukan kita, kita sama sekali tidak peduli padanya. Begitu dia meninggalkan kita, barulah kita berteriak-terik memintanya kembali dalam pelukan kita.
Itu pulalah yang sedang terjadi pada kita beberapa hari terakhir ini. Saat Malaysia lagi-lagi mengklaim budaya kita sebagai budayanya, barulah rasa Nasionalisme kita terlecut. Tiba-tiba kita disadarkan betapa besar cinta kita pada tanah air, betapa kita bangga akan budaya kita. Reaksi segera bermunculan dari seluruh pelosok tanah air, yang menuntut agar persoalan ini segera diselesaikan dengan Malaysia.
Malaysia memang telah berulang kali mengklaim budaya kita sebagai miliknya. Lagu-lagu daerah, tarian daerah, gamelan, alat musik tradisional sampai batik dan naskah-naskah kuno pun diakui sebagai milik Malaysia. Tetapi rasa Nasionalisme itu hanya sesaat saja dan hanya berujud tuntutan kepada pihak lain (dalam hal ini Pemerintah) untuk lebih peduli pada kesenian tradisional Indonesia. Kita menuntut agar Pemerintah segera membuat hak paten atas segala budaya daerah.
Tapi apa yang kita lakukan untuk mewujudkan kecintaan dan kebanggaan kita sebagai Bangsa Indonesia ? Apakah cukup kita menuntut agar Pemerintah mengambil tindakan tegas kepada Malaysia ? Setelah tuntutan diajukan, kita terus diam saja dan menunggu reaksi dari Pemerintah ?
Pada kasus yang berbeda, kita tidak merasa malu saat orang-orang asing ternyata lebih peduli pada gamelan daripada kita. Kita tidak pernah iri ketika kita menyaksikan bahwa orang-orang asing giat berlatih tarian tradisional kita. Kita juga tidak pernah merasa marah saat orang-orang asing sudah banyak yang piawai menjadi dalang wayang kulit. Atau.., kita tak pernah merasa kehilangan saat batik kita dicontoh habis-habisan dan dijual secara murah di luar negeri.
Kejadian tentang Malaysia itu merupakan wujud sentilan Allah kepada kita. Kita diingatkan untuk lebih peduli pada tanah air dan budaya kita sendiri. Bukankah sudah sekian lama kita justru terlena mengikuti budaya barat ? Bukankah kesenian tradisional kita justru semakin kita tinggalkan ? Kalau mau jujur..., jumlah warga Indonesia yang tertarik mempelajari budaya daerah tidak lebih banyak daripada warga negara asing. Maukah kita repot-repot belajar tentang gamelan ? Maukah kita bersusah payah belajar tarian daerah ? Maukah kita mempelajari naskah-naskah kuno yang tesebar di penjuru tanah air kita ? Aku yakin... jawaban dari sebagian besar dari kita adalah... tidak.
Bagaimana kita bisa menjaga apa yang kita punya jika kita tak mengenalnya dengan baik ? Bisakah kita seperti orang Jepang yang walaupun sudah maju tapi tetap mencintai adat istiadat dan budayanya ? Jika kita memang mencintai negeri ini, maka langkah pertama adalah mengenalnya dengan baik dan menghadirkan rasa ikut memiliki. Padahal sementara ini justru orang-orang asing yang lebih tertarik untuk mempelajari kebudayaan kita.
Itu hanya uneg-unegku semata yang mencoba memandang dari sisi lain permasalahan yang terjadi antara Indonesia dan Malaysia. Dan.., aku adalah salah satu yang merasa disentil oleh Allah karena selama ini telah tidak memperdulikan budaya bangsa yang aku cintai ini. Aku juga salah satu diantara sekian banyak orang yang menjawab kurang tertarik belajar tentang kesenian tradisional Indonesia.
Aku memang suka menari, tapi sejauh ini aku hanya menarikan tarian Jawa saja. Sementara tarian dari daerah-daerah lain aku tidak tahu sama sekali. Aku juga tidak tertarik belajar memainkan gamelan..., karena menurutku susah sekali belajar gamelan. Kini aku merasa sangat malu, karena aku hanya mampu berteriak tak mau kehilangan tapi tak pernah berbuat sesuatu untuk tetap menahannya dalam pelukanku.
UNTUKMU
Entah apa yang harus kukatakan
untuk menyatakan rasa cinta ini
kekasihku
Ku telah kehilangan banyak kesempatan
untuk membuktikan kebanggaanku
terhadapmu
Kini
aku hanya bisa tertunduk lesu
saat kulihat betapa bangganya mereka
mengatakan bahwa dirimu adalah punya mereka
mengapa dulu tak lebih dulu kulakukan
mengabarkan kepada seluruh dunia
bahwa kamu hanyalah milikku seorang
Sudahkah terlambat bagiku
untuk meraihmu kembali dalam pelukku
masihkah kupunya kesempatan
tuk sampaikan semua
kecintaanku
kebangganku
dan tekadku
tuk menjagamu
Entah apa yang harus kukatakan
untuk menyatakan rasa cinta ini
kekasihku
Ku telah kehilangan banyak kesempatan
untuk membuktikan kebanggaanku
terhadapmu
Kini
aku hanya bisa tertunduk lesu
saat kulihat betapa bangganya mereka
mengatakan bahwa dirimu adalah punya mereka
mengapa dulu tak lebih dulu kulakukan
mengabarkan kepada seluruh dunia
bahwa kamu hanyalah milikku seorang
Sudahkah terlambat bagiku
untuk meraihmu kembali dalam pelukku
masihkah kupunya kesempatan
tuk sampaikan semua
kecintaanku
kebangganku
dan tekadku
tuk menjagamu
Puisi yang telah dengan susah payah aku buat itu adalah demi memenuhi syarat yang mengikuti sebuah award yang diberikan oleh Avior Clef, Mas Noor dan Bang Piter. Mereka bertiga menghadiahi aku sebuah award yang sangat bagus sekaligus sangat nasionalis, bergambar bendera merah putih dengan bertuliskan Blogger Indonesia Award. Terima kasih sekali untuk award yang telah dibagikan kepadaku ini ya...
Tugas yang mengikuti award ini adalah :
- Buat puisi singkat atau kata-kata atau pesan, pokoknya mengenai Indonesia sebagai bukti kecintaan pada negeri ini....
- Bagikan ke 10 teman yang lain, para blogger tanah air yang senantiasa memiliki dedikasi dan peduli terhadap segala aset dan budaya bangsa.
- Mbak Anazkia
- Nana Site
- Inuel
- Mbak Dwina
- Mbak Anie
- JT
- Mbak Kuyus is cute
- Bli Jhoni
- Mbak Sinta
- Mbak Irma
Wah..wah...wah pandangan mba Reni terhadap apa yang terjadi dengan Indonesia dikupas begitu detil dan mendalam. Puisinya juga bagus banget..juga PR yang lain sudah dikerjakan...salut..lut..lut..!!Jadi malu sendiri yang kirim award malah bikin puisinya asal..he..he. Oh ya makasih ya mba..! awardnya dah dipajang dan tentunya makasih juga untuk pembuat awardnya..
BalasHapusDuuuh... dikasih award lagii!! Alhamdulillah, makasih ya mbak reni. Mbak Fanda juga ngasih ini. Nanti kuposting bareng, ya. Soalnya musti kefja keras bikin puisi nih hehe ... Btw, ulasannya bagus bangett.
BalasHapusSatas Awardnya Mbak,... puisinya nasionalis banget.
BalasHapusmbak, kayaknya musti banyak istirahat tuh ... kondisinya belum fit bener,ya. Jangan sampai ngedrop lagi.
BalasHapusKudoakan mbak tetap sehat.
Amiin
Bilangnya gak bisa bikin puisi. Nah itu apa ? Bagus kok!
BalasHapuspuisi indah. Selamat ya mbak.
BalasHapusSelamat deh udah berhasil bikin puisi. Ternyata karya pertamanya udah bagus nih...
BalasHapuspertamanya..Makasiii mba..senengnya dpt award dr mba..^_^
BalasHapustapi yang kedua....huauauauuaua T_T...bikin puisi mba...hiks..hiks..gimana itu ya..?hehe..diusahain dulu y mba, moga bisa, amiiin..
doakan akuw mbaaa..^_^
sx lagi..mkasiy maksiy makasiy...
selamat awardnya sis...
BalasHapusapa yah yg udah wen lakukan wat Indonesia, nari gak bisa, maen musik tradisional lewat, bahasa daerah mepet banget kekeke tapi yg pasti wen suka tinggal di Indonesia, masakannya itu loh yg wuenak-wuenak'e puolll hehehe
BalasHapusMerdeka ...
BalasHapusWah puisinya tentang Indonesia mantap.
Selamat ntuk awardsnya
puisiinya bagus kok meskipun menguras tenaga hehehe
BalasHapusselamat ya mbak reni awardnya..
waaahhhhh...dapat award lagi nih dari mba reni.....makasih ya mba....maaf baru mampir....kerjaan numpuk dikantor gara2 sistem ada yang error!!!
BalasHapushoreee..mbak Reni buat puisi. sip markusip. bagus kok....
BalasHapusboleh sering2 dikasih tugas bikin puisi nih biar makin gape.
BalasHapusDisaat kita kehilangan sesuatu, barulah kita menyadari betapa kita sebenarnya menyayanginya. Padahal sebelumnya, saat sesuatu itu ada dalam pelukan kita, kita sama sekali tidak peduli padanya. Begitu dia meninggalkan kita, barulah kita berteriak-terik memintanya kembali dalam pelukan kita.
BalasHapusini yang sering sekali terlupakan,khehhehe, aku ambil awardnya yah mba,tapi bikin puisinya huaaaa huaaaaa gmn niiii,maaf yah aku baru bisa mampir :)
asyik dpt award. merah putih lg. mf ngambilnya dini hari. mf juga mgkin tlt postingnya :D
BalasHapusTERIMAKASI Mbak
wahhh,dapet jg award ini dari mba reni,mksh ya mba....
BalasHapusI love Indonesia....