Masalah sampah selalu menjadi perhatianku. Selama ini aku selalu berusaha agar (setidaknya) rumah tanggaku tidak berkontribusi terlalu banyak dalam timbunan sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di kotaku. Caranya, aku selalu berusaha untuk memilah dan memisah sampah. Di rumah, aku punya 3 tempat sampah : untuk sampah pemulung, untuk sampah kering (yang biasanya tak 'diminati' pemulung) dan sampah basah.
Tiga keranjang sampah yang kusiapkan :
kiri utk sampah kering, tengah utk sampah basah dan kanan utk sampah yg biasa diambil oleh para pemulung
Semakin banyak sampah kering yang bisa diambil oleh pemulung, berarti semakin sedikit juga kontribusiku terhadap timbunan sampah di kotaku. Selain itu, agar aku tidak menambah tinggi timbunan sampah, aku berusaha untuk memanfaatkan barang bekas yang masih bisa aku pergunakan. Sebisa mungkin aku akan memanfaatkan barang bekas yang berbahan plastik. Mengapa? Karena plastik memiliki sifat tidak mudah terurai. Tingginya massa molekul yang terkandung dalam plastik membuat plastik tidak bisa langsung dihancurkan oleh mikroba.
Barang-barang dari plastik yang aku manfaatkan lagi (tidak langsung aku buang) dan aku usahakan untuk aku "perpanjang" umurnya antara lain adalah : ember bekas. Aku punya ember besar yang sudah pecah, tapi tetap aku pergunakan untuk wadah pakaian kering yang belum disetrika. Karena pecahnya cukup besar, ember itu sampai "dijahit" dengan kawat oleh suamiku. Tak cukup itu, ember itu juga harus diolasi terlebih dahulu agar benar-benar "menyatu" kembali. Dengan memanfaatkan ember bekas itu, aku tak perlu membeli wadah untuk tempat pakaian kering yang belum disetrika. (^_^)
ember yang "dijahit" kawat
Selain itu, aku juga punya ember bekas yang kugunakan sebagai pot untuk menanam tanaman sirih dan lidah buaya. Dengan memanfaatkan ember yang sudah pecah untuk menanam tanaman, aku bisa menghemat sedikit rupiah untuk membeli pot baru.
ember pecah untuk menanam tanaman sirih
ember pecah untuk menanam lidah buaya
Masih soal ember pecah. Kali ini aku tidak memakainya untuk tempat pakaian kering ataupun sebagai pot. Namun, ember-ember pecah itu aku manfaatkan untuk tempat meletakkan pot bunga. Dengan adanya pot bekas itu, maka dudukan pot jadi lebih tinggi dan ketinggian pot jadi lebih bervariasi dan menarik (menurutku sih, hehehe).
meski pecah, namun masih bermanfaat
tidak mengurangi keindahan kan?
Masih tentang barang-barang dari plastik lainnya yang sudah tidak terpakai, namun masih bisa aku manfaatkan. Kali ini barang-barang bekas itu aku pakai di dapur. Botol bekas air kemasan, aku pergunakan untuk tempat sabun cair dan sabun cuci tangan. Jadi aku tak perlu membeli sabun cair dan sabun cuci tangan dalam kemasan wadahnya. Selama ini aku cukup beli kemasan isi ulang dan isinya aku tuangkan dalam botol-botol bekas itu yang aku lubangi pada bagian tutupnya.
Selain itu ada rantang bekas yang sudah jelek sekali aku pergunakan untuk wadah sabut mencuci. Kemudian ada lagi wadah plastik yang sudah berlobang (karena terkena api), aku pergunakan untuk tempat sikat dan kawat gosok. Dengan begini, aku tak perlu juga keluar uang untuk membeli wadah plastik untuk mewadahi perlengkapan mencuci di dapur.
ini dia deretan perlengkapan mencuciku
Masih ada baki bekas. Bakinya tidak pecah, hanya retak, namun sayang kalau dibuang. Baki itu kemudian aku pakai untuk wadah peralatan memasak seperti : irus kayu, centong kayu, ulegan, sotil (eh, apa sih bahasa indonesianya sotil? hehehe), dll. Banyak pokoknya. Untuk jelasnya, penampakannya ada di bawah ini.
baki retak yang masih bisa terpakai
Masih di dapur, kali ini aku memanfaatkan piring yang pecah sebagai alas untuk wadah minyak goreng yang baru dipakai. Lumayan, meski pecah masih bermanfaat. Tapi, aku harus hati-hati agar jangan sampai bagian yang pecah itu melukai tanganku. Alhamdulillah selama ini baik-baik saja, maksudnya tak sampai melukai tangan.
tampak kan bagian yang pecah dari piring itu?
Masih tentang barang bekas berbahan plastik. Kali ini aku memanfaatkan wadah plastik bekas untuk peralatan jahit menjahit. Untuk wadah benang, aku memanfaatkan bekas tempat bekal Shasa yang kini tak terpakai karena tutupnya hilang. Sedangkan wadah yang satu lagi bekas kemasan kue kering (yang tutupnya sudah retak). Sementara untuk wadah kancing baju, aku tempatkan dalam plastik bekas wadah sayur gulai kambing yang kuperoleh dari selamatan tetanggaku.
ini dia penampakan plastik bekas wadah peralatan jahit menjahit.
Apakah wadah yang tutupnya retak (tengah) kelihatan?
Selain barang-barang berbahan plastik itu (dan juga sebuah piring bekas), aku juga memanfaatkan handuk bekas lo. Kali ini handuk bekasnya aku pergunakan untuk keset. Ada handuk yang kupotong dan pada bagian pinggirnya aku jahitkan kain untuk "mempermanis". Namun ada juga handuk yang tetap "utuh" dan hanya aku lipat saat aku pergunakan sebagai keset. Keset dari handuk bekas ini aku pergunakan di area belakang rumah seperti di depan kamar mandi, di dekat ruang makan atau di depan dapur. Lumayan aku bisa mengirit beberapa rupiah untuk itu, bukan?
keset dari handuk bekas jadi tampak baru karena aku jahitkan kain di pinggirnya
Keset dari handuk bekas ini aku letakkan di dapur
Itulah beberapa langkah irit yang aku lakukan. Namun aku melakukan hal itu bukan lantaran pelit, melainkan aku ingin me-reuse barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan. Setidaknya aku sudah sedikit berkontribusi untuk mengerem laju penumpukan sampah di kotaku. Seandainya makin banyak orang meniru langkah yang aku lakukan ini, aku yakin bahwa urusan sampah tidak lagi menjadi permasalahan yang membuat pusing warganya. Setuju bukan?
Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Irit tapi Bukan Pelit yang diadakan oleh Kakaakin
Tiga keranjang sampah yang kusiapkan :
kiri utk sampah kering, tengah utk sampah basah dan kanan utk sampah yg biasa diambil oleh para pemulung
Semakin banyak sampah kering yang bisa diambil oleh pemulung, berarti semakin sedikit juga kontribusiku terhadap timbunan sampah di kotaku. Selain itu, agar aku tidak menambah tinggi timbunan sampah, aku berusaha untuk memanfaatkan barang bekas yang masih bisa aku pergunakan. Sebisa mungkin aku akan memanfaatkan barang bekas yang berbahan plastik. Mengapa? Karena plastik memiliki sifat tidak mudah terurai. Tingginya massa molekul yang terkandung dalam plastik membuat plastik tidak bisa langsung dihancurkan oleh mikroba.
Barang-barang dari plastik yang aku manfaatkan lagi (tidak langsung aku buang) dan aku usahakan untuk aku "perpanjang" umurnya antara lain adalah : ember bekas. Aku punya ember besar yang sudah pecah, tapi tetap aku pergunakan untuk wadah pakaian kering yang belum disetrika. Karena pecahnya cukup besar, ember itu sampai "dijahit" dengan kawat oleh suamiku. Tak cukup itu, ember itu juga harus diolasi terlebih dahulu agar benar-benar "menyatu" kembali. Dengan memanfaatkan ember bekas itu, aku tak perlu membeli wadah untuk tempat pakaian kering yang belum disetrika. (^_^)
ember yang "dijahit" kawat
Selain itu, aku juga punya ember bekas yang kugunakan sebagai pot untuk menanam tanaman sirih dan lidah buaya. Dengan memanfaatkan ember yang sudah pecah untuk menanam tanaman, aku bisa menghemat sedikit rupiah untuk membeli pot baru.
ember pecah untuk menanam tanaman sirih
ember pecah untuk menanam lidah buaya
Masih soal ember pecah. Kali ini aku tidak memakainya untuk tempat pakaian kering ataupun sebagai pot. Namun, ember-ember pecah itu aku manfaatkan untuk tempat meletakkan pot bunga. Dengan adanya pot bekas itu, maka dudukan pot jadi lebih tinggi dan ketinggian pot jadi lebih bervariasi dan menarik (menurutku sih, hehehe).
meski pecah, namun masih bermanfaat
tidak mengurangi keindahan kan?
Masih tentang barang-barang dari plastik lainnya yang sudah tidak terpakai, namun masih bisa aku manfaatkan. Kali ini barang-barang bekas itu aku pakai di dapur. Botol bekas air kemasan, aku pergunakan untuk tempat sabun cair dan sabun cuci tangan. Jadi aku tak perlu membeli sabun cair dan sabun cuci tangan dalam kemasan wadahnya. Selama ini aku cukup beli kemasan isi ulang dan isinya aku tuangkan dalam botol-botol bekas itu yang aku lubangi pada bagian tutupnya.
Selain itu ada rantang bekas yang sudah jelek sekali aku pergunakan untuk wadah sabut mencuci. Kemudian ada lagi wadah plastik yang sudah berlobang (karena terkena api), aku pergunakan untuk tempat sikat dan kawat gosok. Dengan begini, aku tak perlu juga keluar uang untuk membeli wadah plastik untuk mewadahi perlengkapan mencuci di dapur.
ini dia deretan perlengkapan mencuciku
Masih ada baki bekas. Bakinya tidak pecah, hanya retak, namun sayang kalau dibuang. Baki itu kemudian aku pakai untuk wadah peralatan memasak seperti : irus kayu, centong kayu, ulegan, sotil (eh, apa sih bahasa indonesianya sotil? hehehe), dll. Banyak pokoknya. Untuk jelasnya, penampakannya ada di bawah ini.
baki retak yang masih bisa terpakai
Masih di dapur, kali ini aku memanfaatkan piring yang pecah sebagai alas untuk wadah minyak goreng yang baru dipakai. Lumayan, meski pecah masih bermanfaat. Tapi, aku harus hati-hati agar jangan sampai bagian yang pecah itu melukai tanganku. Alhamdulillah selama ini baik-baik saja, maksudnya tak sampai melukai tangan.
tampak kan bagian yang pecah dari piring itu?
Masih tentang barang bekas berbahan plastik. Kali ini aku memanfaatkan wadah plastik bekas untuk peralatan jahit menjahit. Untuk wadah benang, aku memanfaatkan bekas tempat bekal Shasa yang kini tak terpakai karena tutupnya hilang. Sedangkan wadah yang satu lagi bekas kemasan kue kering (yang tutupnya sudah retak). Sementara untuk wadah kancing baju, aku tempatkan dalam plastik bekas wadah sayur gulai kambing yang kuperoleh dari selamatan tetanggaku.
ini dia penampakan plastik bekas wadah peralatan jahit menjahit.
Apakah wadah yang tutupnya retak (tengah) kelihatan?
Selain barang-barang berbahan plastik itu (dan juga sebuah piring bekas), aku juga memanfaatkan handuk bekas lo. Kali ini handuk bekasnya aku pergunakan untuk keset. Ada handuk yang kupotong dan pada bagian pinggirnya aku jahitkan kain untuk "mempermanis". Namun ada juga handuk yang tetap "utuh" dan hanya aku lipat saat aku pergunakan sebagai keset. Keset dari handuk bekas ini aku pergunakan di area belakang rumah seperti di depan kamar mandi, di dekat ruang makan atau di depan dapur. Lumayan aku bisa mengirit beberapa rupiah untuk itu, bukan?
keset dari handuk bekas jadi tampak baru karena aku jahitkan kain di pinggirnya
Keset dari handuk bekas ini aku letakkan di dapur
Itulah beberapa langkah irit yang aku lakukan. Namun aku melakukan hal itu bukan lantaran pelit, melainkan aku ingin me-reuse barang-barang yang masih bisa dimanfaatkan. Setidaknya aku sudah sedikit berkontribusi untuk mengerem laju penumpukan sampah di kotaku. Seandainya makin banyak orang meniru langkah yang aku lakukan ini, aku yakin bahwa urusan sampah tidak lagi menjadi permasalahan yang membuat pusing warganya. Setuju bukan?
Tulisan ini diikutsertakan pada Giveaway Irit tapi Bukan Pelit yang diadakan oleh Kakaakin
ide berlian mbak Reni..... utk me-reuse barang2
BalasHapusEmak2 kan emang suka "perhitungan" makanya selalu mencari "jalan keluar" agar tetap bisa irit hehehe
HapusSetujuuu bangeet Mbak, selain karena urusan sampah itu secara langsung Mbak juga membantu alam. Lagian smuanya masih tampak cantik dan bagus loh ;)
BalasHapusSukses GA nya ya Mbak :)
Sip, itu maksudku Mak. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui kan?
HapusUrusan lingkungan terselamatkan, urusan kantong juga begitu hehehe
Makasih utk doanya Mak :)
Wah mantab, patut ditiru nih .... bukan perkara pelit, tapi bagaimana menjaga lingkungan :)
BalasHapusItu dia...., jadi jangan bilang aku pelit ya? Maksudku kan untuk menjaga lingkungan (dan juga dompetku tentu saja) hahaha :D
Hapusaih Mak Reni, koq masih punya rantang doreng ijo itu siiiih.. punyaku waktu kecil udh pada rombeng semuaaaa hihihii... *salahfokus :D
BalasHapusRantang blirik to Mak Uniek? Di Madiun masih ada tuh... di pasar. Tapi emang kesannya jadul banget ya? hehehe
Hapuswah kreatif dan ramah lingkungan, mbak
BalasHapussangat menginspirasi untuk bagaimana menangani sampah rumah tangga
Boleh ditiru lo bu dokter... siapa tahu ntar pasien2nya juga mau niru yg bu dokter lakukan :)
Hapusmak..wadah benangmu rapi banget..punyaku berantakan kemana2 hahaha
BalasHapusyang rapi wadah benangnya apa benang di dalamnya Mak...? wkwkwk... *ditumpuk kamera*
Hapusmbak Ren teliti banget ya.., bisa kepikiran barang2 bekas itu mau dipakai untuk aoa
BalasHapusHarus gitu Mak.. soalnya barang2 itu kalo gak direuse langsung berubah jadi sampah. Kalau seperti ini kan kita memperpanjang usia sebuah benda :)
HapusIya daripada numpuk ya mba,inspirasi malam yg baik mbak
BalasHapusBener Mbak... sampah yg menumpuk tentu saja mengganggu lingkungan bukan?
HapusMak Reni kayak Mamaku, nih. Semua barang bekas dipake lagi jadi wadah baru. :)
BalasHapusBtw, ini GA-nya sampe kapan, sih, Mak?
Sayangnya DL malam ini Mak.. aku pun baru sempat ngerjain hari ini karena kemarin2 tegang gara2 SB2014 hehehe
HapusIbu2 emang keren kalau disuruh ngirit heheheee....
BalasHapusHehehe... itu memang sptnya sifat naluriah seorang ibu ya Mak Lusi :D
HapusWow bisa juara nih Mak .... gambarnya banyak, konsepnya oke :)
BalasHapusAyah saya nih yang kayak begini, suka "menjahit" barang2 plastik. Bahkan mainan anak2 juga dijahitnya kayak mobil2an jaman Affiq (dipake kira2 11 tahun yl), sekarang mash dipake Afyad (4 thn) berkat ayah saya :)
Sukses ya MAk :)
tak ada salahnya kita memperpanjang usia sebuah barang kan Mak? Salah satu caranya adalah dengan me-reuse barang2 itu....
HapusBerkat ketelatenan me-reuse kan barang2 itu jadinya "pangjang umur" hehehe
hebat si emak, kreatif bangeett, contoh emak cerdas niy
BalasHapusAduh.. jadi tersipu nih atas pujian mak Meti hehehe
Hapusyaap bener banget....
BalasHapussemuanya bisa dimanfaatkan asal mau saja memanfaatkannya....
:)
Apakah untuk membuat kita mau melakukannya sangat sulit? Rasanya tidak.. karena kita justru "diuntungkan" dari segi finansial kan? hehehe
Hapuslanjutkan terus mba.., ini keren :)
BalasHapusTerimakasih sekali.... ikutan yuk.. :)
Hapusbaru tau kalo ember bisa dijahit pake kawat, mak. kalo piring agak gompal dikit aku masih bs pake, tp klo yang patahnya banyak mending ga dipake daripada kena pecahannya.
BalasHapusIya.. itu yg jahit suamiku. Sebelumnya embernya dilubangi kecil2 (pake kawat juga) untuk jalan masuk kawatnya. Baru deh kawatnya dijalin masukin dalam lubang2 itu. And... taraaa...bisa dipake lagi :D
HapusAku banget ini Mbak...hehehe...
BalasHapusAsyikk... ada temannya... #tos Mak Lies hehehe
HapusNice idea Mbak untuk menggunakan kembali barang2 itu, karena kadang walau sudah berusaha memisahkan antara sampah basah dan kering, kalau dibuang di tempat pembuangan akhir ya tercampur lagi
BalasHapusSip... sepakat! Memang patut disayangkan TPS/TPA kita banyak yang masih bercampur jadi satu, sehingga barang2 yg harusnya bisa didaur ulang, tercampur disana. Terus, jika pemulung tak berhasil "menemukannya" dan mengambilnya, maka barang2 itu akan tertimbun dg barang2 lainnya. Alhasil gunungan sampah akan dengan cepat meninggi kan?
HapusMembaca postingan ini, saya jadi teringat sama Budhe saya. Beliau rajin sekali mendaurulang fungsi barang-barang yang sudah rusak tapi masih bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan lainnya. Persis sekali dengan yang dilakukan Mbak Reny. Yang paling saya ingat itu adalah ember yang dijahit pakai kawat :D Saya jadi kangen Budhe saya :)
BalasHapusMemang kadang, kita sering lupa dan langsung mengakhiri nyawa sebuah barang hanya karena dia sudah rusak dan tak sempurna lagi. Padahal dengan mengubah fungsinya kita bisa memperpanjang riwayat barang tersebut.
Poin yang no. 17 itu menarik sekali Mbak. Memang sebagai Ibu rumah tangga kita dituntut untuk berhemat agar semua kebutuhan tercukupi dengan tepat. Harus pinter-pinter memanajemen keuangan ya Mbak :)
Terima kasih sudah berbagi di giveaway irit tapi bukan pelit :)
Salam,
@apikecil
Bude sudah memberi contoh yang baik itu Mak Priit... emang seharusnya begitu, kan? Supaya barang2 itu masih tetap berfungsi... walau fungsinya sudah tak lagi sama spt seharusnya.
HapusBTW yang dimaksud dengan poin no.17 itu yang mana ya? Kok aku jadi bingung hehehe
ternyata banyak juga ya manfaatnya barang bekas, saya jadi berpikir juga untuk tidak membuang sembarang barang bekas ke tempat sampah, karena masih bisa digunakan...selamat berlomba...semoga menjadi yang terbaik...
BalasHapuskeep happy blogging always..salam dari makassar :-)
Ayo Pak.. mulai sekarang sebelum membuang barang sebaiknya dipikirkan dulu apakah barang2 itu masih bisa dimanfaatkan untuk hal lain. Biar timbunan sampah di kota kita tak cepat menggunung ya...
HapusMakasih sudah mampir Pak :)
cemerlaaang mak, kereen :D
BalasHapusbelajar manfaatin barang2 yg masih bisa terpakai juga ahh, jd jgn asal buang yaa ^^
Siip... bener banget Mak Ranii... kalau bisa jangan langsung membuang barang2 yang sudah tak terpakai. Siapa tahu bisa dimanfaatkan untuk kepentingan lain... memperpanjang usia barang dengan mengalihfungsikan... sekaligus membantu mengurangi percepatan timbunan sampah di kota kita kan? :)
HapusKeren mbak idenya. ngga harus langsung membuang barang2 bekas karena masih bisa digunakan. aku jg sering pakai bungkus sabun refil untuk pot, hehehe
BalasHapusIya wadah plastik bekas sabun memang bisa dipake utk pot. Tapi terlalu kecil untukku :)
Hapuskeren, aku juga yg handuk lama begitu mak, terus yg bekas ember rusak biasanya juga dijadiin pot bunga, sip sip lah :)
BalasHapusSip Mak... kita bisa memperpanjang usia suatu benda jadinya kan?
Hapusbagus banget idenya jeng..
BalasHapusHanya meniru apa yang dulu sering dilakukan oleh orang tua kok :)
Hapuswaahh keren nih mak reni ^^ kepikiran sampe kesitu, kreatif iritnya..
BalasHapuscuma 1 yg sama denganku, aku juga suka pake handuk bekas utk keset kamar mandi :p
kalau aku nyebutnya bukan sotil mak, sutil.. tau deh mana yang bener..
Kalau begitu setelah handuk bisa 'merambah' ke barang2 lain supaya gak langsung dibuang ya Mak :)
HapusSharing di sini bersama saya ya dan jangan meninggalkan spoiler :)
BalasHapusTerimakasih sudah mampir
HapusIrit yang menginspirasi :)
BalasHapusTerimakasih Mak Santi :)
HapusLuar biasa Jeng Reni, menginspirasi banyak orang bahwa reduce maupun reuse bisa dilaksanakan pada skala rumah tangga. Konsistensi memisah dan memilahnya semoga diikuti kelompok lebih luas ya Jeng sehingga efektif. Salam bersih
BalasHapusTerimakasih Mbak Prih... memang urusan sampah rumah tangga kita kudu cermat juga. Jangan asal buang, karena masih bisa dimanfaatkan :)
HapusSelamat ya Jeng Reni, saya membaca postinganini mbatin iki mesti juwara dan tenan. Wuih Jeng salut dengan mengelolaa beberapa blog. Selamat terus berprestasi.
BalasHapusCat: Membaca namun kesulitan komen diblog award. salam
Terimakasih Mbak Prih...
HapusYa alhamdulillah tulisan ini bisa jadi juara ketiga.
Oya, sulit to komen di blog award?
hihi jd inget bapak didesa...ember bocor dijahit pkai kawat, ember yg jebol dipkai pot, botol2 bekas jg dipkai ini & itu...klo handuk2 mah aku bgt mak reni...hihi...
BalasHapus