Bicara tentang kanker payudara dan pentingnya deteksi dini kanker payudara aku selalu teringat pada sosok Yulia. Di mataku Yulia adalah seorang wanita cantik, ramah dan menyenangkan. Dia salah satu rekan kerjaku, walau kami tak pernah bekerja bersama dalam tim yang sama. Aku justru lebih banyak mengenal sosok Yulia dari cerita Dini (sahabat Yulia). Kebetulan Dini pernah bekerja dalam tim yang sama denganku.
Pada saat Yulia berusia 37 tahun, dia divonis terkena kanker payudara. Menurut penjelasan Yulia ke Dini sahabatnya, sebenarnya ada beberapa tanda dan gejala yang mengindikasikan dia terkena kanker payudara. Hanya saja saat itu Yulia tidak menyadarinya. Salah satu gejalanya adalah puting susu yang 'ndlesep' ke dalam. Kondisi itu yang menyebabkan anaknya tak bisa menyusu secara maksimal padahal produksi ASInya lancar, bahkan berlebih. Sementara itu Yulia akan kesakitan setiap kali ASInya tidak dikeluarkan.
Tak lama setelah memiliki anak atau kurang lebih saat anaknya berusia 1,5 tahun, Yulia mulai sakit-sakitan. Bermula dari flu dan batuk yang tak kunjung sembuh walau sudah berobat ke dokter dan mengonsumsi obat yang diresepkan dokter. Menurut pengakuan Yulia pada Dini, dia sama sekali tidak menyadari kalau flu dan batuknya yang tak kunjung sembuh itu juga merupakan salah satu gejala penyakit kanker yang dideritanya.
Hingga tibalah pada hari itu, hari dimana Yulia divonis menderita kanker payudara. Tentu saja hal itu membuatnya shock, begitu juga dengan suami dan keluarga besarnya. Yang membuat mereka semakin shock adalah pernyataan dokter bahwa kanker payudara yang diderita Yulia sudah mencapai stadium 2. Saat mengetahui kabar tersebut dari Yulia, Dini tak bisa menahan kepedihan dan akhirnya Dini dan Yulia berpelukan sambil menangis. Ah, andaikan saat itu Yulia sudah memahami pentingnya deteksi dini kanker payudara.
Semenjak itu, Yulia rajin berobat ke dokter. Bahkan dia juga menuruti saran dokter untuk berobat ke onkologi Surabaya. Saat berobat ke onkologi Surabaya itulah dokternya menyarankan agar Yulia segera melakukan operasi pengangkatan payudara. Hal itu terpaksa dilakukan karena menurut dokter itu cara terbaik untuk mencegah kanker menyebar lebih luas lagi. Akhirnya setelah membicarakan hal tersebut dengan keluarga besarnya, Yulia pun menjalani operasi pengangkatan payudara yang sebelah kanan.
Usai operasi pengangkatan payudara, kondisi psikis Yulia drop. Melihat payudaranya yang kanan sudah tak ada lagi dia menangis dan merasa dirinya tak lagi sempurna sebagai wanita. Untungnya suami Yulia sangat mendukung Yulia sehingga bisa membesarkan hati istrinya yang sedang down. Selain itu keluarga besar dan sahabat-sahabat Yulia tak henti-henti membesarkan hati Yulia agar dia tetap bersemangat melawan kanker yang menggerogotinya.
Usai operasi pengangkatan payudara, bukan berarti Yulia bernafas lega. Dia masih harus menjalani kemoterapi yang dilakukan di Madiun dan di onkologi Surabaya. Yulia rajin menjalani kemoterapi walaupun setiap kali usai menjalani kemoterapi Yulia selalu mengeluh tak enak badan. Yulia bertahan menjalani semua itu karena berharap bisa sembuh demi anaknya yang masih sangat kecil.
Akibat kemoterapi itu rambut Yulia juga perlahan-lahan rontok, hingga akhirnya dia harus mengenakan wig saat ke kantor. Selain itu kondisi fisik Yulia juga naik turun. Saat kondisi fisiknya sedang turun, Yulia akan sangat lemas dan batuk yang tak kunjung sembuh. Kalaupun sembuh sebentar, nanti akan batuk lagi. Begitu terus sampai badan Yulia kurus sekali.
Pernah suatu kali saat kondisi fisiknya sedang bagus, Yulia mengajak Dini makan steak. Dini tak kuasa mencegah keinginan Yulia, walaupun dia tahu steak sangat tidak dianjurkan bagi penderita kanker seperti Yulia. Di satu sisi Dini merasa bersalah membiarkan sahabatnya makan makanan yang tak sehat, namun di sisi lain Dini tak tega melihat senyum bahagia di wajah sahabatnya harus hilang karena dilarang makan makanan yang sangat diinginkannya.
Untuk menambah staminanya, Yulia dianjurkan minum jus sayuran. Yulia pun mengikuti anjuran untuk minum jus sayuran itu setiap hari walaupun dia bosan sebenarnya. Selama jangka waktu 2 tahun Yulia telah menjalani kemoterapi sebanyak 15 kali. Sayangnya, upaya itu tak kuasa membendung penyebaran kanker sampai ke paru-paru Yulia. Hal itu kian memperburuk kondisi Yulia dan pada akhirnya di usianya yang masih sangat muda, 39 tahun, Yulia menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan suami dan anak yang dikasihinya yang baru berusia 3,5 tahun.
Apa yang dialami Yulia ini kurang lebih sama dengan yang dialami oleh sahabatku. Kedua kakak kandungnya (mbak Ida dan mbak Poppy) juga menderita kanker payudara. Bedanya, mbak Ida sudah terlebih dahulu divonis menderita kanker payudara dan sama seperti Yulia pada saat dia menghembuskan nafas terakhirnya Mbak Ida meninggalkan anak yang masih kecil, 5 tahun. Sementara mbak Poppy baru divonis kanker setahun lalu dan saat ini masih berjuang keras melawannya.
Terus terang saja, selama ini aku selalu merasa pedih saat mengetahui ada saudara atau teman yang divonis kanker payudara. Maklum saja, selama ini aku menyaksikan bahwa perjuangan mereka melawan kanker payudara selalu berujung kekalahan. Mereka pada akhirnya pergi meninggalkan keluarga dan anak-anak yang masih kecil.
Tapi... sedikit demi sedikit pandanganku tentang kanker payudara berubah. Hal ini terjadi sejak aku mengenal mbak Indah Nuria lengkap dengan cerita perjuangannya melawan kanker payudara. Berbeda dari yang lain, aku melihat Mbak Indah Nuria lebih optimis dan lebih ceria menghadapi penyakitnya. Mbak Indah pun tetap optimis dan ceria menjalani hari-harinya termasuk menjalani pekerjaan kantornya.
Berkat mbak Indah juga aku jadi menyadari bahwa kanker payudara bukanlah penyakit yang perlu ditakuti karena bisa disembuhkan. Mbak Indah yang menyadarkan aku tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Semakin dini terdeteksi maka kesempatan untuk bisa sembuh dari kanker akan semakin tinggi.
Satu kalimat positif dari mbak Indah yang melecutku untuk mensyukuri atas apapun yang Allah berikan adalah kalimat berikut ini :
Selain itu, berdasarkan cerita Yulia dan mbak Indah Nuria aku menyadari bahwa dukungan dari keluarga, sahabat dan orang-orang terdekat sangatlah berarti bagi para penderita kanker. Jadi, sudahkah kita menunjukkan dukungan dan kepedulian pada para penderita kanker di sekitar kita? Jangan lupa juga kita harus mulai menyosialisasikan pentingnya deteksi dini kanker payudara. Kita bisa memulainya dengan mengikuti kampanye #finishthefight #gopink #breastcancerawareness bersama-sama.
Pada saat Yulia berusia 37 tahun, dia divonis terkena kanker payudara. Menurut penjelasan Yulia ke Dini sahabatnya, sebenarnya ada beberapa tanda dan gejala yang mengindikasikan dia terkena kanker payudara. Hanya saja saat itu Yulia tidak menyadarinya. Salah satu gejalanya adalah puting susu yang 'ndlesep' ke dalam. Kondisi itu yang menyebabkan anaknya tak bisa menyusu secara maksimal padahal produksi ASInya lancar, bahkan berlebih. Sementara itu Yulia akan kesakitan setiap kali ASInya tidak dikeluarkan.
Tak lama setelah memiliki anak atau kurang lebih saat anaknya berusia 1,5 tahun, Yulia mulai sakit-sakitan. Bermula dari flu dan batuk yang tak kunjung sembuh walau sudah berobat ke dokter dan mengonsumsi obat yang diresepkan dokter. Menurut pengakuan Yulia pada Dini, dia sama sekali tidak menyadari kalau flu dan batuknya yang tak kunjung sembuh itu juga merupakan salah satu gejala penyakit kanker yang dideritanya.
Hingga tibalah pada hari itu, hari dimana Yulia divonis menderita kanker payudara. Tentu saja hal itu membuatnya shock, begitu juga dengan suami dan keluarga besarnya. Yang membuat mereka semakin shock adalah pernyataan dokter bahwa kanker payudara yang diderita Yulia sudah mencapai stadium 2. Saat mengetahui kabar tersebut dari Yulia, Dini tak bisa menahan kepedihan dan akhirnya Dini dan Yulia berpelukan sambil menangis. Ah, andaikan saat itu Yulia sudah memahami pentingnya deteksi dini kanker payudara.
Semenjak itu, Yulia rajin berobat ke dokter. Bahkan dia juga menuruti saran dokter untuk berobat ke onkologi Surabaya. Saat berobat ke onkologi Surabaya itulah dokternya menyarankan agar Yulia segera melakukan operasi pengangkatan payudara. Hal itu terpaksa dilakukan karena menurut dokter itu cara terbaik untuk mencegah kanker menyebar lebih luas lagi. Akhirnya setelah membicarakan hal tersebut dengan keluarga besarnya, Yulia pun menjalani operasi pengangkatan payudara yang sebelah kanan.
Usai operasi pengangkatan payudara, kondisi psikis Yulia drop. Melihat payudaranya yang kanan sudah tak ada lagi dia menangis dan merasa dirinya tak lagi sempurna sebagai wanita. Untungnya suami Yulia sangat mendukung Yulia sehingga bisa membesarkan hati istrinya yang sedang down. Selain itu keluarga besar dan sahabat-sahabat Yulia tak henti-henti membesarkan hati Yulia agar dia tetap bersemangat melawan kanker yang menggerogotinya.
Usai operasi pengangkatan payudara, bukan berarti Yulia bernafas lega. Dia masih harus menjalani kemoterapi yang dilakukan di Madiun dan di onkologi Surabaya. Yulia rajin menjalani kemoterapi walaupun setiap kali usai menjalani kemoterapi Yulia selalu mengeluh tak enak badan. Yulia bertahan menjalani semua itu karena berharap bisa sembuh demi anaknya yang masih sangat kecil.
Akibat kemoterapi itu rambut Yulia juga perlahan-lahan rontok, hingga akhirnya dia harus mengenakan wig saat ke kantor. Selain itu kondisi fisik Yulia juga naik turun. Saat kondisi fisiknya sedang turun, Yulia akan sangat lemas dan batuk yang tak kunjung sembuh. Kalaupun sembuh sebentar, nanti akan batuk lagi. Begitu terus sampai badan Yulia kurus sekali.
Pernah suatu kali saat kondisi fisiknya sedang bagus, Yulia mengajak Dini makan steak. Dini tak kuasa mencegah keinginan Yulia, walaupun dia tahu steak sangat tidak dianjurkan bagi penderita kanker seperti Yulia. Di satu sisi Dini merasa bersalah membiarkan sahabatnya makan makanan yang tak sehat, namun di sisi lain Dini tak tega melihat senyum bahagia di wajah sahabatnya harus hilang karena dilarang makan makanan yang sangat diinginkannya.
Untuk menambah staminanya, Yulia dianjurkan minum jus sayuran. Yulia pun mengikuti anjuran untuk minum jus sayuran itu setiap hari walaupun dia bosan sebenarnya. Selama jangka waktu 2 tahun Yulia telah menjalani kemoterapi sebanyak 15 kali. Sayangnya, upaya itu tak kuasa membendung penyebaran kanker sampai ke paru-paru Yulia. Hal itu kian memperburuk kondisi Yulia dan pada akhirnya di usianya yang masih sangat muda, 39 tahun, Yulia menghembuskan nafas terakhirnya dan meninggalkan suami dan anak yang dikasihinya yang baru berusia 3,5 tahun.
Apa yang dialami Yulia ini kurang lebih sama dengan yang dialami oleh sahabatku. Kedua kakak kandungnya (mbak Ida dan mbak Poppy) juga menderita kanker payudara. Bedanya, mbak Ida sudah terlebih dahulu divonis menderita kanker payudara dan sama seperti Yulia pada saat dia menghembuskan nafas terakhirnya Mbak Ida meninggalkan anak yang masih kecil, 5 tahun. Sementara mbak Poppy baru divonis kanker setahun lalu dan saat ini masih berjuang keras melawannya.
Terus terang saja, selama ini aku selalu merasa pedih saat mengetahui ada saudara atau teman yang divonis kanker payudara. Maklum saja, selama ini aku menyaksikan bahwa perjuangan mereka melawan kanker payudara selalu berujung kekalahan. Mereka pada akhirnya pergi meninggalkan keluarga dan anak-anak yang masih kecil.
Tapi... sedikit demi sedikit pandanganku tentang kanker payudara berubah. Hal ini terjadi sejak aku mengenal mbak Indah Nuria lengkap dengan cerita perjuangannya melawan kanker payudara. Berbeda dari yang lain, aku melihat Mbak Indah Nuria lebih optimis dan lebih ceria menghadapi penyakitnya. Mbak Indah pun tetap optimis dan ceria menjalani hari-harinya termasuk menjalani pekerjaan kantornya.
Berkat mbak Indah juga aku jadi menyadari bahwa kanker payudara bukanlah penyakit yang perlu ditakuti karena bisa disembuhkan. Mbak Indah yang menyadarkan aku tentang pentingnya deteksi dini kanker payudara. Semakin dini terdeteksi maka kesempatan untuk bisa sembuh dari kanker akan semakin tinggi.
Satu kalimat positif dari mbak Indah yang melecutku untuk mensyukuri atas apapun yang Allah berikan adalah kalimat berikut ini :
Selain itu, berdasarkan cerita Yulia dan mbak Indah Nuria aku menyadari bahwa dukungan dari keluarga, sahabat dan orang-orang terdekat sangatlah berarti bagi para penderita kanker. Jadi, sudahkah kita menunjukkan dukungan dan kepedulian pada para penderita kanker di sekitar kita? Jangan lupa juga kita harus mulai menyosialisasikan pentingnya deteksi dini kanker payudara. Kita bisa memulainya dengan mengikuti kampanye #finishthefight #gopink #breastcancerawareness bersama-sama.
perempuan tuh tpt penyakit mengerikan pd betah ya mbak. duh naudzubillaahi min dzaalik.
BalasHapusItu makanya kita kudu peduli dengan tubuh kita ya mbak :)
Hapusiya mba..dukungan dari keluarga dan orang2 terdekat sangat berarti buat mereka ya...
BalasHapusBener banget mbak... cinta dan penerimaan dari keluarga dan orang2 terdekat memberikan energi yang luar biasa untuk melawan penyakit itu
HapusHari jumat dan sabtu kemarin pacar ku menjadi panitia acara di salah satu mal kota Bandung. Acaranya memberikan dukungan bagi para penderita kanker.
BalasHapusWah pacarmu keren sekali.... semoga banyak yang mengikuti jejaknya memberikan dukungan bagi para penderita kanker ya
HapusUlasannya mantap dan komplit
BalasHapusPasti sering melakukan SaDaRi
Semoga berjaya dalam GA
Salam hangat dari Jombang
Wah ngimpi apa aku semalam sampai2 tulisanku disambangi Pakde nih?
HapusTerimakasih doanya Pakde dan salam hangat dari Madiun
Quotenya bagus banget. Ini mengingatkan kita bahwa penyakit atau musibah yang ada datangnya dari Allah Swt. Jika pengen sembuh ya minta sama Dia dengan cara yang benar. Perbaiki diri, Mungkin saja sakit kita Allah kasih supaya kita sadar, atau menegur kita. Dengan adanya penyakit, kita jadi lebih rajin ibadah.
BalasHapusSepakat pak! Itu makanya quote dari breast cancer fighter itu sengaja aku post di sini untuk menyemangati diriku sendiri dan juga orang2 yang sempat membaca tulisan ini
Hapussuka banget dengan kata motivasi kerennya dalam breast cancer fighter campaign itu ya Bund..semoga bisa support semangat para penderitanya .
BalasHapusartikel bermanfaat. thanks
BalasHapusEdukasi kanker payudara perlu lebih digencarkan, juga tentang kemungkinan kanker payudara bagi para bapak/laki-laki.
BalasHapusharus sadari dari sekarang ya
BalasHapuskita itu memang harus sayang ma diri yah Mbak, harus care, klo ada sesuatu gak boleh disepelehin.. tapi kadang parno Mbak klo harus ke dokter, saya tuh paling takut klo dokter mendiagnosa bla bla bla.
BalasHapusSadari berperan sangat penting mbaa..dan aku terbantu juga karenanya..
BalasHapusThanks for joining my GA #finishthefight #gopink #breastcancerawareness ...really appreciate it :)
Dukungan keluarga dan deteksi penyakit sedini mungkin itu penting sekali. Thanks postingannya. Salam kenal :D
BalasHapusbanyak ibu2 muda yang gk tau caranya mendeteksi. tau2 nya sudah telat
BalasHapussel kanker ini menurun kan yaaa >?? sama yg di alami angelina jolie itu. Tapi kalo kita jaga pola makan dan gaya hidup sehat, insya allah bisa di cegah yaa
BalasHapusbetul kalau sudah stadium 3 susah di sembuhkan
BalasHapuspayudara sangatrentan dengan kanker
BalasHapus