Seumur hidupku, aku belum pernah sekalipun berkesempatan untuk datang ke Aceh. Tak banyak juga yang aku ketahui tentang Aceh, apalagi aku tak punya teman dari Aceh yang memfasilitasiku untuk mengenal Aceh lebih jauh. Namun bukan berarti aku tak mengenal Aceh sama sekali dan bukan berarti Aceh tak memberi kesan padaku.
Tentu saja, sejak sekolah dulu aku sudah mengenal provinsi paling barat di Indonesia itu. Namun, kesan mendalam tentang Aceh baru muncul di hatiku setelah suatu hari guru sejarahku bercerita tentang Perang Aceh. Aku begitu kagum sewaktu mengetahui bahwa Belanda membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menundukkan Rakyat Aceh.
Tahun 1873 Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh karena Kerajaan Aceh menolak dengan keras untuk mengakui kedaulatan Belanda. Namun ternyata tak mudah menaklukkan Aceh. Belanda sempat putus asa dan menganggap mereka telah gagal merebut Aceh.
Setelah sekian lama gagal menaklukkan Aceh, akhirnya Belanda membuat siasat baru. Belanda memerintahkan Dr. Snouck Hurgronje seorang ahli yang berpura-pura masuk Islam. Dr. Snouck mengadakan penelitian tentang kehidupan masyarakat Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil.
Meskipun Pemerintah Hindia Belanda secara resmi menyatakan Perang Aceh berakhir pada tahun 1904, dalam kenyataannya tidak. Perlawanan rakyat Aceh terus berlangsung sampai tahun 1912. Bahkan di beberapa daerah tertentu di Aceh masih muncul perlawanan sampai menjelang Perang Dunia II Tahun 1942. Saat agresi Belanda yang kedua, Aceh-lah satu-satunya wilayah yang tidak dapat dikuasai Belanda. Bisa dikatakan bahwa Perang Aceh adalah perang terlama dan paling banyak merugikan pihak belanda sepanjang sejarah perang kolonial Belanda di Indonesia.
Semua itu menanamkan kesan di hatiku bahwa Aceh sungguh istimewa. Rakyat Aceh adalah rakyat yang gigih, pantang menyerah dan 'keras kepala'. Ya, Aceh dan rakyat Aceh memang istimewa. Karena keistimewaannya dan karena sejarah masa lalunya itulah maka untuk Provinsi Aceh diberikan Keistimewaan dalam pendidikan, adat dan peran Ulama dalam pembangunan Aceh bersasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Selanjutnya, untuk menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh maka Aceh ditetapkan sebagai Daerah Otonomi Khusus yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001. Kekhususan itu meliputi kewenangan dalam :
Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melahirkan harapan dan membuka peluang untuk tumbuhnya kreativitas, diskresi dan kebebasan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta masyarakat Aceh pada umumnya untuk menemukan kembali indentitas diri dan membangun wilayahnya.
Semua hal di atas, mulai dari Perang Aceh, menjadi Daerah Istimewa sampai pemberian otonomi khusus bagi Aceh, membuktikan bahwa Aceh memang istimewa. Jadi, tak salah kesan yang muncul waktu aku masih kecil dulu, bahwa Aceh memang benar-benar istimewa. Apakah kalian sependapat denganku?
Tulisan ini aku ikutkan dalam Aceh-Giveaway yang diselenggarakan oleh Meutia. Maaf kalau bahasannya kurang menarik, maklum sebagai abdi negara sudut pandangku tentang Aceh tak jauh dari urusan pemerintahan juga (^_^). Semoga tidak mengecewakan.
Tentu saja, sejak sekolah dulu aku sudah mengenal provinsi paling barat di Indonesia itu. Namun, kesan mendalam tentang Aceh baru muncul di hatiku setelah suatu hari guru sejarahku bercerita tentang Perang Aceh. Aku begitu kagum sewaktu mengetahui bahwa Belanda membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menundukkan Rakyat Aceh.
Tahun 1873 Belanda menyatakan perang terhadap Kerajaan Aceh karena Kerajaan Aceh menolak dengan keras untuk mengakui kedaulatan Belanda. Namun ternyata tak mudah menaklukkan Aceh. Belanda sempat putus asa dan menganggap mereka telah gagal merebut Aceh.
Setelah sekian lama gagal menaklukkan Aceh, akhirnya Belanda membuat siasat baru. Belanda memerintahkan Dr. Snouck Hurgronje seorang ahli yang berpura-pura masuk Islam. Dr. Snouck mengadakan penelitian tentang kehidupan masyarakat Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil.
Meskipun Pemerintah Hindia Belanda secara resmi menyatakan Perang Aceh berakhir pada tahun 1904, dalam kenyataannya tidak. Perlawanan rakyat Aceh terus berlangsung sampai tahun 1912. Bahkan di beberapa daerah tertentu di Aceh masih muncul perlawanan sampai menjelang Perang Dunia II Tahun 1942. Saat agresi Belanda yang kedua, Aceh-lah satu-satunya wilayah yang tidak dapat dikuasai Belanda. Bisa dikatakan bahwa Perang Aceh adalah perang terlama dan paling banyak merugikan pihak belanda sepanjang sejarah perang kolonial Belanda di Indonesia.
Semua itu menanamkan kesan di hatiku bahwa Aceh sungguh istimewa. Rakyat Aceh adalah rakyat yang gigih, pantang menyerah dan 'keras kepala'. Ya, Aceh dan rakyat Aceh memang istimewa. Karena keistimewaannya dan karena sejarah masa lalunya itulah maka untuk Provinsi Aceh diberikan Keistimewaan dalam pendidikan, adat dan peran Ulama dalam pembangunan Aceh bersasarkan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Selanjutnya, untuk menghargai kesetaraan dan keragaman kehidupan sosial budaya masyarakat Aceh maka Aceh ditetapkan sebagai Daerah Otonomi Khusus yang diatur dengan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2001. Kekhususan itu meliputi kewenangan dalam :
- pelaksanaan Syari’at Islam
- diakuinya peran Wali Nanggroe dan Tuha Nanggroe sebagai Penyelenggara Adat, Budaya, dan Persatu Masyarakat,
- mendapatkan dana perimbangan keuangan yang besar dari daerah lain
- ditetapkan Qanun sebagai Peraturan Daerah.
Pemberian Otonomi Khusus bagi Provinsi Daerah Istimewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam melahirkan harapan dan membuka peluang untuk tumbuhnya kreativitas, diskresi dan kebebasan bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota serta masyarakat Aceh pada umumnya untuk menemukan kembali indentitas diri dan membangun wilayahnya.
Semua hal di atas, mulai dari Perang Aceh, menjadi Daerah Istimewa sampai pemberian otonomi khusus bagi Aceh, membuktikan bahwa Aceh memang istimewa. Jadi, tak salah kesan yang muncul waktu aku masih kecil dulu, bahwa Aceh memang benar-benar istimewa. Apakah kalian sependapat denganku?
Tulisan ini aku ikutkan dalam Aceh-Giveaway yang diselenggarakan oleh Meutia. Maaf kalau bahasannya kurang menarik, maklum sebagai abdi negara sudut pandangku tentang Aceh tak jauh dari urusan pemerintahan juga (^_^). Semoga tidak mengecewakan.
*dari berbagai sumber*
sama yah.... aku belum pernah ke aceh... tapi aku pernah survei kerja di medan... dan ternyata menurut orang medan, banyak hal tidak mengenakkan yang menjadi kesan tentang aceh,,,,
BalasHapusentahlah, apakah aceh separah itu, mungkin karena saya lagi ngobrol nya sama supir turis yang memang obrolan yang didengarnya berasal dari kalangan kasar...
tapi, jujur, aku ingin sekali bisa berkesempatan ke aceh juga... karena seperti tante jabarkan di atas, sejarahnya sungguh panjang dan memang segalanya masih terasa historis di sana.... aceh salah satu kekayaan heritage indonesia pastinya, dan itulah sebab kita perlu tahu beberapa tentang sejarah dan peninggalannya di sana ^^
sama mbak aku juga belum pernah ke aceh, paling makan mie aceh aja :)
BalasHapussemoga menang ya
wah mba ren, smoga menang ya :) aku jg gak bgt tau ttg aceh paling sdikit makananya aja dan crt ttg cut nyak dien aja yang msh sdikit inget he..he..
BalasHapusaku yg disumatera aj lum pernah ke aceh hehe, nice post mbak :)
BalasHapusWah, belum lama saya baca di postingannya Mba Meutia, kalau Mba Reni masih bingung cari ide nulis tentang Aceh...eh, sekarang sudah posting tentang Aceh...cepet juga ya datangnya ide. Hebat deh, Mba Reni....
BalasHapusSmoga sukses....
mbak, it just a GREAT post. seakan mengingatkan saya kembali kepada sejarah masyarakat Aceh dan para ulama..
BalasHapusterima kasih utk postingannya. terima kasih karena telah mengikuti giveaway saya :D
tapi sempet baca beberapa referensi ya. menarik mbak Reni
BalasHapus@Wied >> mbak, pendapat sopir itu bahwa banyak hal tidak mengenakkan yang menjadi kesan tentang aceh... mungkin ada benarnya juga. Mungkin hal yg sama juga akan dirasakan dari setiap etnis dan suku bangsa yang ada di negara ini. Maklum, semua punya kelebihan dan kekurangan masing2 jika dinilai oleh masing2 individu secara pribadi. Dan itu memang wajar saja, kan? Yukkk.... kita ke Aceh bareng2... :)
BalasHapus@Lidya >> Mbaaaakkk..., aku malah belum pernah makan mie Aceh. Enak gak sih? #pengen
@Nita >> yang aku ingat tentang Aceh adalah kesan yg kudapat waktu guruku bercerita tentang sejarah Aceh waktu aku masih kecil dulu. Tapi utk membuat tulisan di atas, aku cari dulu referensi karena udah banyak yg lupa... hehehe
@Aulawi >> Oalah Bang... ternyata kita sama ya? hehehe
@Bang Pendi >> awalnya aku ingin posting tentang hal2 yg lebih menarik di Aceh, tapi karena tak dapat ide juga, akhirnya idenya tentang kesanku waktu aku masih kecil dulu.
@Meutia >> aku senang sekali akhirnya bisa ikutan giveaway ini... :)
@Ami >> Iya mbak.., agar tak salah (karena menyangkut sejarah) aku harus menggali referensi yg bisa mendukung kesanku thd Aceh waktu aku kecil dulu :)
ya Mbak, Aceh memang special ya
BalasHapusaku sendiri pingiiiiiiiiiiiiiiin banget ke Aceh loh... merasakan sendiri ke special an nya gitu
semoga suatu hari nanti