Pages

Rabu, Mei 07, 2014

Saat Aku Harus Move On


Seperti manusia lainnya, aku juga pernah merasakan sedih, kecewa ataupun sakit hati. Bahkan aku pun pernah merasakan berada dalam masa yang sangat sulit. Hal seperti itu aku alami dan aku rasakan dari dunia kerja yang aku masuki. Pernah karena kesalahpahaman, aku (dan teman-teman satu tim) "dianaktirikan" oleh teman-teman lain di kantor. Namun, saat itu karena kami menghadapinya bersama-sama (satu tim kami terdiri dari 6 orang) jadi tak terlalu terasa memberatkan. Dan, untungnya kesalahpahaman yang terjadi dapat segera terselesaikan.

Yang kedua, adalah cobaan dari dunia kerja yang terberat yang pernah aku rasakan. Seorang teman kantor yang dulunya dekat denganku berbalik arah memusuhiku karena ternyata akulah yang mendapatkan "tempat" yang diincarnya sejak lama. Banyak sekali orang yang memprediksi bahwa temanku itulah yang kelak akan mendapatkan "tempat" itu dan tak ada yang menduga (aku pun tidak) bahwa akulah yang mendapatkannya. Awalnya sih temanku itu berusaha untuk menerimanya, namun seiring berjalannya waktu entah mengapa dia berbalik arah dan menusukku dari belakang.

Dunia kerja memang tak selamanya ramah dan menyenangkan bagi perempuan. Tempat kerja yang semula menyenangkan, menjadi seperti neraka hanya gara-gara ada yang merasa iri atas pencapaian yang kuperoleh. Sangat menyedihkan saat orang yang iri tersebut mulai menyebar fitnah kemana-mana tentang aku. Di belakangku, dia sangat bersemangat mengatakan berbagai hal yang tak benar tentangku. Yang lebih menyakitkan adalah orang tersebut dulunya adalah teman dekatku dan juga suamiku.

Terus terang aku sulit percaya bahwa orang yang dulunya dekat denganku tega menusuk dari belakang, hanya gara-gara jabatan. Sampai sekarang hubungan kami tak kunjung membaik, dan dia pun tak bosan terus menerus berkata buruk tentangku kemana-mana. Aku selama ini sudah menahan diri untuk tidak membalasnya, walaupun aku punya 'modal' untuk menjatuhkannya, karena selama ini kami dekat sehingga aku tahu dimana titik lemahnya.

Yang membuat keadaan semakin berat pada saat itu adalah pandangan kasihan dari orang-orang di sekitarku yang mengetahui aku sedang menghadapi masalah yang berat. Semakin terasa berat adalah saat orang-orang yang belum mengenalku jadi memandang sinis ke arahku karena termakan segala berita buruk dan tak benar tentang aku. Rasanya aku ingin berteriak pada semua orang untuk menjelaskan yang sebenarnya terjadi.  Namun, akhirnya aku sengaja memilih diam dan tak melakukan suatu apapun juga untuk meluruskan semua perkataan negatifnya tentangku. Aku hanya pasrah dan berharap waktu akan menunjukkan segala kebenarannya.

Setelah aku terpuruk selama sekian lama, shock atas apa yang dilakukannya padaku, aku pun mulai berpikir untuk move on. Aku harus bergerak keluar dari segala kesedihan, kekecewaan dan rasa sakit hati. Tentu saja, keputusan untuk move on ini tak mudah aku jalankan... apalagi setiap aku berusaha melupakan rasa sakit hatiku, selalu saja aku dengar lagi berita tentangnya yang masih saja sibuk menusukku dari belakang. Namun aku terus berusaha menguatkan hati untuk bisa move on.

Pertimbanganku untuk memutuskan move on adalah :
  • Aku tak bisa mengharapkan temanku itu untuk move on dari rasa sakit hati dan rasa irinya terhadapku "hanya" gara-gara aku mendapatkan "tempat" yang diincarnya sejak lama. Aku tak bisa memaksanya untuk berhenti membenciku dan menyebarkan berita buruk tentangku.
  • Jika orang lain tak bisa diharapkan untuk memperbaiki keadaan, maka aku yang harus bergerak sendiri. Aku tak ingin berlama-lama "menikmati" penderitaan yang aku rasakan. Aku ingin kembali merasa bahagia dan tak menyalahkan siapa-siapa atas masa sulit yang aku jalani. Untuk itu, aku harus bisa segera bergerak keluar dari masa-masa muramku.

Setelah aku berhasil move on, aku tak lagi sakit hati dan sedih saat aku mendengar bahwa temanku itu lagi-lagi berbicara buruk tentang aku. Aku jadi merasa kasihan kepadanya, yang sampai sekarang hatinya dipenuhi perasaan marah dan iri kepadaku. Aku membayangkan betapa lelahnya menjadi dia, yang hatinya menolak untuk berdamai dengan keadaan dan menerimanya sebagai yang terbaik baginya sesuai ketetapan Allah.

Saat-saat menyedihkan itu aku jadi semakin mengenali siapa teman sejati. Aku bersyukur sekali bahwa ternyata aku mempunyai banyak teman kerja yang baik dan percaya padaku. Mereka setia menguatkan aku saat aku diterpa fitnah-fitnah keji dari temanku itu. Dukungan dan kasih sayang keluarga dan teman-teman kerjaku yang lain membuat langkahku kian ringan untuk tak lagi berfokus pada segala kesedihanku.

Sekarang, aku merasa bahwa aku lebih kuat dan mentalku kini jauh lebih siap dalam menghadapi intrik di dunia kerja. Dan, kesabaranku menghadapi masa-masa itu pun kini berbuah manis, karena kini aku justru bisa melangkah setingkat lebih tinggi sementara temanku itu sampai sekarang tetap jalan di tempat dan jauh tertinggal di belakangku.

Kini, aku hanya bisa berdoa agar temanku itu tak lagi menyimpan rasa irinya terhadapku. Semoga dia bisa segera move on dan hatinya lebih ringan tanpa disesaki oleh kebencian. Aamiin.



Ayo bangkit generasi MOVE ON! Ikutan BIRTHDAY GIVEAWAY: MOVE ON yuuuk

19 komentar:

  1. kadang malah kasihan ya mbk lihat org yg sengaja jelek2in kita.....kasihan krn org akan tahu dia itu sepeti apa....
    sukses ya mbk lombanya ;)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mak, semakin dipikirkan, justru dia yang patut dikasihani.
      Orang2 jadi tahu bahwa hatinya penuh dengan kedengkian.

      Hapus
  2. temannya patut dikasihani,
    tapi dia adalah cermin terbaiknya mbak, secara dia berusaha mencari semua kekurangan mbak di tempat kerja, tinggal memperbaiki diri, dia harus dihadiahi terimakasih yang banyak itu mbak, biar move on juga,
    sukses di GA-nya.

    BalasHapus
  3. iyah mak,,kita harus segera move on agar menjadi manusia yg berkualitas :)

    BalasHapus
  4. Biar aja dia capek sendiri Mba, hehehe.
    Salam kenal :)

    BalasHapus
  5. duh...duh...
    paliiiing males sama temen yang sukanya menikam dari belakang kayak gitu yah mbaaaa...
    TInggalkaan aja mba, supaya energi & aura kita bisa semakin baiiik :)

    Tapi....tapi...aku masih belum bisa move on dari Do Min Joon inih gimana urusan nya dong mbaaaa...hihihi..

    BalasHapus
  6. makanya motto gaul saya dong dipake, "nyantey kaya dipantey"...supaya enjoy selalu ngadepin onak dan duri...:o)

    moga juara kontesnya yah

    BalasHapus
  7. Obat hati itu memang tidak mudah, rasa sakit dan nyesek didada. Siapa lagi jika bukan diri kita sendiri yang harus move on. suasan sekitar tidak nyaman jangan sampai mempengaruhi suasana dalam hati.
    kerja dan kerja memang ada titik jenuhnya. yuk bersantai ria !

    BalasHapus
  8. yang penting tetap semangat

    BalasHapus
  9. mantab Mba reni cerita move onnya..

    Good luck ya..

    BalasHapus
  10. saluuuuuuuuuuuuuuuut buat Bu Reni yang selalu bangkit move on kalo urusan giveaway
    hehehehhee..... mbok ya aku ditulari semangatnya ini lhooo

    BalasHapus
  11. Memang tidak mudah melakukannya, Mba Reni. Move on memang mudah diucapkan namun sulit dilaksanakan. Namun, dengan niat yang kuat untuk mengakhiri penderitaan karena cukup sudah 'menikmatinya' selama ini, adalah modal awal agar move on itu dapat kita jalankan dengan baik.
    Sepakat dengan Mba Reni, hayuk move on, jangan lama2 menikmati penderitaan, karena menikmati kebahagiaan adalah jauh lebih baik dan lebih menyenangkan. Hehe.
    Sukses untuk ngontesnya, ya, Mba Reni!

    BalasHapus
  12. move on emang susah.. tapi kalo udah bener2 move on kita pasti mikir,"yaelah.. knapa gw gitu2 amat ya dulu..."

    main ke blog saya ya mbak.. :D

    BalasHapus
  13. cepat move on, jgn kelamaan diam di tempat

    BalasHapus
  14. balik lagi kesini memberi suport do'a dan di tutwurihandayaniin dari cilembu nih.
    pokoknya maneng kontesnya...yakin

    BalasHapus
  15. klu dah nyangkut masalah dgn temen deket emang paling gak uenak ya mbak :)

    BalasHapus
  16. Mba Reni kuat loh menghadapi dunia kerja..aku termasuk orang yg ga kuat menghadapi dunia kerja. Tp aku bersyukur pernah mengalami dunia itu..:)

    BalasHapus
  17. Wah... dunia kerja yang penuh dinamika, Mak. Aku dulu kerja kantoran gak sampai begitu. Tapi, Mbak Reni hebat, bisa move on dari itu. Aku itu orang yang susah untuk move on. Makasih shringnya, Mbak. :)

    BalasHapus
  18. untuk urusan dunia kerja Fenny juga pernah keluar karena ga tahan dengan perlakuan rekan mbak :( Makasih sudah ikutan ...TERCATAT ya mbak

    BalasHapus

Komentarnya dimoderasi dulu ya? Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. (^_^)