Pages

Rabu, April 16, 2014

Giveaway : Serunya Dongeng Anak


Kalau bicara soal dongeng, aku pasti akan ingat Mbah Putri. Dulu, sewaktu aku kecil, Mbah Putri yang rajin mendongeng untukku dan juga adikku. Dongengnya sih yang paling aku ingat ya "Kancil Nyolong Timun". Pada jamanku, dongeng itu sudah top banget. Tapi, jujur saja, aku kurang suka sih sebenarnya dongeng kancil itu. Makanya, aku selalu minta Mbah Putri mendongeng yang lain saja.

Kalau Ibu dan Bapak sih, sejauh yang aku ingat, jarang sekali mendongeng untuk aku. Mungkin karena Ibu memang sudah 'kehabisan' waktu untuk mendongeng (mengingat kegiatannya yang seabreg-abreg itu) atau memang jatah mendongeng sudah diminta oleh Mbah Putri. Kalau Bapak sih pendiam, jadi sepertinya beliau kurang ahli juga kalau disuruh mendongeng. Malah kubayangkan, kalau Bapak yang mendongeng mungkin aku dan adikku tertidur saking bosennya hehehe.

Namun, masa kecilku tak bisa dilepaskan dari dongeng. Bapak dan Ibu beberapa kali membelikan aku buku-buku dongeng HC Andersen. Aku suka sekali membaca dongeng HC Andersen, apalagi yang bercerita tentang kerajaan dan putri-putri raja yang cantik-cantik itu. Aku juga senang sekali memandangi gambar-gambarnya. Sayangnya, buku-buku HC Andersen itu kini sudah tak ada lagi, habis dimakan rayap.


Buku Dongeng Anak Karya HC Andersen (sumber)


Buku Dongeng Anak Karya HC Anderse (sumber)

Namun, dari semua dongeng HC Andersen aku paling tak suka dengan "Gadis Korek Api". Menurutku cerita Si Gadis Korek Api itu sangat mengenaskan dan aku yang saat itu juga masih berstatus bocah, rasanya tak terima ada anak kecil lain yang hidupnya menderita. Aku makin tak suka, karena endingnya tidak seperti yang kuharapkan. Aku ingin ending yang membahagiakan soalnya.


Gadis Korek Api (sumber)

Sebenarnya, selain buku dongeng karya HC Andersen, Bapak juga membelikan aku beberapa buku tentang dongeng lokal dari berbagai daerah di Indonesia. Aku juga suka sekali membaca komik-komik lawas koleksi Bapak saat beliau masih kecil dulu, seperti Komik Sri Asih, Mandrake, dll. Sayangnya, seperti juga koleksi buku HC Andersen, buku-buku yang lain itu juga sudah musnah dimakan rayap. Sedih banget waktu saat melihat koleksi buku kami bener-bener hancur dimakan rayap.

Tak puas membelikan aku buku dongeng, Bapak dan Ibu juga membelikan aku kaset Sanggar Cerita. Ada banyak sekali kaset Sanggar Cerita yang kami miliki saat itu. Aku juga tak bosen memutar kaset itu berulang kali. Cerita seperti Cinderella, Timun Emas, Bawang Merah Bawang Putih, Putri Bulan dan lain-lain sampai aku hafal dialognya karena seringnya aku memutar kasetnya. Selain itu, Bapak dan Ibu juga membelikan kaset cerita anak-anak lain seperti Tangan-tangan Mungil, Jendral Kancil, dll. Namun setelah aku dan adikku beranjak dewasa dan saat era kaset berlalu, maka koleksi kaset kami berpindah tangan.


Kaset Cerita Anak (sumber)


Kaset Sanggar Cerita (sumber)

Oya, saat itu di TVRI juga ada lho tayangan khusus untuk anak, yang judulnya Cerita Untuk Anak. Aku seneng sekali melihat acara itu, dulu. Tapi sayang ya, di saat stasiun televisi kian banyak, justru acara anak-anak sangat sedikit. Malah yang paling banyak adalah kartun, padahal tak semua kartun anak itu mendidik.

Itu tadi cerita dongeng pada jaman aku kecil (dan itu sudah puluhan tahun yang lalu, hehehe). Sekarang kita bahas soal dongeng pada jaman Shasa kecil dulu (dan itu baru beberapa tahun yang lalu kok). Aku dulu selalu menemani Shasa menjelang tidur malam, dan sebelum tidur itulah aku mendongeng untuknya. Dongeng itu aku ambilkan dari buku-buku dongeng yang sudah kubelikan untuknya, namun belum mampu dibacanya sendiri. Atau terkadang aku ambilkan dongeng dari majalah anak-anak. Aku selalu senang memilih dongeng yang pendek-pendek, karena biasanya setelah mendengarkan dongeng itu kami akan membahas tentang pelajaran yang dapat diambil dari dongeng itu. Nah, kalau pembahasan ini seringkali jadi panjang lebar, karena aku menunjukkan contoh-contohnya dari dunia nyata.

Namun, seringkali aku kehabisan bahan untuk mendongeng. Maklum saja, jika harus mendongeng setiap hari, maka buku cerita milik Shasa dan juga majalah anak-anak yang ada di rumah tak mencukupi jumlahnya. Kalau aku harus mengarang dongeng sendiri, aku bukan ahlinya! Akhirnya aku mencari dongeng anak-anak di internet. Dongeng-dongeng itu aku print (di kertas bekas) untuk aku bacakan pada Shasa saat dia mau tidur. Aku semangat sekali saat menemukan banyak dongeng anak yang bagus di internet. Saking semangatnya aku sampai ngeprint dongeng sebanyak 6 bendel lho.


ini 6 bendel dongeng yang masih aku simpan

tuh kelihatan kan kalo kertas yang dipakai adalah kertas bekas

Di bawah judulnya, aku cantumkan sumbernya

Aku juga sempat membeli kumpulan buku dongeng dunia “Istana Dongeng” yang diterbitkan PT. Tira Pustaka, tahun 1997. Aku membelinya dari adikku yang saat itu bekerja di sebuah perusahaan yang menjual aneka jenis barang lewat sales-sales mereka. Karena aku membeli langsung dari kantornya (lewat adikku) jadi aku bisa membeli buku itu dengan harga pokok. Tapi, aku sudah lupa harus bayar berapa saat itu.

Aku tertarik membeli kumpulan buku dongeng dunia "Istana Dongeng" itu karena unik. Buku-buku dongengnya berjumlah 12 buah dan semuanya kecil-kecil (sebenarnya terlalu kecil menurutku) yang diatur di dalam wadahnya yang seperti rak buku. Satu rak diisi 4 buku, jadi buku-buku itu tersusun dalam 3 lapisan rak buku. Nah, rak buku itu ada tutupnya, tapi kalau ditutup jadi seperti bangunan istana lengkap dengan jendela dan pintu gerbangnya. Menariknya, pintu gerbang itu bisa dibuka-tutup lho. Oya, selain itu ada juga 10 buah standing figure penghuni istana seperti raja, ratu, pangeran, putri, pelayan dan badut istana. Shasa senang sekali mengelarkan seluruh buku yang ada di dalamnya dan memainkan standing figure itu di “Istana Dongeng”-nya.

Selain itu, buku dongeng itu juga menarik perhatian Shasa. Yang pertama tentu saja karena bentuknya yang imut-imut, kemudian juga karena buku itu penuh warna. Semua gambar yang ada dalam buku-buku itu berwarna semua. Gambar-gambarnya juga bagus-bagus. Selain itu huruf-hurufnya juga jelas terbaca, meskipun bukunya super imut hehehe.


tampak depan dan belakang Istana Dongeng

gerbangnya bisa dibuka

"rak buku" di dalamnya

inilah 12 buku yang ada di dalamnya

seperti ini "penampakan" dalam dari buku itu
semua foto diambil dari sini

Koleksi buku milik Shasa pernah aku publish di sini. Tapi, banyak buku cerita anak koleksi Shasa yang sudah aku hibahkan. Kalau kumpulan buku dongeng dunia "Istana Dongeng" sudah diambil alih keponakanku yang kepincut dengan tampilannya. Saat ini hanya tinggal beberapa buku cerita saja yang ada di rumah.




Buku-buku di atas sudah banyak yang aku hibahkan



Beberapa buku cerita milik Shasa yang masih tersisa

Oya, aku ada cerita menarik saat dulu aku masih getol cari dongeng anak-anak di internet. Suatu saat aku menemukan sebuah cerita / dongeng anak yang telah ditulis ulang lagi oleh seseorang. Namun, aku menemukan keanehan pada tulisan tersebut. Orang yang menulis ulang dongeng itu memberikan catatan di akhir dongeng. Lucunya, catatan itu berisikan pertanyaan-pertanyaan menyangkut kewajaran ceritanya. Dia juga mempertanyakan kesederhanaan ceritanya. Lebih lucu lagi dia mempertanyakan cerita itu dan menyangkutpautkannya dengan politik. Menurutku aneh, orang itu ingin menyampaikan "cerminan" politik lewat dongeng anak. Untuk lebih jelasnya bisa mengintip tulisanku tentang hal itu di sini.

Wah, tak terasa sudah banyak sekali yang aku ceritakan soal dongeng ya? Hehehe, ternyata seru juga ngobrolin dongeng anak. Itulah pengalamanku soal dongeng, bagaimana pengalamanmu sobat?

Tulisan ini diikutkan dalam Giveaway Semua Tentang Dongeng Anak

12 komentar:

  1. sayang sekali ya mba Reni, koleksi bukunya banyak yg dimakan rayap. Saya jadi ingat ttg sanggar cerita, saya juga dulu pernah mendengarkan dongeng lewat kaset dari sanggar cerita tsb :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mak Santi... sayang banget. Buku yang disimpen sejak lama, eh dalam sekejap hancur gegara rayap!
      Trus koleksi kaset sanggar ceritanya masih ada Mak?

      Hapus
  2. Dongeng untuk anak emang nggak ada matinya mbak Ren,,,selain membantu nalar anak mencerna dan memahami sebuah cerita, juga bisa menambah kosakata baru untuk anak,,,

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener banget itu... bagi anak2 dongeng adalah hal yang menyenangkan :)

      Hapus
  3. seru banget mbk,dan saya g pernah baca buku dongeng waktu kecil,,sukanya mbolang kesana kemari hehe,,,pertama kali dongeng itu tahun 2012,pas ngajar PG/TK hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah gak pernah baca dongeng? Kok bisa Mak?

      Hapus
  4. Mak reni, aku belum punya semua buku dongeng itu *modus*
    Terima apkiran nih.. hihi

    Btw, tulisan mak reni jadi menginspirasi saya, kali aja bisa mendongeng minimal buat si baby.
    Sukses deh, MENANG!!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Walah mak Yuli.. itu buku2 shasa sudah banyak yang berpindah tangan hehehe

      Hapus
  5. Jadi terkenang komik HC Andersen jaman saya kecil dulu, saya sukaaa sekali. Mbak Reni sangat rapi menyimpan koleksinya, ya. Ohya, waktu Kakang masih kecil, punya juga koleksi "Istana Dongeng" yang berisi selusin buku cerita mini itu. Seruu, tiap malam saya bacain itu buku sampai lecek dan terlepa jilidnya hehe
    Sukses, ya, mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. Teh Ani... itu foto2 di atas banyakan aku ambil dari gugel Mak... soalnya buku2ku banyak yg sudah dihibahkan ataupun rusak dimakan rayap

      Hapus
  6. Aku juga, yg suka ngedongengin itu ya nenek. Dongeng ttg si kancil yg cerdik, ttg kucing dan anjing yang berantem hehehe bikin kangen ama masa2 itu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ternyata dongeng2 fabel memang banyak digemari ya?

      Hapus

Komentarnya dimoderasi dulu ya? Terimakasih sudah mampir dan meninggalkan jejak. (^_^)