Bicara soal berkah..., aku punya satu cerita tentang berkah luar biasa yang aku terima pada bulan Agustus. Tepatnya 2 Agustus 1998 yang lalu. Sebuah berkah yang selalu dan selalu aku syukuri. Aku tak akan pernah melupakannya. Berkah itu adalah momen spesial dimana aku resmi menyandang predikat seorang istri! Yups... berkahku di bulan Agustus adalah pernikahanku!
Menikah memang impian bagi siapa saja, demikian juga aku. Bisa menggelar resepsi pernikahan (walaupun sederhana) juga menjadi salah satu impianku. Memasuki tahun 1998, kami sudah memutuskan akan menggelar pernikahan pada bulan Agustus tahun itu juga. Kami pun mulai menyusun dan mengatur segala sesuatunya. Namun apa mau dikata... krisis ekonomi melanda Indonesia. Bahkan memasuki bulan Mei 1998, Indonesia bergolak!
Kerusuhan Mei 1998 tak hanya terjadi di Jakarta, namun juga merembet ke daerah-daerah. Kerusuhan yang diawali oleh terjadinya krisis ekonomi yang sangat berdampak pada masyarakat luas. Harga-harga barang kebutuhan pokok melonjak drastis, bahkan mencapai kenaikan sebesar 100%. Keadaan di berbagai tempat tak lagi aman. Hal ini tentu saja membuat kami harus mengatur dan menyusun ulang rencana pernikahan kami. Anggaran yang semula dirasa cukup, tiba-tiba menjadi sangat tidak mencukupi.
Sejujurnya, kedua orangtuaku sangat menginginkan bisa menggelar resepsi pernikahanku di gedung. Alasan pertama karena pernikahanku adalah hajatan pertama yang mereka gelar. Dan karena aku anak pertama, kedua orang tuaku ingin menggelar acara bubakan. Selain itu, rumah kedua orangtuaku ada di dalam gang yang sulit untuk menampung banyak tamu.
Kenalan kedua orangtuaku sangat banyak. Apalagi ibuku adalah wanita yang tak hanya punya banyak relasi di dunia kerjanya, namun ibuku juga sangat aktif berorganisasi. Hal itu tentunya membuat ibuku memiliki banyak kenalan yang hendak diundangnya di resepsi pernikahanku. Mengingat banyaknya tamu yang akan diundang, tentunya akan lebih memudahkan jika bisa mengundang mereka semua di gedung dan bukan di rumah kami.
Namun karena krisis ekonomi yang melanda, kedua orangtuaku terpaksa harus membatalkan rencana menggelar resepsi di gedung. Kami pun sudah mulai menyusun berbagai strategi agar kami tetap dapat menggelar pernikahan sekaligus resepsi pernikahan walau sederhana. Jumlah tamu yang akan diundang terpaksa harus dipangkas separonya. Aku pun harus rela hanya mengundang segelintir temanku saja, dan lebih memprioritaskan tamu dari kedua orangtuaku dan juga para kerabat.
Kami pun juga menyusun strategi penghematan yang lain. Menu hidangan yang semula sudah disusun dengan rapi terpaksa harus dirombak kembali. Kami harus mengurangi jumlah aneka menu yang ada, tanpa harus mengurangi jumlah porsinya. Dan rencana menggelar resepsi pernikahan di gedung terpaksa dibatalkan dan dialihkan diselenggarakan di rumah saja. Aku pun mulai membuat undangan yang minimalis demi menghemat anggaran. Undanganku hanya berisi selembar kertas saja untuk menekan biayanya hehehe.
undangan minimalis yang aku buat
Di saat kami mulai gelisah dengan keadaan yang tak menentu saat itu, satu per satu berkah datang pada kami. Bermula dari tawaran calon mertuaku yang menawarkan gedung pertemuan di kantornya sebagai tempat resepsi pernikahanku. Calon ayah mertuaku yang membiayai sewa gedung pertemuan itu, dan karena beliau karyawan di sana maka biayanya juga sangat murah. Alhamdulillah... impian kedua orangtuaku bisa menggelar resepsi pernikahanku di gedung akhirnya dapat terwujud. Lega rasanyaaaa....
Selanjutnya untuk acara akad nikah dan temu pengantin tetap akan dilaksanakan di rumah. Untuk acara itu, kenalan ibu itu meminjamkan terop, kursi, peralatan makan (piring, mangkok dan sendok) secara gratis! Kenalan ibu itu benar-benar tak mau dibayar sama sekali. Alasannya, karena dia sudah menganggap Ibu sebagai saudaranya. Alhamdulillah... berkah yang tak terduga kembali kami terima.
usai acara temu pengantin yang digelar di rumah
Berkah selanjutnya yang kami terima adalah dari MC di pernikahan kami. Sejak acara akad nikah, temu pengantin dan resepsi pernikahan kami, MC nya adalah teman-teman Ibu dan mereka juga tak mau dibayar. Mereka bilang, sumbangan mereka untuk pernikahan kami adalah dengan menjadi MC itu. Alhamdulillah... terimakasih ya Allah atas segala karuniaMu yang tak terduga ini.
Berkah yang tak terhingga yang aku terima dalam acara pernikahanku adalah... restu dari keluarga besar kami. Keluarga dari pihak kedua orangtuaku dan keluarga dari pihak kedua mertuaku banyak sekali yang hadir. Meski saat itu krisis ekonomi melanda, namun mereka meniatkan diri datang jauh-jauh ke Madiun untuk menghadiri pernikahan kami. Aku sungguh senang dan bahagia karena momen bahagiaku itu disaksikan dan dirasakan juga oleh keluarga besar kami.
Kalau sekarang aku melihat foto-foto pernikahanku 17 tahun yang lalu, aku selalu saja terharu. Sungguh tak terbayangkan di saat situasi seperti itu kami masih bisa menggelar resepsi pernikahan di gedung. Hal ini tentunya tak akan terjadi tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sungguh berkah luar biasa dalam hidupku.
saat itu tak terbayang aku bisa menggelar resepsi pernikahanku di gedung
Yang juga perlu disyukuri adalah seluruh rangkaian acara pernikahanku bisa berjalan lancar sesuai jadwal tanpa ada kendala sama sekali. Padahal sebelumnya sudah banyak orang yang kuatir akan munculnya 'penyusup' di resepsi pernikahan kami. Maklumlah, saat itu adalah masa-masa sulit, sehingga banyak kejahatan yang terjadi. Sudah banyak berita tentang munculnya 'penyusup' (tamu tak diundang) di berbagai acara pernikahan untuk menjarah makanan dan juga uang sumbangan. Walau kami sudah menyiapkan petugas untuk mengantisipasi masuknya 'penyusup', Alhamdulillah... sampai resepsi berakhir semua yang kami khawatirkan tak terjadi.
Agustus tahun ini pernikahan kami telah memasuki tahun ke-17. Sebuah perjalanan panjang yang patut disyukuri. Kami telah berhasil melewati berbagai rintangan dan permasalahan dan masih bisa berjalan bersama hingga hari ini. Dan, berdasar pengalamanku itu aku percaya bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hambaNYA yang berniat menjalankan ibadahnya. Telah terbukti bahwa di saat krisis ekonomi, saat harga-harga melonjak 100%, kami tetap dapat menggelar pernikahan sebagaimana yang kami impikan. BerkahNYA kami rasakan lewat bantuan berbagai pihak yang membuat pernikahan impian kami bisa menjadi nyata. Bila Allah telah berkehendak, dalam situasi sesulit apapun (bahkan yang terasa mustahil pun) tetap akan terjadi. Itu pelajaran penting yang aku ambil saat itu.
Itulah cerita salah satu berkah yang aku terima dalam hidupku, yang terjadi di bulan Agustus. Apa berkah yang kau rasakan di bulan Agustus ini?
Menikah memang impian bagi siapa saja, demikian juga aku. Bisa menggelar resepsi pernikahan (walaupun sederhana) juga menjadi salah satu impianku. Memasuki tahun 1998, kami sudah memutuskan akan menggelar pernikahan pada bulan Agustus tahun itu juga. Kami pun mulai menyusun dan mengatur segala sesuatunya. Namun apa mau dikata... krisis ekonomi melanda Indonesia. Bahkan memasuki bulan Mei 1998, Indonesia bergolak!
Kerusuhan Mei 1998 tak hanya terjadi di Jakarta, namun juga merembet ke daerah-daerah. Kerusuhan yang diawali oleh terjadinya krisis ekonomi yang sangat berdampak pada masyarakat luas. Harga-harga barang kebutuhan pokok melonjak drastis, bahkan mencapai kenaikan sebesar 100%. Keadaan di berbagai tempat tak lagi aman. Hal ini tentu saja membuat kami harus mengatur dan menyusun ulang rencana pernikahan kami. Anggaran yang semula dirasa cukup, tiba-tiba menjadi sangat tidak mencukupi.
Sejujurnya, kedua orangtuaku sangat menginginkan bisa menggelar resepsi pernikahanku di gedung. Alasan pertama karena pernikahanku adalah hajatan pertama yang mereka gelar. Dan karena aku anak pertama, kedua orang tuaku ingin menggelar acara bubakan. Selain itu, rumah kedua orangtuaku ada di dalam gang yang sulit untuk menampung banyak tamu.
Kenalan kedua orangtuaku sangat banyak. Apalagi ibuku adalah wanita yang tak hanya punya banyak relasi di dunia kerjanya, namun ibuku juga sangat aktif berorganisasi. Hal itu tentunya membuat ibuku memiliki banyak kenalan yang hendak diundangnya di resepsi pernikahanku. Mengingat banyaknya tamu yang akan diundang, tentunya akan lebih memudahkan jika bisa mengundang mereka semua di gedung dan bukan di rumah kami.
Namun karena krisis ekonomi yang melanda, kedua orangtuaku terpaksa harus membatalkan rencana menggelar resepsi di gedung. Kami pun sudah mulai menyusun berbagai strategi agar kami tetap dapat menggelar pernikahan sekaligus resepsi pernikahan walau sederhana. Jumlah tamu yang akan diundang terpaksa harus dipangkas separonya. Aku pun harus rela hanya mengundang segelintir temanku saja, dan lebih memprioritaskan tamu dari kedua orangtuaku dan juga para kerabat.
Kami pun juga menyusun strategi penghematan yang lain. Menu hidangan yang semula sudah disusun dengan rapi terpaksa harus dirombak kembali. Kami harus mengurangi jumlah aneka menu yang ada, tanpa harus mengurangi jumlah porsinya. Dan rencana menggelar resepsi pernikahan di gedung terpaksa dibatalkan dan dialihkan diselenggarakan di rumah saja. Aku pun mulai membuat undangan yang minimalis demi menghemat anggaran. Undanganku hanya berisi selembar kertas saja untuk menekan biayanya hehehe.
undangan minimalis yang aku buat
Di saat kami mulai gelisah dengan keadaan yang tak menentu saat itu, satu per satu berkah datang pada kami. Bermula dari tawaran calon mertuaku yang menawarkan gedung pertemuan di kantornya sebagai tempat resepsi pernikahanku. Calon ayah mertuaku yang membiayai sewa gedung pertemuan itu, dan karena beliau karyawan di sana maka biayanya juga sangat murah. Alhamdulillah... impian kedua orangtuaku bisa menggelar resepsi pernikahanku di gedung akhirnya dapat terwujud. Lega rasanyaaaa....
Selanjutnya untuk acara akad nikah dan temu pengantin tetap akan dilaksanakan di rumah. Untuk acara itu, kenalan ibu itu meminjamkan terop, kursi, peralatan makan (piring, mangkok dan sendok) secara gratis! Kenalan ibu itu benar-benar tak mau dibayar sama sekali. Alasannya, karena dia sudah menganggap Ibu sebagai saudaranya. Alhamdulillah... berkah yang tak terduga kembali kami terima.
usai acara temu pengantin yang digelar di rumah
Berkah selanjutnya yang kami terima adalah dari MC di pernikahan kami. Sejak acara akad nikah, temu pengantin dan resepsi pernikahan kami, MC nya adalah teman-teman Ibu dan mereka juga tak mau dibayar. Mereka bilang, sumbangan mereka untuk pernikahan kami adalah dengan menjadi MC itu. Alhamdulillah... terimakasih ya Allah atas segala karuniaMu yang tak terduga ini.
Berkah yang tak terhingga yang aku terima dalam acara pernikahanku adalah... restu dari keluarga besar kami. Keluarga dari pihak kedua orangtuaku dan keluarga dari pihak kedua mertuaku banyak sekali yang hadir. Meski saat itu krisis ekonomi melanda, namun mereka meniatkan diri datang jauh-jauh ke Madiun untuk menghadiri pernikahan kami. Aku sungguh senang dan bahagia karena momen bahagiaku itu disaksikan dan dirasakan juga oleh keluarga besar kami.
Kalau sekarang aku melihat foto-foto pernikahanku 17 tahun yang lalu, aku selalu saja terharu. Sungguh tak terbayangkan di saat situasi seperti itu kami masih bisa menggelar resepsi pernikahan di gedung. Hal ini tentunya tak akan terjadi tanpa bantuan dari berbagai pihak. Sungguh berkah luar biasa dalam hidupku.
saat itu tak terbayang aku bisa menggelar resepsi pernikahanku di gedung
Yang juga perlu disyukuri adalah seluruh rangkaian acara pernikahanku bisa berjalan lancar sesuai jadwal tanpa ada kendala sama sekali. Padahal sebelumnya sudah banyak orang yang kuatir akan munculnya 'penyusup' di resepsi pernikahan kami. Maklumlah, saat itu adalah masa-masa sulit, sehingga banyak kejahatan yang terjadi. Sudah banyak berita tentang munculnya 'penyusup' (tamu tak diundang) di berbagai acara pernikahan untuk menjarah makanan dan juga uang sumbangan. Walau kami sudah menyiapkan petugas untuk mengantisipasi masuknya 'penyusup', Alhamdulillah... sampai resepsi berakhir semua yang kami khawatirkan tak terjadi.
Agustus tahun ini pernikahan kami telah memasuki tahun ke-17. Sebuah perjalanan panjang yang patut disyukuri. Kami telah berhasil melewati berbagai rintangan dan permasalahan dan masih bisa berjalan bersama hingga hari ini. Dan, berdasar pengalamanku itu aku percaya bahwa Allah akan memberikan jalan bagi hambaNYA yang berniat menjalankan ibadahnya. Telah terbukti bahwa di saat krisis ekonomi, saat harga-harga melonjak 100%, kami tetap dapat menggelar pernikahan sebagaimana yang kami impikan. BerkahNYA kami rasakan lewat bantuan berbagai pihak yang membuat pernikahan impian kami bisa menjadi nyata. Bila Allah telah berkehendak, dalam situasi sesulit apapun (bahkan yang terasa mustahil pun) tetap akan terjadi. Itu pelajaran penting yang aku ambil saat itu.
Itulah cerita salah satu berkah yang aku terima dalam hidupku, yang terjadi di bulan Agustus. Apa berkah yang kau rasakan di bulan Agustus ini?
waaah.... sudah lama ya mba 17 tahun...
BalasHapusAlhamdulillah berkah pernikahan yg banyak....
Semoga terus langgeng ya mba...
Alhamdulillah... sudah 17 tahun mbak Santi. Terimakasih doanya yaa.... semoga pernikahan mbak Santi juga berkah, aamiin
HapusWah...cantiknya Mba Reni dalam balutan busana pengantin adat Jawa.. Masih langsing banget ya Mba..pangling aku.. Btw, selamat ultah pernikahan ya Mba.. Gak terasa ya sdh 17 tahun mengarungi mahligai pernikahan.. Semoga samara sampai kakek nenek ya Mba..
BalasHapusIya mbak, dulu langsing aku... kalo sekarang langsung hehehe.
HapusMakasih doanya ya mbak... doa yang sama utk rumah tangga mbak Rita. Aamiin
wah sweet seventeen ya mak reni...semoga selalu bahagia ya... bln agust th 98 sy mengandung 6bln mak sy menikah th 97..benar ya th itu ekonomi lg krisis byk demo..perkantoran km jg jd sasaran batu2 byk kaca pecah..ngerii
BalasHapusKalau ingat saat2 itu, dimana kerusuhan ada dimana-mana, sungguh berkah luar biasa aku bisa merayakan pernikahanku bersama keluarga dan teman2 dengan lancar mbak. Alhamdulillah...
Hapusaaaah...so sweeet mak...cakeeep bangeeet nih pengantinya :)..Imut hehehe. Semoga selalu sakinah mawaddah warohmah yaaa
BalasHapusThanks for joining my GA #BlessfulAugust :). Semoga menaang ..
Hahaha masih imut dan langsing saat itu Mama Bo... sekarang sih udah amit dan langsung hehehe...
HapusMakasih doanya ya Mak.... moga rumah tangga Mama Bo juga samara. Aamiin
Semoga tetap langgeng mbak, dan semoga nular bisa nihah :-D
BalasHapusAamiin.... :)
Hapus17 .. luar biasaa...
BalasHapusapalagi kalo dibandingkan sama pernikahan selebrity (terutama holywood yaa) yang biasanya seumur jagung ya
semoga langgeng sampai akhir hayat
Aamiin.... makasih doanya Mbak Elsa
HapusWaktu 17 tahun belumlah seberapa dibandingkan dengan yang sudah memasuki usia pernikahan lebih dari 25 tahun :)
aku suka lihat pengantin
BalasHapusseperti putri
dan pangerannya
Dija juga cantiiikkk.... :)
Hapuswaah bunda Reni tampak kinyis2 ayu nan menawan, jadi salut ama perjuangan dan kegigihan prepare acara pernikahannya :)
BalasHapusKeadaan yang membuat kami harus ekstra cermat dan perhitungan dalam menyelenggarakan pernikahan dek Tanty
HapusItu foto jadul... jadi kinyis2 kalau sekarang sih sudah ga lagi kan? hahaha
Terima kasih atas pembelajarannya :) mumpung masih muda semoga saya siap untuk mempersiapkannya
BalasHapusSemoga segera ketemu jodoh ya... Aamiin :)
HapusWah panglingnya mbak. Dan itu hebat bngt masih ada foto undangannya. Punyaku udh gak ada hehehe
BalasHapusAku sengaja menyimpan selembar undangan pernikahanku sbg kenang-kenangan hehehe.
HapusPangling ya mbak.... itu dulu aku masih langsing soalya hahaha
Semoga menang mba :)
BalasHapusTerimakasih doanya :)
HapusHappy anniv yg ke17 ya Mba Ren. Ini kisah pernikahan yg dibantu dg banyak teman orang tua sama persis kayak aku mba. Efek punya ibu yg super gaul, gedung+rias+catering semuanya harga miring, bahkan ada yg gratis.
BalasHapusBener dek Uniek... berkah dari pertemanan yaa...? :D
HapusSelamat ultah pernikahan yah Mbak Ren
BalasHapusMoga samawa teruss...
Aamiin... terimakasih doanya dek Amma
Hapus17 Tahun yang lalu bu?????
BalasHapusBtw ceritanya super ya.
Iyaaa... sudah lama ya? hehehe....
HapusAllhamdulillah semua ikut membantu ya mbak ,benar-benar berkah itu berkat kebaikan keluarga mbak reni juga
BalasHapusItulah berkah yang pernah aku terima di saat aku melangsungkan pernikahan dek Lia :)
Hapussdh sweet seventeen...selamat ya Mbak, semoga samara selalu selamanya. Aamiin
BalasHapusAamiin.... terimakasih banyak doanya ya Mbak Ririe... :)
Hapuswah.. berkah silahturahim dan punya banyak teman yaa :)
BalasHapusalhamdulilah.. semoga menang ya mba GA-nya..
Selamat ya mba. 17 tahun bukan waktu yang sedikit. Semoga tetap samara, aamin.
BalasHapussalam
Semoga pernikahannya bertambah berkah. Masihkah di BKD mbak reni? Kepingin silaturahmi.
BalasHapusselamat mbak....
BalasHapuswiuuuuh udah lama sekali ya.....
17 tahunnn??? alhamdulillah.....
BalasHapusLanggeng terus ya mbak, amiin
Boleh dong mbak, bagi-bagi resespnya hihi...